­

Minggu, 01 September 2019

Patna Dhammapada (P-Dhp)

Dhammapada ini berasal dari terjemahan Inggris milik Bhante Anandajoti. Saya (Arya Karniawan) yang menerjemahkan Dhammapada ini. Dhammapada ini juga sudah dipublikasikan ke Suttacentral (https://suttacentral.net/pdhp1-13/id/karniawan) dan di website milik Bhante Anandajoti (https://www.ancient-buddhist-texts.net/English-Texts/Patna-Dhamma-Verses/Patna-Indonesian.pdf). Copyright Sutra ini mengikuti versi Suttacentral: Translated by Arya Karniawan for SuttaCentral.
Diterjemahkan dari teks milik Bhante Anandajoti.
Anda dipersilahkan menyalin, merubah bentuk, mencetak, mempublikasi, dan mendistribusikan karya ini dalam media apapun, dengan syarat: (1) tidak diperjualbelikan; (2) Dinyatakan dengan jelas bahwa segala turunan dari karya ini (termasuk terjemahan) diturunkan dari dokumen sumber ini; dan (3) menyertakan teks lisensi ini lengkap dalam semua salinan atau turunan dari karya ini. Jika tidak, maka hak penggunaan tidak diberikan.
Prepared for SuttaCentral by Penny Jordan.

KATA PENGANTAR

Pengenalan
Sekitar tahun 1930-an, seorang cendekiawan India bernama Rahul Sankrityayana melakukan beberapa perjalanan ke Tibet di mana ia mengambil gambar dan menyalin banyak sekali teks Sanskrit dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan karya Sanskrit, sebagai bagian dari pencariannya untuk menemukan materi-materi yang dibawa pergi dari India pada saat kehancuran Vihara-vihara besar di India Utara.
Pada salah satu perjalanannya, ia mengambil gambar kedua sisi dari 21 daun lontar yang berisi teks Dhammapada. Teks ini ditulis dalam bahasa Indo Aryan-Tengah (MIA) yang memakai tulisan Proto-Bengali, sekitar abad 11-12. Dari semua jenis teks Prakrit-Sanskritisasi yang kita tahu, bahasa ini paling mirip dengan Pāḷi, dengan sebuah perbedaan, tetapi tetap jenis awal dari Sanskritisasi.
Ketika mencoba untuk mengidentifikasi afiliasi sekolah dari teks tersebut, Peter Skilling menyarankan, dengan dasar pendapat yang baik, bahwa teks itu mungkin ditulis dalam bahasa kanon dari sekolah Sāmmatīya. Dia berpendapat bahwa dari empat sekolah yang diketahui berada di Negara Tengah, dan pada saat di mana teks ditulis, masing-masing terhubung dengan bahasa mereka sendiri, kami memiliki bukti yang baik untuk ketiganya, tidak ada yang cocok dengan bahasa Patna. Teks-teks dari sekolah Sāmmatīya di MIA sekarang telah musnah, tetapi beberapa inskripsi yang mungkin milik mereka memang mirip dengan bahasa Patna, jadi sepertinya teks itu seharusnya milik sekolah itu.
Teks aslinya tidak akan pernah terlihat lagi. Itu mungkin musnah selama invasi China ke Tibet pada tahun 1959, atau selama Revolusi Budaya berikutnya, dan tidak ada bukti lain untuk teks yang diketahui dimanapun. Hal ini tentu sangat disayangkan, karena beberapa pembacaan tidaklah meyakinkan, baik karena pengaburan teks, atau karena foto yang tidak jelas.
Karena foto-foto dari teks ini disimpan di K P Jayaswal Research Institute di Patna India, teks ini dikenal sebagai Patna Dhammapada (dengan singkatan, PDhp) yang sekarang ini biasanya digunakan.



Edisi dan Studi
Edisi cetak pertama dari teks ini dibuat oleh N. S. Shukla, yang dicetak di Patna pada tahun 1979, dengan judul “The Buddhist Hybrid Sanskrit Dhammapada”, dan berdasarkan pada MLitt. Thesis nya.
Tahun berikutnya Gustav Roth menerbitkan edisi baru berjudul “The Patna Dharmapada”, yang dimasukan sebagai bagian dari Bahasa Tradisi Buddhisme Awal, yang telah diedit oleh Heinz Bechert di Göttingen (1980). Mendampingi tulisannya, ia memberikan catatan pada Patna Dhammapada, yang mendiskusikan teks dan menggambarkan fitur-fitur bahasa.
Pada tahun 1986, Margaret Cone mempresentasikan thesisnya di Cambridge, yang berisi transkripsi teks lainnya. Thesis yang tidak dipublikasikan berjudul “THE PATNA DHAMMAPADA, transcribed and translated with a commentary.” Di dalamnya ia menerjemahkan teks, mencatat varian pembacaan yang ditemukan pada Shukla dan Roth, dan memberikan komentar filologis, dan mendiskusikan pararelnya.
Pada tahun 1989 Dr. Cone mempublikasikan sebuah edisi dari teks yang berdasar pada thesisnya, berjudul “Patna Dhammapada 1”, dengan pembacaan alternatif oleh Shukla dan Roth, tetapi tanpa terjemahan dan komentarnya.
Kōgen Mizuno menyiapkan edisi lainnya dari teks pada tahun 1990, yang diterbitkan dengan judul “A Study of the Buddhist Hybrid Sanskrit Dharmapada II”. Tetapi, karya ini tidak memiliki nilai independen, karena Mizuno belum melihat foto-foto itu dan hanya berdasarkan pada Shukla dan Roth. Mizuno juga mendiskusikan teks di “Dharmapadas of Various Buddhist Schools”  dan “A Comparative Study of Dharmapadas”.
Roth sekali lagi membuat studi teks yang di presentasikan sebagai “”The 2nd Rahul Sankrityayana Memorial Lecture” di Patna tahun 1998, kemudian dipublikasikan oleh Patna Museum pada tahun 2000, dengan judul “Discussions About The Patna Dharmapada”.
Prof. K. R. Norman telah berkontribusi pada sejumlah artikel yang di mana ia menuliskan tentang teks Patna; dan terjemahannya tentang  Pāḷi Dhammapada mencakup banyak diskusi tentang teks Patna.
Pada tahun 1997 Peter Skilling menulis sebuah tulisan “ On the School-affiliation of the “Patna Dhammapada” ”.



Teks dan Terjemahan
Pada tahun 2007 saya (Bhikkhu Ānandajoti) menerima izin dari Dr. Cone dan Pali Text Society untuk memproduksi kembali edisi teksnya secara online. Ketika saya menyiapkan edisi digital, saya membuat dua studi tentang teks, sebaik mungkin menganalisis dan menuliskan komentar pada prosodi teks. Transkripsi itu sekarang menjadi dasar untuk teks yang disajikan di sini.
Dr. Cone telah menyiapkan terjemahan teks untuk thesisnya, salinannya ada pada saya, tetapi ia tidak pernah mempublikasikannya, dan tidak berniat untuk melakukannya. Terjemahan saya tentang Patna, yang merupakan terjemahan pertama dari teks yang dipublikasikan yang saya ketahui, yang berdasarkan terutama pada terjemahan saya dari teks Pāḷi, dengan perubahan yang diperlukan karena perbedaan pembacaan antara teks, bersama dengan terjemahan lainnya yang baru saja saya buat dari teks kanon Pāḷi dan dari Udānavarga. Saya kemudian membaca thesis Cone, termasuk terjemahannya, yang menjadikan saya untuk membuat beberapa koreksi pada terjemahan saya sendiri.



Pengakuan

Saya tentu sangat berterima kasih kepada Ayyā Sudhammā Therī, yang telah menolong saya dengan karya ini dan banyak karya lainnya. Ia memiliki mata yang tajam sehingga hampir tidak ada tanda koma atau titik yang lari darinya, apalagi kesalahan pengejaan dan kesalahan ringan lainnya. Koreksi yang bisa saya buat melalui pembacaannya yang teliti tidak dapat dihitung, tetapi jika masih ada kesalahan tersisa, itu adalah, tentu saja, kesalahan saya sepenuhnya.
Bhikkhu Ānandajoti
November 2017


Syair Patna Dhammapada

1. Bab tentang Pasangan

(Seruan!) Terpujilah Semua Buddha, Dhamma, dan Ariya Sangha.

Pikiran adalah pelopor gagasan pemikiran, pikiran adalah pemimpin mereka, (mereka) didorong oleh pikiran,
Jika dengan pikiran buruk seseorang berbicara atau bertindak,
Melalui itu, penderitaan mengikutinya seperti roda (mengikuti) kaki lembu. [P-Dhp 1]

Pikiran adalah pelopor gagasan pemikiran, pikiran adalah pemimpin mereka, (mereka) didorong oleh pikiran,
Jika dengan pikiran murni seseorang berbicara atau bertindak,
Melalui itu, kebahagiaan mengikutinya seperti bayangan yang tidak pernah pergi. [P-Dhp 2]

Di sini ia menyesal, setelah kematian ia menyesal,
Orang jahat menyesal dalam dua tempat,
Dia menyesali, dia menderita karena kekesalan,
Melihat kekotoran dari perbuatannya. [P-Dhp 3]

Di sini ia berbahagia, setelah kematian ia berbahagia,
Orang yang berjasa berbahagia dalam dua tempat,
Ia berbahagia, ia [sangat bergembira?]
Melihat kemurnian dari perbuatannya. [P-Dhp 4]

“Dia mencaci saya, dia memukul saya, dia mengalahkan saya, dia merampok saya,”
Mereka yang menggengam pikiran buruk ini, kebencian mereka tidak akan dapat diredakan [P-Dhp 5]
“Dia mencaci saya, dia memukul saya, dia mengalahkan saya, dia merampok saya,”
Mereka yang tidak menggengam pikiran buruk ini, kebencian mereka dapat diredakan [P-Dhp 6]
Hidup dengan memikirkan apa yang menyenangkan, tidak terkendali kemampuan indranya,
Tidak mengetahui batas dalam makan, lamban, rendah dalam semangat –
Māra pasti menghancurkan yang satu itu, seperti angin (menghancurkan) pohon yang lemah. [P-Dhp 7]




Hidup dengan memikirkan apa yang tidak menyenangkan, terkendali dengan baik kemampuan indranya,
Dan mengetahui batas dalam makan, penuh keyakinan, dengan semangat yang dibangkitkan –
Māra tidak dapat menghancurkan yang satu itu, seperti angin tidak dapat (menghancurkan) gunung dari batu. [P-Dhp 8]

Jika engkau harus menemukan seorang arif, bijaksana
Sahabat, ia yang hidup dengan baik, yang bijaksana,
Mengatasi semua masalahmu
Engkau harus bersama dengan dia, bersuka cita dan penuh perhatian. [P-Dhp 9]

Jika engkau tidak menemukan seorang arif, bijaksana
Sahabat, ia yang hidup dengan baik, yang bijaksana,
Seperti seorang raja meninggalkan kerajaan yang ditaklukannya,
Seseorang seharusnya hidup sendiri seperti gajah pengembara di hutan. [P-Dhp 10]

Lebih baik hidup sendiri, tidak akan ada persahabatan dengan orang dungu,
Seseorang seharusnya hidup sendiri dan tidak melakukan hal buruk,
Tidak peduli seperti gajah pengembara di hutan. [P-Dhp 11]

Ia yang, melalui nafsu, kebencian, ketakutan dan delusi, melanggar Dhamma,
Reputasinya memudar, seperti bulan dalam dua mingguan gelap. [P-Dhp 12]

Ia yang, melalui nafsu, kebencian, ketakutan dan delusi, tidak melanggar Dhamma,
Reputasinya meningkat, seperti bulan dalam dua mingguan terang. [P-Dhp 13]

Bab tentang Pasangan




2. Bab tentang Kewaspadaan

Kewaspadaan adalah keadaan tanpa kematian, kelengahan adalah keadaan dari kematian,
Orang yang waspada tidak mati, (tetapi) mereka yang lengah adalah seperti orang mati. [P-Dhp 14]

Orang bijaksana, memahami perbedaan ini di dalam kewaspadaan,
Bergembira dalam kewaspadaan, bersuka cita dalam wilayah Para Mulia. [P-Dhp 15]

Ia yang bermeditasi setiap saat, terus menerus dan teguh dalam usaha mereka,
Orang bijaksana itu mencapai Nibbāna, pelepasan yang tak tertandingi dari (semua) ikatan. [P-Dhp 16]

Orang bodoh dan dungu mengembangkan kelengahan,
Tapi yang bijaksana menjaga kewaspadaan sama seperti kekayaannya yang terbesar. [P-Dhp 17]

Waspada diantara orang-orang yang legah, terjaga diantara orang-orang yang tidur,
Seperti seekor kuda yang cepat meninggalkan seekor kuda yang lemah, bijaksanawan yang sejati terus bergerak. [P-Dhp 18]

Bila orang bijaksana menghilangkan kelengahan dengan kewaspadaannya,
Dan menaiki istana kebijaksanaan, tanpa kesedihan, (ia melihat) pada orang yang bersedih,
Orang bijaksana, seperti seorang yang berdiri di atas gunung, melihat ke bawah orang bodoh yang berdiri di tanah datar. [P-Dhp19]

Siapapun yang sebelumnya lengah, tapi kemudian waspada,
Orang itu bersinar terang di dunia ini seperti bulan yang terbebas dari awan. [P-Dhp 20]

Siapapun yang sebelumnya lengah, tapi kemudian waspada,
Ia, dengan penuh perhatian, dapat mengatasi kemelekatan terhadap dunia. [P-Dhp 21]

Seorang Bhikṣu yang menghargai kewaspadaan, melihat bahaya dalam kelengahan,
Ia tidak dapat jatuh, ia sudah dekat dengan Nibbāna. [P-Dhp 22]

Seorang Bhikṣu yang menghargai kewaspadaan, melihat bahaya dalam kelengahan,
Bergerak maju seperti api yang membakar belenggu, kecil atau besar. [P-Dhp 23]




Engkau harus bersenang dalam kewaspadaan, engkau harus selalu melindungi pikiranmu,
Engkau harus mengangkat dirimu dari lubang ini, seperti gajah besar yang tenggelam dalam lumpur. [P-Dhp 24]

Bersenang dalam kewaspadaan, bijaksana, terkendali dalam kebajikan,
Pada saat yang baik mereka mencapai (yang) di mana, ketika dicapai, tidak ada kesedihan. [P-Dhp 25]

Jangan bersenang dalam kelengahan, jangan bersahabat dengan kegembiraan dalam kesenangan indrawi,
Hiduplah di jalan ini, penuh semangat, dengan pikiran pada kedamaian, tanpa kesombongan,
Mengupayakan ketenangan batin, dia akan mengakhiri penderitaan. [P-Dhp 26]

Seseorang harus berusaha, tidak lengah, seseorang harus hidup dengan Dhamma, dengan perilaku yang baik,
Hidup dengan Dhamma seseorang hidup dengan mudah di dunia ini dan nanti. [P-Dhp 27]

Bagi ia yang aktif, penuh perhatian,
Murni dalam perbuatan, berhati-hati,
Mengendalikan dirinya, hidup dengan Dhamma,
Waspada, reputasinya meningkat. [P-Dhp 28]

Dalam aktivitas, penuh kewaspadaan, melalui pengendalian diri dan pengekangan,
Orang bijaksana harus membuat pulau agar tidak ada air yang dapat membanjirinya. [P-Dhp 29]

Ia yang tidak bersemangat ketika saatnya mengerahkan semangat,
Muda, kuat, malas di rumahnya,
Yang pikirannya tidak memiliki kehendak (benar) dan lamban –
Orang malas itu tidak berjalan dalam jalan kebijaksanaan. [P-Dhp 30]

Seseorang seharusnya tidak mengikuti apa yang rendah, seseorang seharusnya tidak berdiam dalam kelengahan,
Seseorang seharusnya tidak mengikuti pandangan salah, seseorang seharusnya tidak mengembangkan keduniawian. [P-Dhp 31]

Seseorang bukanlah pelindung Dhamma hanya dengan banyak bicara,
Tetapi ia yang, setelah mendengar sedikit, telah melihat Dhamma untuk dirinya sendiri,
Adalah seseorang yang melindungi Dhamma, seseorang yang tidak lengah akan Dhamma. [P-Dhp 32]

Renungkan Dhamma dengan penuh kewaspadaan,
Jangan biarkan pikiranmu berputar dalam untaian nafsu,
Jangan, dengan lengah, menelan bola besi (panas),
(Dan) ketika terbakar, menangis: ‘Inilah penderitaan.’ [P-Dhp 33]

Bab tentang Kewaspadaan




3. Bab tentang Brāhmaṇa

Berjuang dan memutus untaian, menghilangkan kelanjutan, Brāhmaṇa
Mengetahui penghancuran yang terkondisi, engkau adalah [yang mengetahui apa yang tidak dibuat?], Brāhmaṇa. [P-Dhp 34]

Ia yang darinya seseorang mempelajari Dhamma, apakah tua atau muda,
Dengan hormat bersujud kepadanya, seperti Brāhmaṇa (bersujud) pada api pengorbanan. [P-Dhp 35]

Ia yang darinya seseorang mempelajari Dhamma yang diajarkan oleh Sambuddha yang Sempurna,
Engkau harus menghormatinya, seperti Brāhmaṇa (menghormati) api pengorbanan. [P-Dhp 36]

Bukan karena rambut kusut, keluarga atau kelahiran seorang adalah Brāhmaṇa sejati,
Ia yang menghalau kejahatan, kecil atau besar, dalam segala hal,
Dengan menghalau kejahatan, ia disebut Brāhmaṇa. [P-Dhp 37]

Seperti air pada daun teratai, seperti biji moster pada jarum,
Ia yang tidak diliputi nafsu, orang itu yang Kusebut seorang Brāhmaṇa. [P-Dhp 38]

Matahari bersinar ketika terbit, bulan bercahaya di saat malam,
Baju perang Khattiya bersinar, Brāhmaṇa yang bermeditasi adalah bersinar,
Namun selama siang dan malam Sang Buddha bersinar dengan kekuatanNya. [P-Dhp 39]

Baginya pantai dekat, pantai jauh, atau keduanya tidak ada,
Terbebas dari demam, terlepas, orang itu yang Kusebut seorang Brāhmaṇa. [P-Dhp 40]

Ketika seorang Brāhmaṇa memiliki, melalui dua hal, telah menyebrang,
Maka, bagi ia yang mengetahui, semua belenggu diletakkan untuk beristirahat. [P-Dhp 41]

Ia yang menghancurkan belenggu, menghancurkan kesombongan dan kelanjutan kelahiran,
Hidup didalam Saṅgha, berdiri dengan Dhamma, ia yang mengetahui tidak mendekati komunitas. [P-Dhp 42]

(Siapapun) seharusnya mengucapkan suatu kata kebenaran yang informatif dan tidak kasar,
Melalui tidak ada seorangpun yang akan dikutuk, orang itu yang Kusebut seorang Brāhmaṇa. [P-Dhp 43]

(Siapapun) tidak berbaur baik dengan perumah tangga maupun yang tanpa rumah,
Mengembara tanpa rumah, dengan sedikit keinginan, orang itu yang Kusebut seorang Brāhmaṇa. [P-Dhp 44]




Siapapun yang tidak melakukan perbuatan salah melalui jasmani, ucapan dan pikiran,
Menjadi terkendali (dalam) ketiga hal ini, orang itu yang Kusebut seorang Brāhmaṇa. [P-Dhp 45]

Seorang Brāhmaṇa tidak seharusnya memukul seorang Brāhmaṇa, juga seharusnya ia meninggalkannya,
Celakalah seseorang yang memukul Brāhmaṇa, dan orang yang tidak meninggalkannya. [P-Dhp 46]

Menghancurkan ibu terlebih dahulu, dan (kemudian) dua raja Khattiya,
Menghancurkan kerajaan dan pengikutnya, Brāhmaṇa hidup tanpa gangguan. [P-Dhp 47]

Yang berkebijaksanaan dalam seorang yang bijaksana, terampil dalam apa yang jalan dan bukan jalan,
Yang telah mencapai kebaikan tertinggi, orang itu yang Kusebut seorang Brāhmaṇa. [P-Dhp 48]

Sang meditator duduk, seseorang yang tanpa debu, yang telah menyelesaikan tugasnya, tanpa kekotoran,
Yang telah mencapai kebaikan tertinggi, orang itu yang Kusebut seorang Brāhmaṇa. [P-Dhp 49]

Bab tentang Brāhmaṇa





4. Bab tentang Bhikṣu

Pengendalian adalah baik dimanapun, pengendalian dimanapun adalah baik,
seorang Bhikṣu yang terkendali di mana saja terbebaskan dari semua penderitaan. [P-Dhp 50]

Pengendalian jasmani adalah baik, pengendalian ucapan adalah baik,
Pengendalian pikiran juga adalah baik, pengendalian dimanapun adalah baik,
seorang Bhikṣu yang terkendali di mana saja terbebaskan dari semua penderitaan. [P-Dhp 51]

Ia yang mengendalikan tangannya, mengendalikan kakinya,
Mengendalikan ucapannya, mengendalikan indria (pikiran),
Dengan kesenangan batin dan keseimbangan,
Menyendiri, puas, orang itu yang disebut seorang Bhikṣu. [P-Dhp 52]

Tenang dalam jasmani dan tenang dalam pikiran, memiliki ketenangan dan keseimbangan,
Setelah melepaskan perolehan duniawi, Bhikṣu itu disebut seorang yang damai. [P-Dhp 53]

Bhikṣu itu yang mengendalikan mulutnya, yang berkata baik, dan yang berkata sopan,
Yang mengajarkan arti dari Dhamma, ucapannya adalah manis. [P-Dhp 54]

Seseorang seharusnya tidak memandang rendah perolehan sendiri, seseorang seharusnya tidak hidup dengan iri terhadap orang lain,
Seorang Bhikṣu yang iri terhadap orang lain tidak dapat mencapai konsentrasi. [P-Dhp 55]

Bahkan jika seorang Bhikṣu memperoleh sedikit ia seharusnya tidak memandang rendah perolehannya,
Bahkan para dewa memuji seorang yang hidup murni ia yang rajin. [P-Dhp 56]

Tolong kosongkan perahu ini, Bhikṣu, ketika di kosongkan ia akan bergerak dengan mudah,
Potonglah nafsu dan kebencian, dari sini seseorang akan pergi ke Nibbana. [P-Dhp 57]

Dengan pikiran tergugah, bahagia, setelah mengatasi apa yang di sayangi dan tidak di sayangi,
Dan dengan penuh kebahagiaan, seorang Bhikṣu seharusnya mengembara dengan penuh perhatian. [P-Dhp 58]

Bhikṣu itu yang berdiam dalam cinta kasih, dengan keyakinan di dalam Ajaran Buddha,
Telah menembus keadaan yang damai, bergembira dalam meredanya (semua) kondisi.
Di sini dan saat ini adalah Nibbāna, pelepasan yang tak terlampaui oleh (semua) belenggu. [P-Dhp 59]

Bagi ia yang memasuki tempat kosong, seorang Bhikṣu dengan pikiran yang damai,
Ada kesenangan luhur dari pandangan terang dalam Dhamma Sejati. [P-Dhp 60]




Seperti seorang dengan perhatian benar mengamati muncul dan hancurnya komponen (batin dan jasmani)
Memperoleh kebahagiaan dalam pikiran, ini adalah keadaan tanpa kematian bagi ia yang mengetahui. [P-Dhp 61]

Tidak ada konsentrasi untuk ia yang tanpa kebijaksanaan, tidak ada kebijaksanaan untuk ia yang tanpa konsentrasi,
Seseorang yang memiliki konsentrasi dan kebijaksanaan, adalah tentunya dekat dengan Nibbāna. [P-Dhp 62]

Ini adalah sangat awal bagi seorang Bhikṣu bijaksana disini,
Kepuasan, menjaga indra, dan pengendalian dalam peraturan. [P-Dhp 63]

Seseorang seharusnya mengunjungi teman spiritual, orang yang memiliki kehidupan murni, orang yang rajin.
Seseorang seharusnya menjadi orang yang ramah, orang yang akan cakap dalam perilaku,
Sering bergembira karena hal itu, seorang Bhikṣu seharusnya mengembara dengan penuh perhatian. [P-Dhp 64]

Bab tentang Bhikṣu





5. Bab tentang Kebutuhan


Teman adalah baik kapanpun di butuhkan kehadirannya,
Saat hancurnya kehidupan jasa kebajikan adalah baik,
Menjadi puas dengan segala sesuatu adalah baik,
Meninggalkan segala kejahatan adalah baik. [P-Dhp 65]

Menghormati seorang ibu adalah baik di dunia, juga menghormati seorang ayah adalah baik,
Menghormati pertapa adalah baik di dunia, juga menghormati Brāhmaṇa (sejati) adalah baik. [P-Dhp 66]

Memiliki moralitas hingga usia tua adalah baik, penegakan keyakinan adalah baik,
Ucapan yang bermanfaat adaah baik, penghancuran kesombongan adalah baik. [P-Dhp 67]

Kemunculan para Buddha adalah baik, pembabaran Dhamma adalah baik,
Kerukunan Saṅgha adalah baik, pengabdian pada kerukunan adalah baik. [P-Dhp 68]

Bertemu dengan Para Mulia adalah menyenangkan,  hidup dengan orang baik adalah menyenangkan,
Dengan tidak bertemu orang dungu seseorang akan selalu berbahagia. [P-Dhp 69]

Ia yang hidup bersama dengan orang dungu bersedih untuk waktu yang lama,
Berdiam bersama dengan orang dungu adalah selalu menderita seperti bersama musuh,
Orang-orang bijaksana berdiam dengan bahagia seperti dengan sekelompok keluarga [P-Dhp 70]

Oleh karena itu yang bijaksana dan yang telah banyak belajar,
Yang bajik, bermoral dan mulia –
° (mengikuti) yang benar dan pandai,
Seperti bulan (mengikuti) arahnya bintang-bintang. [P-Dhp 71]

Dari cinta munculah penderitaan, dari cinta ada kesedihan, dari cinta ada ketakutan,
Bagi ia yang terbebas dari cinta tidak ada kesedihan, bagaimana mungkin ada ketakutan? [P-Dhp 72]

Jangan bergaul kapanpun dengan mereka yang dicintai atau dengan mereka yang tidak dicintai,
Ada penderitaan dari tidak bertemu dengan yang dicintai, dan (penderitaan dari) bertemu dengan yang tidak dicintai. [P-Dhp 73]

Karena itu jangan menggenggam (apapun) seperti yang dicintai, karena berbicara tentang yang dicintai adalah memuakan,
Tidak ada ikatan bagi mereka yang tidak menggenggam apapun seperti yang dicintai dan yang tidak dicintai. [P-Dhp 74]




Kelaparan adalah penyakit tertinggi, terkondisi adalah penderitaan tertinggi,
Memahami hal ini sebagaimana adanya, (mengetahui) Nibbāna adalah kebaikan tertinggi. [P-Dhp 75]

Kesehatan adalah perolehan tertinggi, kepuasan adalah kekayaan tertinggi,
Kepercayaan adalah kerabat tertinggi, Nibbāna adalah kebaikan tertinggi. [P-Dhp 76]

Jika, dengan meninggalkan kebaikan kecil, ia mungkin melihat kebaikan yang besar,
Orang bijaksana harus meninggalkan kebaikan kecil itu, melihat kebaikan yang luas. [P-Dhp 77]

Bagi manusia yang selalu penuh perhatian,
Mengetahui ukuran dalam menerima makanan,
Perasaannya yang menyakitkan menjadi sedikit,
Ia menua dengan lambat, menjaga masa hidupnya. [P-Dhp 78]

Seseorang yang baik dan mulia adalah jarang, orang itu tidak lahir dimana saja,
dimanapun pahlawan itu lahir, keluarga itu memperoleh kebahagiaan. [P-Dhp 79]

Pasti ada manusia sejati dimanapun,
Yang baik tidak berbicara tentang keinginan kesenangan nafsu;
Ketika tersentuh oleh kesenangan dan penderitaan,
Manusia sejati tidak bergembira ataupun menderita. [P-Dhp 80]

Yang menang menghasilkan kebencian, yang kalah menemui penderitaan,
Yang damai hidup bahagia, setelah meninggalkan kemenangan dan kekalahan. [P-Dhp 81]

Kesenangan adalah sungai dengan medan yang baik, kesenangan adalah orang yang ditaklukan dengan Dhamma,
Memperoleh keyakinan adalah baik, tidak melakukan kejahatan adalah baik. [P-Dhp 82]

Adalah menyenangkan bertemu orang-orang bajik, adalah menyenangkan bertemu yang terpelajar,
Adalah menyenangkan bertemu dengan Arhant, yang terbebas dari belenggu. [P-Dhp 83]

Bab tentang Kebutuhan





6. Bab tentang Kesedihan

Apapun kesedihan dan ratap tangis yang ada,
Dan berbagai macam penderitaan di dunia ini,
Itu (semua) muncul karena cinta,
Tanpa cinta, itu tidak akan terjadi. [P-Dhp 84]

Oleh karena itu mereka berbahagia dan terbebas dari kesedihan,
Ia yang tanpa cinta pada apapun di dunia,
Oleh karena itu mereka yang menginginkan apa yang tanpa kesedihan, tanpa debu,
Seharusnya tidak memiliki cinta pada apapun di dunia. [P-Dhp 85]

Ia yang telah mencapai tujuannya, yang tanpa kesedihan, menjadi terlepas pada semua sisi,
Yang telah meninggalkan semua ikatan, tidak ada demam batin yang ditemukan. [P-Dhp 86]

Bagi ia yang tidak memiliki simpanan, mereka yang memahami makanan dengan benar,
Seperti burung-burung di langit, jejak kaki mereka sulit ditemukan. [P-Dhp 87]

Pikirannya tenang, ucapan dan perbuatannya juga tenang,
Terbebas dengan pengetahuan benar, yang satu demikian (sungguhnya) adalah damai. [P- Dhp 88]

Bagi ia yang indranya seimbang,
Seperti kuda-kuda yang terlatih dengan baik oleh pelatih mereka,
Yang telah meninggalkan kesombongan, yang tanpa kekotoran –
Bahkan para dewa iri dengan orang itu. [P-Dhp 89]

Mereka memimpin seorang terlatih ke dalam kerumunan, seorang raja memakai ia yang terlatih,
Di antara orang-orang seorang yang terlatih adalah yang terbaik, ia yang dapat menahan celaan. [P-Dhp 90] 

Sungguh mulia kuda yang terlatih, kuda-kuda yang dibesarkan dengan baik dari Sindh,
Dan gajah besar yang hebat, (dan bahkan) yang lebih mulia dari itu adalah ia yang telah melatih dirinya sendiri. [P-Dhp 91]

Bukan dengan kendaraan ini seseorang dapat mencapai tempat itu,
Ia yang melatih dirinya sendiri dengan baik, menjadi terlatih dengan latihan, pergi. [P-Dhp 92]

Seperti batu yang kuat yang tidak terguncang oleh angin,
Begitupun orang bijaksana tidak terguncang oleh celaan dan pujian. [P-Dhp 93]

Ia yang, meski masih tidak murni, akan memakai jubah pelepasan itu,
Tidak diberkahi dengan pengendalian dan kebenaran, adalah tidak layak untuk jubah pelepasan itu. [P-Dhp 94]

Ia yang, mantap dalam kebajikan, membuang (apapun) kekotoran,
Diberkahi dengan pengendalian dan kebenaran, adalah memang layak untuk jubah pelepasan. [P-Dhp 95]

Bab tentang Kesedihan





7. Bab tentang Kebajikan

Bergegas berbuat kebajikan, menghalau pikiran dari kejahatan,
Bagi ia yang berpikiran lamban dalam jasa bersenang dalam kejahatan. [P-Dhp 96]

Bila seseorang melakukan perbuatan yang jahat, ia seharusnya tidak melakukannya berulang-ulang.
Biarkan ia tidak menempatkan kehendak didalamnya, (untuk) adanya akumulasi penderitaan bagi yang jahat. [P-Dhp 97]

Bila seseorang harus berbuat jasa, ia seharusnya melakukannya berulang-ulang,
Biarkan ia menempatkan kehendaknya disana, ada peningkatan kebahagiaan bagi ia yang telah membuat jasa. [P-Dhp 98]

Bagi ia yang murni akan selalu ada saat spesial, bagi ia yang murni akan selalu ada hari Uposatha,
Bagi ia yang murni, ia yang berbuat bersih, prakteknya selalu berhasil. [P-Dhp 99]

Lebih baik tidak menyelesaikan perbuatan salah, perbuatan salah adalah satu yang nantinya menjadi penyesalan,
Ia menderita, berpikir: “Saya telah melakukan perbuatan buruk,”
Pergi ke kelahiran yang buruk, ia menderita lebih banyak. [P-Dhp 100]

Lebih baik menyelesaikan apa yang dengan baik dilakukan, yang, ketika diselesaikan, seseorang tidak akan menyesal,
Ia bergembira, berpikir: “Saya telah melaukan perbuatan baik,”
Pergi ke kelahiran yang baik, ia bergembira lebih banyak. [P-Dhp 101]

Bahkan seorang jahat mengalami keberuntungan selama kejahatan itu belum masak,
Tetapi bila kejahatan itu masak maka yang jahat mengalami hal-hal jahat. [P-Dhp 102]

Bahkan seorang yang beruntung pun mengalami hal buruk selama keberuntungan belum masak,
Tetapi bila keberuntungannya masak maka yang beruntung mengalami keberuntungan. [P-Dhp 103]

Bahkan seorang jahat berbuat baik selama kejahatan itu belum masak,
Tetapi ketika waktunya berlalu orang jahat mengalami hal- hal jahat. [P-Dhp 104]

Bahkan seorang beruntung berbuat kejahatan selama keberuntungan belum masak,
Tetapi ketika waktunya berlalu yang beruntung mengalami keberuntungan. [P-Dhp 105]

Bila tidak ada luka terbuka di tangannya, ia bisa membawa racun dengan tangannya,
Racun tidak akan masuk tanpa sebuah luka, tidak ada keburukan untuk ia yang tidak melakukan perbuatan (salah). [P-Dhp 106]
Perbuatan buruk telah dilakukan, seperti susu, tidak berubah seketika,
Membara, itu mengikuti si dungu, seperti api yang tertutupi oleh debu. [P-Dhp 107]

Perbuatan buruk telah dilakukan, seperti sebuah pisau, akan tidak memotong semua sekaligus,
(Tetapi) ketika kematian datang ia mengetahui takdir dari ia yang melakukan kejahatan. [P-108]

Engkau seharusnya menyiapkan sebelumnya apa yang harus dilakukan,
Jangan gemetar pada apa yang harus dilakukan pada saat itu,
Bagi ia yang telah menyiapkan apa yang harus dilakukan,
Tidak gemetar pada apa yang harus dilakukan pada saat itu. [P-109]

Seseorang seharusnya bersiap untuk melakukan apa yang ia tahu demi kesejahtraannya,
Orang bijak, yang bijaksana seharusnya berusaha, tidak dengan berpikir seperti kusir. [P-Dhp 110]

Seperti kusir yang meninggalkan jalan yang mulus di jalan besar,
Dan mendekati jalan yang bergelombang, kemudian ia merenung, seperti (ujung) poros yang rusak, [P-Dhp 111]

Begitu juga dengan ia yang pergi dari Dhamma dan mengikuti apa yang bukan Dhamma,
Ketika si dungu mendekati mulut kematian ia merenung, seperti (ujung) poros yang rusak. [P-Dhp 112]

Banyak yang mengenakan jubah Bhikṣu di leher-leher mereka yang jahat, tanpa pengendalian.
Yang jahat! Melalui perbuatan burukmu, engkau akan muncul di alam rendah. [P-Dhp 113]

Ia yang mengatakan apa yang tidak benar pergi ke alam rendah,
Ia yang berkata: ‘Saya tidak melakukan’ apa yang telah lakukan,
Keduanya adalah sama saja ketika mereka telah pergi,
Ke alam baka, (mereka adalah) manusia yang melakukan perbuatan buruk. [P-Dhp 114]

Ia yang menyinggung kepada ia yang tidak menyinggung,
Orang yang murni dan tanpa nafsu,
Perbuatan buruk itu (kemudian) kembali pada si dungu,
Seperti debu halus yang dilemparkan melawan angin. [P-Dhp 115]

Seperti pedagang di jalan yang menakutkan, dengan sedikit teman dan harta yang besar,
Seperti ia yang mencintai hidupnya (akan menghindari) racun, (begitupun) seharusnya ia harus menghindari perbuatan buruk. [P-Dhp 116]

Ia yang menginginkan kebahagiaan untuk dirinya dengan menyebabkan penderitaan bagi yang lain,
Dengan berhubungan pada kebencian, tidak sepenuhnya terbebas dari penderitaan. [P-Dhp 117]




Bau mayat terputus (pada akhirnya),
Begitupun (satu bengkak) ketika malam telah berlalu,
(Tetapi) orang yang hidup tidak dengan Dhamma
Hari demi hari baunya tidak pernah terputus. [P-Dhp 118]

Sama seperti perumah tangga yang memiliki banyak harta,
Ketika kota sedang menyala dan terbakar,
Karena mutiara, permata, kristal dan perak mereka,
Melakukan usaha, (dengan berpikir): “Kita akan menyelamatkan sesuatu”, [P-Dhp 119]

Begitu juga pertapa dengan kebijaksanaan besar,
Ia yang mulia berlatih dalam Jalan Mulia,
Terdesak oleh ketakutan dari kelahiran, usia tua, sakit, menderita karena penderitaan,
Melakukan usaha, (dengan berpikir): “Kami akan mencapai kedamaian”. [P-Dhp 120]

Bab tentang Kebajikan





8. Bab tentang Bunga

Harumnya bunga tidak pergi melawan angin,
Begitu juga cendana atau tagara atau saffron,
Tetapi harumnya kebajikan pergi melawan angin,
(Harumnya) manusia sejati tersebar ke segala penjuru. [P-Dhp 121]

Cendana, tagara, lalu lili air dan melati,
Diantara semua jenis keharuman harumnya moralitas tidak tertandingi. [P-Dhp 122]

Harumnya tagara dan cendana tidaklah seberapa,
Tetapi harumnya ia yang memiliki moralitas berkibar paling unggul diantara para dewa. [P-Dhp 123]

Māra tidak dapat menemukan jejak dari ia yang diberkahi dengan moralitas, ia yang hidup dengan kewaspadaan,
Dan ia yang terbebaskan melalui pengetahuan benar dan dalam. [P-Dhp 124]

Seperti bunga yang indah, yang memiliki warna, tetapi kurang dalam keharuman,
Seperti itulah kata-kata yang diucapkan dengan baik adalah tidak berbuah bagi ia yang tidak bertindak (pada diri mereka). [P-Dhp 125]

Seperti bunga yang indah, yang memiliki warna, dan memiliki keharuman,
Seperti itulah kata-kata yang diucapkan dengan baik adalah berbuah bagi ia yang melakukan tindakan (pada diri mereka). [P-Dhp 126]

Seperti seekor lebah, tanpa melukai bunga, warnanya atau harumnya,
Mengambil nektarnya dan pergi, begitulah seharusnya ia yang melihat berjalan di desa. [P-Dhp 127]

° Kematian mengambil dan membawa ia yang pikirannya melekat untuk mengumpulkan bunga,
Seperti sebuah banjir besar (membawa pergi) sebuah desa yang tertidur. [P-Dhp 128]

° Pembuat akhir mengendalikan  ia yang pikirannya melekat untuk mengumpulkan bunga,
Walaupun ia tidak dipenuhi dengan kenikmatan indra. [P-Dhp 129]

Sama seperti dari tumpukan bunga seseorang dapat membuat banyak karangan bunga,
Begitupun seharusnya banyak perbuatan baik telah dilakukan oleh ia yang terlahir sebagai manusia. [P-Dhp 130]

Siapa yang akan menaklukan dunia,
Dan alam baka, bersama dengan para dewa?
Siapa yang akan (memenangkan) syair Dhamma yang dibabarkan dengan baik,
Seperti seorang pria baik memenangkan sebuah bunga? [P-Dhp 131]

Seorang yang berlatih akan menaklukan dunia,
Dan alam baka, bersama dengan para dewa,
Ia akan (memenangkan) syair Dhamma yang dibabarkan dengan baik,
Seperti seorang pria baik memenangkan sebuah bunga. [P-Dhp 132]

Sama seperti melati melepaskan bunganya [yang layu?],
Begitupun, para Bhikṣu, melepaskan (semua) nafsu dan kebenciannya. [P-Dhp 133]

Mengetahui bahwa dunia ini sama seperti buih,
Memiliki sifat ilusi bagi mereka yang mengerti,
Memotong pucuk bunga Māra (anak panah),
Seseorang seharusnya pergi melampaui pandangan Raja Kematian. [P-Dhp 134]

Sama seperti di dalam tumpukan sampah yang di tinggalkan di jalan utama,
Sebuah teratai mungkin timbul, dengan keharuman murni, menyenangkan pikiran, [P-Dhp  135]

° Begitu juga di antara yang ditinggalkan, siswa Sambuddha yang Sempurna,
Menerangi mereka yang diliputi kegelapan dan masih awam melalui kebijaksanaannya. [P-Dhp 136]

Bab tentang Bunga





9. Bab tentang Nafsu

Bagi seorang manusia yang hidup dalam kelengahan
Nafsu meningkat seperti tanaman menjalar,
Ia bergerak dari satu tempat ke tempat lain
Seperti seekor kera mencari buah didalam hutan. [P-Dhp 137]

Bagi ia yang ditaklukan oleh nafsu rendahan di dunia, yang adalah sulit untuk dilampaui,
Bagi ia kesedihan meningkat seperti rumput yang telah dihujani. [P-Dhp 138]

Siapapun yang dapat mengatasi nafsu rendahan di dunia, yang adalah sulit untuk dilampaui,
Kesedihan bergulir darinya seperti setetes air di bunga teratai. [P-Dhp 139]

Ini Kukatakan padamu: “Keberuntungan sebanyak yang telah berkumpul disini”,
Galilah akar nafsu, seperti seseorang mencari akar (dengan menggali) rumput,
Bagi ia yang telah memotong akar nafsu tidak ada nafsu, bagaimana mungkin ada ketakutan? [P-Dhp 140]

Seseorang dengan nafsu sebagai teman memiliki waktu yang panjang dalam kelahiran dan kematian,
Di dalam kelahiran ini atau kelahiran lainnya, disini dan disana, lagi dan lagi. [P-Dhp 141]

Setelah memahami bahaya, bahwa nafsu adalah asal mula penderitaan,
Terbebas dari nafsu, tanpa kemelekatan, seorang Bhikṣu seharusnya mengembara dengan penuh perhatian. [P-Dhp 142]

Ikatan ini adalah tidak terlalu kuat kata yang bijaksana,
Yang terbuat dari besi, kayu, atau buluh,
° Penuh ambisi dan bergairah mereka mencari,
Perhiasan dan anting-anting dan anak dan istri – [P-Dhp 143]

Ikatan ini adalah kuat kata yang bijaksana,
Menarik kebawah, sulit, susah terbebas darinya,
Setelah memotong ini yang baik pergi dengan damai,
Tanpa pencarian, meninggalkan semua penderitaan. [P-Dhp 144]

Tidak melalui hujan kāhāpaṇa (uang) kepuasan ditemukan untuk keinginan indra,
Yang bijaksana mengetahui: “Nafsu indra memiliki sedikit kesenangan, (banyak) penderitaan,” [P-Dhp 145]

Tidak menemukan kegembiraan bahkan didalam kenikmatan surgawi,
Siswa Sambuddha yang Sempurna bergembira dalam hancurnya nafsu. [P-Dhp 146]




Tanpa nafsu, tanpa kemelekatan, terampil dalam kata dan penjelasannya,
Mengetahui bagaimana perkataan disusun, yang datang sebelum dan yang sudah,
Ia yang dalam tubuh terakhirnya dikatakan seorang yang sangat bijaksana. [P-Dhp 147]

° Ada aliran arus kemelekatan dan
Kesenangan batin untuk seseorang,
Bergantung pada kenikmatan mereka mencari kebahagiaan,
Orang-orang itu di dalam kelahiran dan usia tua. [P-Dhp 148]

Orang-orang dikepung oleh nafsu
Berputar seperti kelinci di dalam perangkap,
Mereka terikat dan melekat pada belenggu,
Mereka datang lagi dan lagi kedalam rahim untuk waktu yang lama. [P-Dhp 149]

Jadilah bebas dari masa lalu, jadilah bebas dari masa depan,
Jadilah bebas dari saat ini, setelah menyeberangi (semua) kemunculan,
Dengan pikiran terbebas dalam semua sisi,
Engkau akan tidak kembali pada kelahiran dan usia tua. [P-Dhp 150]

Ia yang terbebas dari nafsu, yang terbebas dari rimba,
(Melalui) kebebasan dari rimba, lari kembali ke dalam rimba,
Datanglah kemari dan liat orang itu,
(Walaupun) terbebas, ia kembali ke belenggu. [P-Dhp 151]

Ladang hancur dengan rumput liar, orang-orang hancur dengan nafsu,
Oleh karena itu ada buah yang besar untuk pemberian kepada ia yang tanpa nafsu. [P-Dhp 152]

Ladang hancur dengan rumput liar, orang-orang hancur dengan kebencian,
Oleh karena itu ada buah yang besar untuk pemberian kepada ia yang tanpa kebencian. [P-Dhp 153]

Ladang hancur dengan rumput liar, orang-orang hancur dengan delusi,
Oleh karena itu ada buah yang besar untuk pemberian kepada ia yang tanpa delusi. [P-Dhp 154]

Rimba kenikmatan di mana di dalamnya orang-orang tidak bersenang,
Ia yang tanpa kesenangan bersenang di dalamnya, (tetapi) bukan ia yang mencari kenikmatan indra. [P-Dhp 155]

Sama seperti ketika akar pohon masih kuat dan tidak rusak,
Walaupun pohon itu telah ditebang, akan tumbuh kembali,
Jadi ketika kecenderungan pada nafsu tidak tergali,
Penderitaan ini muncul lagi dan lagi. [P-Dhp 156]

Bab tentang Nafsu




10. Bab tentang Noda

Kurangnya pengulangan adalah kehancuran dari Vedā, kurangnya perbaikan adalah kehancuran rumah,
Kelambanan adalah kehancuran dari penampilan, kelengahan adalah kehancuran bagi ia yang terjaga. [P-Dhp 157]

Watak buruk adalah noda seorang wanita, kekikiran adalah noda seorang pemberi,
Kehendak buruk adalah noda baik di dunia ini maupun alam nanti. [P-Dhp 158]

Aku katakan ada noda yang lebih buruk dari itu, ketidak tahuan adalah noda yang mematikan,
Setelah meninggalkan noda itu, hiduplah tanpa noda, para Bhikṣu! [P-Dhp 159]

Seperti sebuah noda (karat) muncul dari besi,
Dan munculnya hal itu, itu akan memakannya kelak,
Begitu pula dengan ia yang terlalu memanjakan dirinya,
Perbuatannya menuntun ia pada alam menderita. [P-Dhp 160]

Sekarang engkau adalah daun yang layu,
Raja Yama berdiri menunggumu,
Engkau berdiri dalam pintu kehancuran,
Dengan tanpa kepastian untuk perjalanan yang dapat ditemukan.  [P-Dhp 161]

Engkau seharusnya berusaha dan berupaya dengan dirimu sendiri,
Seperti seorang penempa, engkau harus melenyapkan noda,
Lenyapkanlah noda, tanpa cela,
Engkau mencari alam luhur yang kedua. [P-Dhp 162]

Orang bijaksana secara bertahap, sedikit demi sedikit, saat demi saat,
Harus melenyapkan noda untuk dirinya sendiri, seperti penempa (melenyapkan noda) dari perak. [P-Dhp 163]

Hidup adalah mudah bagi ia yang tanpa rasa malu, ia menjalankan hidup dengan kekotoran,
Fitnah dan kecerobohan, dengan berani dan menonjol seperti gagak. [P-Dhp 164]

Hidup adalah sulit ketika diberkahi oleh rasa malu, bagi ia yang terus menerus mencari kemurnian,
Bagi ia yang tulus, dan tanpa fitnah, mencari kemurnian dalam kehidupan. [P-Dhp 165]

Mudah untuk melihat kesalahan orang lain, tetapi miliknya sendiri sulit dilihat,
Bagi ia yang mencari kesalahan orang lain seperti mereka menyaring sekam,
Tetapi ia yang menyembunyikan (kesalahannya) sendiri, bagaikan seorang pemain curang yang (menyembunyikan) kekalahannya. [P-Dhp 166]




Mudah dilakukan sesuatu yang tidak baik, dan tidak bermanfaat untuk seseorang,
Tetapi hal itu yang bermanfaat dan baik adalah sangat sulit dilakukan. [P-Dhp 167]


Mudah dilakukan sesuatu yang tidak baik, dan tidak bermanfaat untuk seseorang,
Tetapi (hanya) yang bermanfaat dan baik yang dilakukan oleh orang bijaksana. [P-Dhp 168]

Mereka malu dengan apa yang tidak memalukan, tidak malu dengan apa yang memalukan,
Melihat ketakutan dalam apa yang tidak menakutkan, tidak melihat ketakutan dalam apa yang menakutkan,
Memiliki pandangan salah, para makhluk pergi ke alam menderita. [P-Dhp 169]

Menemukan celaan pada apa yang tanpa cela, tidak memahami cela pada apa yang tercela,
Memiliki pandangan salah, para makhluk pergi ke alam menderita. [P-Dhp 170]

Menemukan hal penting pada apa yang tidak penting, dan memahami tidak penting pada apa yang penting,
Mereka tidak mengerti apa yang penting, dan berdiam dalam pikiran salah. [P-Dhp 171]

Mengetahui hal penting pada apa yang penting, dan tidak penting pada apa yang tidak penting,
Mereka mengerti apa yang penting, dan berdiam dalam pikiran benar. [P-Dhp 172]

Melibatkan diri pada apa yang tidak sesuai, tidak terlibat pada apa yang sesuai,
Meninggalkan kebaikan, menggenggam kecintaan, mereka iri pada ia yang berusaha demi kebaikan. [P-Dhp 173]

Bab tentang Noda





11. Bab tentang Orang Dungu

Orang bodoh dan dungu hidup dengan diri mereka sendiri sebagai musuhnya,
Melakukan perbuatan buruk, yang menghasilkan buah pahit. [P-Dhp 174]

Bagaimana ia bisa melakukan perbuatan itu, yang, ketika dilakukan, seseorang akan menyesal,
Yang karenanya ia memiliki air mata di wajahnya, sebagai hasil yang bersama mengikutinya. [P-Dhp 175]

Tetapi perbuatan itu yang dengan baik dilakukan, yang, ketika dilakukan, seseorang tidak menyesal,
Yang karenanya ia bersenang dan berbahagia, sebagai hasil yang bersama mengikutinya. [P-Dhp 176]

Sejauh apapun pembelajaran muncul pada si dungu, itu hanya untuk kerugiannya,
Itu menghancurkan kualitas baik si dungu, dan itu akan menghancurkan kepalanya. [P-Dhp 177]

Dia berharap saat kekurangan rasa hormat, dan status di antara para Bhikṣu,
Demi kendali di tempat tinggal, dan penghormatan di antara keluarga baik: [P-Dhp 178]

“Perumah tangga dan yang meninggalkan rumah seharusnya berpikiran ini telah dilakukan olehku,
Biarlah tidak ada yang menjadi pasangan untuk ku, dalam semua yang harus dilakukan dan tidak dilakukan ", [P-Dhp 179]

Demikianlah orang dungu berpikir, (sementara itu) keinginan dan kesombongannya meningkat.
Jalan untuk perolehan adalah satu hal, (jalan) menuju Nibbāna adalah hal lain, [P-Dhp 180]

Demikianlah melihat hal itu sebagaimana adanya, adalah siswa Sang Buddha,
seharusnya tidak bersenang dalam penghormatan, (tetapi) berlatih dalam kesendirian. [P-Dhp 181]

Orang dungu berpikir ada kesuksesan, ketika ia mengucapkan kata kasar,
Tetapi bagi ia yang mengetahui, menahankan adalah kesuksesan orang baik. [P-Dhp 182]

Tanpa kekuatan adalah kekuatan darinya yang mana kekuatan ini adalah kekuatan seorang dungu,
Celaan tidak ditemukan pada ia yang kuat, dilindungi oleh Dhamma. [P-Dhp 183]

Orang dungu yang memahami dirinya adalah dungu, paling tidak bijaksana dalam (hal) itu,
Orang dungu yang bangga dengan kebijaksanaannya, dia tentu dikatakan sebagai orang dungu. [P-Dhp 184]




Panjang adalah malam bagi ia yang tidak tidur, panjang adalah satu Yojana bagi ia yang lelah,
Panjang adalah lingkaran kelahiran dan kematian bagi si dungu yang tidak mengetahui Dhamma Sejati. [P-Dhp 185]

Orang itu yang membungkus ikan busuk dengan rumput harum terbaik,
Membuat harum dari rumput tercium busuk, (dan) begitulah dengan mereka yang berkumpul dengan orang dungu. [P-Dhp 186]

Orang itu yang membungkus tagara dalam daun pohon lidah api,
Membuat daun bahkan menjadi harum, (dan) begitulah dengan mereka yang berkumpul dengan orang bijaksana. [P-Dhp 187]

Jika seseorang yang tidak berbuat kejahatan berkumpul dengan ia yang berbuat,
Ia dicurigai sebagai orang jahat, dan reputasi buruknya meningkat. [P-Dhp 188]

Seorang teman berkumpul dengan orang lain yang tersentuh dengan kontak,
Seperti sebuah anak panah yang dilumuri racun dalam ikatan, melumuri yang tidak terlumuri,
Takut menjadi terlumuri yang bijaksana tidak akan memiliki teman jahat. [P-Dhp 189]

Oleh karena itu mengetahui hasil dari seseorang dengan perumpamaan bungkus buah,
Ia seharusnya tidak mengikuti ia yang jahat, yang bijaksana seharusnya berkumpul dengan yang baik. [P-Dhp 190]

Bahkan jika seorang dungu mendatangi orang bijaksana selama hidupnya,
Ia tidak dapat mempelajari Dhamma, seperti sendok tidak dapat mempelajari rasa dari kari. [P-Dhp 191]

Jika seorang yang tanggap mendatangi orang bijaksana bahkan hanya untuk sesaat,
Ia dengan cepat mempelajari Dhamma, seperti lidah (mempelajari) rasa dari kari. [P-Dhp 192]

Seseorang seharusnya tidak memandang remeh kejahatan kecil (dengan berpikir): Itu tidak akan berbalik kepadaku,
Melalui jatuhnya tetes-tetes air pot air (cepat) terisi,
Orang dungu, menampung sedikit demi sedikit, menjadi penuh dengan kejahatan. [P-Dhp 193]

Seseorang seharusnya tidak memandang remeh jasa kebajikan kecil (dengan berpikir): Itu tidak akan berbalik kepadaku,
Melalui jatuhnya tetes-tetes air pot air (cepat) terisi,
Yang bijaksana menampung sedikit demi sedikit, menjadi penuh dengan jasa kebajikan. [P-Dhp 194]

Bab tentang Orang Dungu





12. Bab tentang Tongkat

Bukan dengan telanjang, atau berambut kusut, atau berlumuran lumpur,
Atau berpuasa atau berbaring pada tanah berbatu,
Pakaian kotor, (atau) berusaha ketika dalam posisi jongkok,
Dapat memurnikan seorang yang tidak menghilangkan keragu-raguan. [P-Dhp 195]

Bahkan jika harus menghiasi dirinya sendiri,
(Tetapi) yang terlatih, damai, menetap, hidup dengan Dhamma,
Dan telah meletakan tongkat terhadap semua makhluk,
Ia adalah seorang Brāhmaṇa, seorang Pertapa, seorang Bhikṣu. [P-Dhp 196]

Jangan mengucapkan apapun yang kasar, berbicara kepadanya yang mungkin membalas perkataanmu,
Ucapan arogan memerlukan penderitaan, dan mereka mungkin membalasmu dengan tongkat pemukul. [P-Dhp 197]

Jika engkau membuat suara seperti sebuah gong itu adalah pukulan,
Engkau akan pergi kedalam lingkaran kelahiran dan kematian untuk waktu yang lama. [P-Dhp 198]

Jika engkau tidak membuat suara seperti sebuah gong itu bukanlah pukulan,
Engkau adalah (seperti) ia yang telah mencapai Nibbāna, pertikaian tidak ditemukan dalam dirimu. [P-Dhp 199]

Seperti pengembala dengan tongkat mengarahkan ternak ke padang rumput,
Demikianlah usia tua dan kematian mengarahkan makhluk hidup. [P-Dhp 200]

Seperti pengembala dengan tongkat melindungi pemilik padang rumput,
Demikianlah seseorang seharusnya memperhatikan diri sendiri, dan engkau seharusnya tidak membiarkan momen berlalu,
Ketika kesempatan telah berlalu mereka bersedih ketika terlahir ke alam rendah. [P-Dhp 201]

Semua orang bergetar pada tongkat, bagi mereka semua kehidupan adalah berharga,
Membandingkan diri sendiri (dengan orang lain), seseorang seharunya tidak melukai atau menyebabkan (mereka) terluka. [P-Dhp 202]

Ia yang mencelakai dengan tongkat makhluk-makhluk yang menginginkan kebahagiaan,
Ketika mencari kebahagiaan untuk dirinya sendiri, tidak menemukan kebahagiaan setelah kematian. [P-Dhp 203]

Ia yang tidak mencelakai dengan tongkat makhluk-makhluk yang menginginkan kebahagiaan,
Ketika mencari kebahagiaan untuk dirinya sendiri, akan menemukan kebahagiaan setelah kematian. [P-Dhp 204]

Seseorang seharusnya tidak menjaga pertemanan dengan teman yang jahat, seseorang seharusnya tidak menjaga pertemanan dengan orang yang tercela,
Engkau seharunya menjaga pertemanan dengan orang arif dan bijaksana, engkau seharusnya menjaga pertemanan dengan orang-orang yang unggul.
Menjaga pertemanan dengan mereka (tentu) lebih baik untukmu, bukan lebih buruk. [P-Dhp 205]

Seseorang seharusnya menghormati ia yang menunjukan kesalahanmu seperti seseorang yang menunjukan harta tersembunyi,
Seseorang seharusnya menjaga pertemanan dengan orang bijaksana demikian yang memarahimu,
Menjaga pertemanan dengan mereka (tentu) lebih baik untukmu, bukan lebih buruk. [P-Dhp 206]

Seseorang seharusnya menasehati, menginstruksikan, dan melarang siapapun yang keji,
Hal ini dicintai oleh yang baik, (tetapi) hal ini tidak dicintai oleh yang buruk. [P-Dhp 207]

Oleh karena itu yang baik dan yang buruk pergi dari sini ke tujuan yang berbeda,
Yang buruk pergi ke neraka, yang baik pergi ke surga. [P-Dhp 208]

Seseorang yang sedikit belajar bertambah dalam usia seperti seekor banteng,
(Walaupun) dagingnya bertambah, kebijaksanaannya tidak bertambah. [P-Dhp 209]

Ada empat keadaan bagi seseorang yang lengah,
Seseorang yang berhubungan dengan istri orang lain, mengalami:
Dia mendapatkan karma buruk, tempat tidur yang tidak nyaman,
Hinaan yang ketiga, dan (telahir kembali dalam) neraka sebagai yang keempat. [P-Dhp 210]

Memperoleh karma buruk dan kelahiran yang buruk,
Dan (hanya) kenikmatan kecil dari seorang pria ketakutan dengan seorang wanita ketakutan,
Dan raja-raja yang memberikan hukuman berat,
Ketika hancurnya jasmani ia pergi ke neraka. [P-Dhp 211]

Yang terkendali pergi ke alam surga, yang tidak terkendali pergi ke neraka,
(Dengan berpikir): “Saya seharusnya tidak memamerkan kepercayaan diri,” orang bijaksana itu mengembara dengan damai. [P-Dhp 212]

Janganlah, gajah, mendekati Sang Buddha,
Ada penderitaan disana, gajah, dalam mendekati Sang Buddha,
Bagi ia yang menyerang Sang Buddha, gajah,
Tidak pergi dari sini ke alam surga. [P-Dhp 213]



° Seperti singa mengembara di medan pegunungannya,
Tempatnya adalah didalam pegunungan,
° Jangan melukai pahlawan-manusia, ia yang tanpa takut,
Ia yang unggul dalam upaya.  [P-Dhp 214]

Seperti gajah dalam peperangan (menahankan) tembakan anak panah dari busur,
(Begitulah) aku akan menahankan caci maki, untuk banyak orang yang tidak bermoral. [P-Dhp 215]

Bab tentang Tongkat





13. Bab tentang Perlindungan

° Banyak orang terguncang dengan ketakutan pergi untuk berlindung
Ke pegunungan dan hutan-hutan, ke tempat-tempat dengan pepohonan yang indah. [P-Dhp 216]

Itu bukanlah perlindungan yang aman, itu bukanlah perlindungan yang tertinggi,
(Atau) apakah perlindungan yang di datangi untuk terbebas dari semua penderitaan? [P-Dhp 217]

Siapapun yang telah pergi berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Saṅgha,
Dan ia yang melihat sebagaimana adanya Empat Kebenaran Mulia, [P-Dhp 218]

Itu adalah perlindungan yang aman, itu adalah perlindungan tertinggi,
Itu adalah perlindungan yang di datangi untuk terbebas dari semua penderitaan. [P-Dhp 219]

Jika, ketika para sapi menyebrangi (jalan), pemimpin mereka berjalan miring,
Mereka semua akan berjalan miring, seperti pemandu mereka yang berjalan miring. [P-Dhp 220]

Begitu pula dengan manusia, ia yang ditunjuk sebagai pemimpin,
Jika ia hidup tidak sesuai Dhamma , orang lain akan demikian. [P-Dhp 221]

Jika, ketika para sapi menyebrangi (jalan), pemimpin mereka berjalan lurus,
Mereka semua akan berjalan lurus, seperti pemandu mereka yang berjalan lurus. [P-Dhp 222]

Begitu pula dengan manusia, ia yang ditunjuk sebagai pemimpin,
Jika ia hidup sesuai Dhamma, orang lain akan demikian. [P-Dhp 223]

Seseorang seharusnya hidup dengan Dhamma, dengan prilaku baik, tidak dengan prilaku buruk,
Hidup dengan Dhamma seseorang hidup dalam kemudahan di dunia ini dan alam nanti. [P-Dhp 224]

Seseorang seharusnya hidup dengan Dhamma, dengan prilaku baik, tidak dengan perilaku buruk,
Menjalani kehidupan suci seseorang hidup dalam kemudahan di dunia ini dan alam nanti. [P-Dhp 225]

Ia yang menemukan kenikmatan dalam Dhamma, bersenang dalam Dhamma, merefleksikan Dhamma,
Seorang Bhikṣu yang mengingat Dhamma, tidak dapat meninggalkan Dhamma. [P-Dhp 226]

Dhamma melindungi ia yang hidup dengan Dhamma,
Dhamma yang dipraktikan dengan baik adalah diatur pada kebahagiaan,
Inilah manfaat dari Dhamma yang dipraktikan dengan baik,
Ia yang hidup dengan Dhamma tidak dapat pergi ke alam rendah. [P-Dhp 227]

Dhamma melindungi ia yang hidup dengan menjalani kehidupan suci,
Dhamma yang dipraktikan dengan baik adalah diatur pada kebahagiaan,
Inilah manfaat dari Dhamma yang dipraktikan dengan baik,
Ia yang hidup dengan menjalani kehidupan suci tidak dapat pergi ke alam rendah. [P-Dhp 228]

Tidak hidup dengan menjalani kehidupan suci, tidak memiliki perolehan kekayaan dalam masa mudanya,
Mereka menyia-nyiakan seperti bangau dalam danau kecil yang tanpa ikan. [P-Dhp 229]

Tidak hidup dengan menjalani kehidupan suci, tidak memiliki perolehan kekayaan dalam masa mudanya,
Mereka berbohong seperti (anak panah) yang berserakan dari busur, meratap tentang hal-hal di masa lalu.  [P-Dhp 230]

Ia yang penuh perhatian yang berusaha tidak bersenang dalam tempat tinggal,
Seperti angsa yang meninggalkan danau, mereka meninggalkan kegemaran untuk pulang. [P-Dhp 231]

Seperti angsa pergi melalui jalur udara, mereka pergi melalui langit dengan kekuatan mereka,
Orang bijaksana menuntun keluar dalam dunia ini, setelah menghancurkan Māra dan pasukannya. [P-Dhp 232]

Mengapa tertawa, mengapa bergembira, ketika dunia selalu terbakar,
Ketika terlempar dalam kegelapan, apakah engkau tidak mencari cahaya? [P-Dhp 233]

Seperti sebuah kota di daerah perbatasan di jaga di dalam dan di luar,
Demikianlah seseorang seharusnya melindungi diri sendiri, dan engkau seharusnya tidak membiarkan momen berlalu,
Ketika kesempatan telah berlalu mereka bersedih ketika terlahir ke alam neraka. [P-Dhp 234]

Tidak dengan menjadi tercukur seorang disebut pertapa, (jika) ia tidak bersumpah, berbicara kebohongan,
Dan diberkahi dengan keinginan dan nafsu, bagaimana ia akan menjadi pertapa? [P-Dhp 235]

Ia yang memadamkan perbuatan buruk, kecil dan besar, dalam segala sisi –
Melalui meredanya perbuatan buruk, ia disebut sebagai pertapa. [P-Dhp 236]

Ia yang padanya tiga puluh enam arus terdiri dari kontak dengan kesombongan yang kuat,
Ia yang dengan pandangan salah terbawa oleh arus kehendak keserakahannya. [P-Dhp 237]

Seseorang seharusnya meninggalkan kemarahan, seseorang seharusnya meninggalkan kesombongan,
Seseorang seharusnya mengatasi semua belenggu,
Tanpa melekat pada pikiran dan bentukan jasmani,
Penderitaan tidak pernah dapat menimpa ia yang tanpa kepemilikan. [P-Dhp 238]

Bab tentang Perlindungan





14. Bab tentang Kesabaran

Menahankan kesabaran adalah pertapaan tertinggi,
Nibbāna adalah yang tertinggi dikatakan oleh para Buddha,
Ia yang meninggalkan keduniawian tidak menyakiti orang lain,
(Juga tidak) seorang pertapa mengusik orang lain. [P-Dhp 239]

Mereka yang bijaksana tanpa kekerasan, terus terkendali dalam jasmani,
Berjalan menuju tanpa kematian (Nibbāna), setelah pergi kesana mereka tidak bersedih. [P-Dhp 240]

Siswa-siswa Gotama selalu terjaga pada penyadaran yang baik,
Mereka yang siang dan malam memiliki pikiran yang bersenang dalam tanpa kekerasan. [P-Dhp 241]

Siswa-siswa Gotama selalu terjaga pada penyadaran yang baik,
Mereka yang siang dan malam memiliki pikiran yang bersenang dalam pengembangan. [P-Dhp 242]

Siswa-siswa Gotama selalu terjaga pada penyadaran yang baik,
Mereka yang siang dan malam terus memiliki perhatian penuh pada jasmani. [P-Dhp 243]

Ia yang bijaksana bersungguh-sungguh pada samadhi, yang bersenang dalam kedamaian dari pelepasan,
Bahkan para dewa pun iri padaNya, Sambuddha, ia yang penuh perhatian.  [P-Dhp 244]

Entah di hutan ataupun desa, entah di dataran rendah atau tinggi,
Di manapun para Arahat hidup, tempat itu (pasti) menyenangkan. [P-Dhp 245]

Jika, bahkan untuk satu makhluk, ia yang dengan pikiran tidak rusak.
Memiliki cinta kasih, ada kebajikan dalam hal itu,
Tetapi ia yang dengan pikiran kasih sayang pada semua makhluk,
Orang mulia (itu) membuat jasa yang berlimpah. [P-Dhp 246]

Mereka yang menaklukan bumi, penuh dengan makhluk hidup,
Pelihat kerajaan itu yang telah pergi berkeliling melakukan pengorbanan,
Pengorbanan kuda, pengorbanan manusia,
Melempar tongkat, persembahan Soma, tanpa halangan –
(Dibandingkan dengan) ia yang mengembangkan pikirannya dengan cinta kasih,
Mereka tidak sebanding bahkan seperenam belas bagian,
Sama seperti seluruh bintang (tidak sebanding) dengan cahaya bulan. [P-Dhp 247]

Kemudian ia yang dengan pikiran cinta kasih memiliki kasih sayang pada semua makhluk,
Memiliki cinta kasih terhadap semua makhluk, ia tidak memiliki seorang pun yang dibenci. [P-Dhp 248]

Bagi ia yang setiap siang dan malam bersenang dalam pikiran tanpa kekerasan,
Memiliki cinta kasih terhadap semua makhluk, ia tidak memiliki seorang pun yang dibenci. [P-Dhp 249]

Bagi ia yang setiap siang dan malam bersenang dalam pengembangan,
Memiliki cinta kasih terhadap semua makhluk, ia tidak memiliki seorang pun yang dibenci. [P-Dhp 250]

Bagi ia yang setiap siang dan malam selalu penuh perhatian pada jasmani,
Memiliki cinta kasih terhadap semua makhluk, ia tidak memiliki seorang pun yang dibenci. [P-Dhp 251]

Ia yang bukan pembunuh atau telah membunuh, penakluk, ataupun telah menaklukan,
Memiliki cinta kasih terhadap semua makhluk, ia tidak memiliki seorang pun yang dibenci. [P-Dhp 252]

Bukan dengan membenci dapat menghentikan kebencian pada saat apapun di tempat ini,
Mereka hanya dapat dihentikan deangan tidak membenci, kebenaran ini adalah (pasti) abadi. [P-Dhp 253]

Orang lain tidak mengerti bahwa kita seharusnya menjadi berhasil di sini,
Tetapi (bagi) mereka di sini yang mengerti, melalui hal itu, perselisihan (mereka) akan berhenti. [P-Dhp 254]

Biarlah kami hidup dengan kebahagiaan sejati, tanpa membenci, di antara mereka yang memiliki kebencian,
Di antara manusia yang memiliki kebencian, biarlah kami hidup tanpa kebencian. [P-Dhp 255]

Biarlah kami hidup dengan kebahagiaan sejati, tanpa kerinduan, di antara mereka yang merindukan,
Di antara manusia yang merindukan, biarlah kami hidup tanpa kerinduan. [P-Dhp 256]

Kami hidup dengan kebahagiaan sejati cukup tanpa rasa memiliki diri sendiri
Diantara mereka dengan rasa memiliki biarlah kami hidup dengan tanpa memiliki. [P-Dhp 257]

Seseorang seharusnya melihat itu seperti sebuah buih, seseorang seharusnya melihat itu sebagai ilusi,
Melihat pada dunia dalam cara ini Raja Kematian tidak dapat melihat (ia). [P-Dhp 258]

Tubuh ini sudah usang, sarang penyakit, binasa,
Tubuh yang busuk menjadi hancur, karena kehidupan berakhir dalam kematian. [P-Dhp 259]
Setelah melihat orang tua, ia yang menderita dan sakit,
Setelah melihat seseorang yang meninggal, setelah tidak lama (untuk) seorang siswa,
Kecemasan, tajam dan luas, muncul,
(Dan) ia yang bijaksana memotong belenggu kehidupan perumah tangga. [P-Dhp 260]

Bab tentang Kesabaran






15. Bab tentang Kekotoran

Diantara para manusia sedikit orang yang pergi melampaui,
Sebagian sisanya berlari di batas tepi, [P-Dhp 261]

Tetapi mereka yang hidup dengan benar, sesuai dengan Dhamma yang sempurna diajarkan ini,
Mereka akan pergi melampaui alam kematian, yang sangat sulit disebrangi. [P-Dhp 262]

Setelah meninggalkan keadaan yang gelap, ia yang bijaksana seharusnya mengembangkan yang terang,
Setelah melangkah maju dari kehidupan rumah tangga menjadi tanpa rumah; dalam kesendirian, dimana sangat sulit untuk bersenang, [P-Dhp 263]

Ia seharusnya mencari kenikmatan di tempat itu, setelah menyerah pada nafsu indra, dan tanpa rasa kepemilikan,
Ia harus memurnikan dirinya dari kotoran-kotoran pikiran dalam segala cara.  [P-Dhp 264]

Bagi ia yang telah terkembang dengan baik dan dengan pikiran yang damai faktor dari pencerahan sempurna,
Setelah menyerah pada keakuan, ia yang bersenang dalam menjadi tidak melekat,
Bebas dari kekotoran, bersinar terang, yang terbebas di dunia. [P-Dhp 265]

Yang harus di lakukan tidak di lakukan, tetapi apa yang tidak harus di lakukan telah di lakukan,
Bagi ia yang kurang ajar, ia yang lengah, kekotoran mereka bertambah. [P-Dhp 266]

Tetapi bagi ia yang selalu dengan benar berupaya penuh perhatian pada jasmani,
Yang tidak mempraktekkan apa yang tidak harus di lakukan, selalu dalam apa yang harus di lakukan,
Bagi ia yang penuh perhatian, yang sadar sepenuhnya, kekotorannya dihancurkan. [P-Dhp 267]

Mereka yang mencari kesalahan orang lain, yang selalu melihat pelanggaran,
Bagi mereka kekotoran meningkat, mereka jauh dari penghancuran mereka. [P-Dhp 268]

Bagi mereka yang memutuskan untuk menjadi waspada, yang berlatih siang dan malam,
Yang berkehendak pada Nibbāna, kekotoran di letakan untuk beristirahat. [P-Dhp 269]

Bagi mereka yang kekotorannya di hancurkan, yang tidak bergantung pada makanan,
Bagi mereka yang berdiam dalam kebebasan, yang kosong atau tanpa tanda,
Seperti burung-burung di langit, jejak mereka sulit di temukan. [P-Dhp 270]

Bahkan bukan melalui aturan dan ritual, atau melalui banyak belajar,
Atau melalui pencapaian konsentrasi, atau melalui tinggal di tempat terpencil, [P-Dhp 271]




Apakah kita mencapai kebahagiaan pelepasan, tidak di praktekan oleh kaum duniawi,
Biarlah seorang Bhikṣu tidak menjadi percaya diri (selama) penghancuran kekotoran belum tercapai. [P-Dhp 272]

Ini bukan waktunya untuk menjadi lengah, ketika kehancuran kekotoran belum tercapai,
Dengan lengah ia mengikuti penderitaan, seperti ibu rusa (mengikuti) singa. [P-Dhp 273]

Beberapa jatuh kembali ke dalam rahim, (tetapi) mereka yang jahat ke dalam alam rendah,
Orang baik pergi ke surga, mereka yang bebas dari kekotoran telah terbebaskan. [P-Dhp 274]

Seperti danau yang dalam, bersih dan tenang,
Seperti itulah yang bijaksana percaya diri setelah mendengarkan Dhamma. [P-Dhp 275]

Ia yang kemenangannya tidak dapat dicegah,
Yang kemenangannya tidak akan berakhir,
Sang Buddha, ia yang terunggul dalam berupaya,
Dengan jalan apa engkau akan menyaingi ia yang tidak dapat di lampaui? [P-Dhp 276]

° Bagi ia tidak ada keinginan, kemelekatan,
Atau nafsu untuk mengarahkan (ia) kemanapun,
Sang Buddha, yang jangkauannya tidak terbatas,
Dengan jalan apa engkau akan menyaingi ia yang tidak dapat di lampaui? [P-Dhp 277]

Bab tentang Kekotoran






16. Bab tentang Ucapan

Ucapan terjaga, terkendali dengan baik dalam pikiran,
Ia yang tidak mempraktekkan perbuatan salah dengan jasmani,
Memurnikan tiga jalur perbuatan,
Akan mencapai kedamaian yang tak tertandingi. [P-Dhp 278]

Seseorang seharusnya waspada terhadap kesalahan jasmani, seseorang seharusnya mengendalikan jasmani,
Meninggalkan prilaku jasmani yang salah, seseorang seharusnya memiliki prilaku jasmani yang baik. [P-Dhp 279]

Seseorang seharusnya waspada terhadap kesalahan ucapan, seseorang seharusnya mengendali ucapan,
Meninggalkan prilaku ucapan yang salah, seseorang seharusnya memiliki prilaku ucapan yang baik. [P-Dhp 280]

Seseorang seharusnya waspada terhadap kesalahan pikiran, seseorang seharusnya mengendalikan pikiran,
Meninggalkan prilaku pikiran yang salah, seseorang seharusnya memiliki prilaku pikiran yang baik. [P-Dhp 281]

Orang bijaksana terkendali dalam jasmani, ucapan, dan juga pikiran,
Orang bijaksana terkendali dalam segala sisi, mereka tentu terkendali dengan sangat baik. [P-Dhp 282]

Ini adalah sesuatu yang tua, Ādhora, ini bukanlah sesuatu yang dari hari ini:
Mereka mencela ia yang duduk diam, mereka mencela ia yang berbicara seperlunya,
Mereka mencela ia yang berbicara banyak, tidak ada seorang pun di dunia yang tidak dicela. [P-Dhp 283]

Tidak ada dan tidak akan ada, dan pada saat ini tidak di temukan,
Seseorang yang selalu di cela, atau seseorang yang selalu dipuji. [P-Dhp 284]

Ia yang akan memuji atau mencela ia yang tidak benar,
Seorang dungu dengan kurangnya kecerdasan, itu adalah tanpa tujuan. [P-Dhp 285]

Ia yang, setelah di periksa hari demi hari, adalah di puji oleh orang bijaksana,
Tanpa kesalahan dalam prilaku, cerdas, memperhatikan moralitas dan kebijaksanaan, [P-Dhp 286]

Ia yang seperti koin emas, siapakah yang pantas mencelanya?
Ia di puji oleh para dewa, dan telah di puji oleh para Brahma juga. [P-Dhp 287]




Bukan dengan kelancaran berbicara saja, atau dengan penyusunan yang indah,
Seseorang di katakan terhormat, (apabila masih) cemburu, egois, dan penuh tipu daya. [P-Dhp 288]

Dalam ia yang benar, Dhamma, menghindari, mengendalikan, dan berlatih (dengan baik),
Orang bijaksana yang telah membuang kebencian adalah di katakan terhormat. [P-Dhp 289]

Bahkan melalui pembacaan kumpulan teks-teks suci,
Ia yang mengikuti kelengahan, yang tidak melakukan (apa yang mereka katakan),
Seperti seorang pengembala menghitung ternak orang lain,
Tidak dapat mengambil bagian dari kehidupan pertapaan. [P-Dhp 290]

Bahkan melalui pembacaan teks-teks suci namun sedikit,
Tetapi hidup benar sesuai dengan Dhamma,
Meninggalkan keserakahan, kebencian, dan delusi,
Dengan pikiran terbebas, sepenuhnya tanpa keraguan,
Orang itu, tidak melekat di sini dan setelahnya,
(Tentu) mengambil bagian dari kehidupan pertapaan. [P-Dhp 291]

Seseorang seharusnya berbicara kebenaran, seseorang seharusnya tidak menjadi marah, ketika di minta engkau harus memberi, jika hanya sedikit,
Melalui tiga kondisi ini seseorang dapat pergi ke hadapan para dewa. [P-Dhp 292]

Orang kikir tidak pergi ke dunia para dewa,
Orang dungu pastilah tidak memuji pemberian,
Tetapi yang bijaksana bergembira dalam memberi,
Dan melalui hal itu ia pergi ke dunia para dewa. [P-Dhp 293]

Memiliki moralitas, menjadi murni dan pandai, berprinsip, mengetahui kebenaran,
Ia yang baik melakukan (perbuatan yang adalah) miliknya sendiri, adalah ia yang di cintai oleh banyak orang. [P-Dhp 294]

Lebih baik memakan bola api yang menyala, seperti nyala api,
Daripada (seorang Bhikṣu) itu yang tidak terkendali dan tidak bermoral yang menikmati dana makanan di suatu wilayah. [P-Dhp 295]

Seperti rumput kusa, dengan salah di genggam, memotong kedalam tangan,
Begitulah kehidupan pertapaan, dengan salah di genggam, membawa seseorang turun ke neraka. [P-Dhp 296]

Bagi ia yang mengatakan secara salah, yang telah melanggar dalam satu hal ini,
Yang telah meninggalkan alam nanti, tidak ada kejahatan yang tidak ditinggalkan. [P-Dhp 297]




Bukan sebuah pedang yang diasah dengan baik, (atau) bahkan racun yang mematikan,
Menghancurkan dengan cepat seperti kata-kata yang dengan buruk diucapkan [P-Dhp 298]

Dengan lahirnya seseorang sebuah kapak terlahir dalam mulutnya,
Yang dengannya ia memotong dirinya sendiri mengucapkan kata yang dengan buruk di ucapkan. [P-Dhp 299]

Ia yang memuji yang patut dicela,
Atau ia mencela yang patut dipuji,
Memupuk kesialan dengan mulutnya,
Dan karena kesialan itu ia tidak dapat menemukan kebahagiaan. [P-Dhp 300]

(Di bandingkan dengan) ia yang memiliki kesialan dalam ukuran kecil melalui lemparan dadu dan kehilangan kekayaannya,
Segalanya (yang ia punya), bersama dengan dirinya,
Ini memang nasib buruk yang jauh lebih besar: Ia yang memiliki pikiran yang rusak yang ditujukan kepada mereka yang pergi dengan baik. [P-Dhp 301]

° Untuk seratus tiga puluh enam ribu,
Nirabbudā, dan lima Abudda,
Ia pergi ke neraka melalui mencela Ia yang Mulia,
Karena memiliki kehendak ucapan dan pikiran yang jahat. [P-Dhp 302]

Ia seharusnya mengucapkan kebajikan, ia seharusnya tidak mengucapkan kejahatan,
Ia yang mengucapkan apa yang bajik adalah yang terbaik, setelah berkata jahat ia menderita. [P-Dhp 303]

Ia seharusnya mempraktikan kebajikan, ia seharusnya tidak mengucapkan kejahatan,
Ia yang mengucapkan apa yang bajik adalah yang terbaik, setelah berkata jahat ia menderita. [P-Dhp 304]

Ia seharusnya mengucapkan kata yang baik, ia seharusnya tidak mengucapkan kejahatan,
Ketika kemarahan muncul ia seharusnya mendesaknya, ia berhenti dari membenci. [P-Dhp 305]

Bab tentang Ucapan






17. Bab tentang Diri Sendiri

Ia yang sangat kekurangan dalam kebajikan, seperti pohon merambat yang mematikan menutupi pohon Sala,
Membuat dirinya sesuai dengan apa yang di inginkan musuhnya. [P-Dhp 306]

Kejahatan itu di lakukan oleh diri sendiri, lahir dari diri sendiri, muncul dalam diri sendiri,
Menghancurkan ia yang dungu, seperti sebuah berlian (menghancurkan) batu permata. [P-Dhp 307]

Oleh dirinya sendiri perbuatan jahat di lakukan, oleh diri sendiri seseorang menjadi bernoda,
Oleh diri sendiri perbuatan jahat di tinggalkan dan tidak di lakukan, oleh diri sendiri seseorang di murnikan,
Murni dan tidak murni berasal dari diri sendiri, (untuk itulah) tidak ada seseorang yang dapat memurnikan orang lain. [P-Dhp 308]

Bukan kesalahan orang lain, atau apa yang orang lain lakukan atau tidak di lakukan,
Seseorang seharusnya memikirkan, tetapi apa yang telah di lakukan dan tidak di lakukan oleh diri sendiri. [P-Dhp 309]

Bukan kesalahan orang lain, atau apa yang adil dan tidak adil untuk orang lain,
Seseorang seharusnya memikirkan, tetapi apa yang adil dan tidak adil untuk diri sendiri. [P-Dhp 310]

Jika seseorang menganggap dirinya sendiri sebagai yang di sayangi seseorang seharusnya menjaga dirinya sendiri dengan baik dan benar,
Kebahagiaan tidak mudah untuk di peroleh oleh ia yang berbuat salah. [P-Dhp 311]

Jika seseorang menganggap dirinya sendiri sebagai yang di sayangi seseorang seharusnya menjaga dirinya sendiri dengan baik dan benar,
Selama satu dari tiga jam (jaga malam) ia yang bijaksana seharusnya tetap waspada. [P-Dhp 312]

Duduk sendiri, berbaring sendiri, berjalan sendiri, tekun,
Ia yang menyendiri yang bersenang dalam dirinya sendiri akan bersenang di pinggir hutan. [P-Dhp 313]

° Siapapun yang mencela ajaran para Arahat Orang-orang Mulia yang hidup dengan Dhamma,
Ia yang dungu, bergantung pada pandangan salahnya,
Membuat dirinya sesuai dengan apa yang di inginkan musuhnya. [P-Dhp 314]

° Siapapun yang mencela ajaran para Arahat Orang-orang Mulia yang hidup dengan Dhamma,
Ia yang dungu, bergantung pada pandangan salahnya,
Seperti bambu yang ketika berbuah, membawa pada kehancurannya. [P-Dhp 315]

Pertama seseorang seharusnya menguatkan dirinya sendiri dalam kebaikan dan Dhamma,
Lalu seseorang dapat menasehati orang lain, (dengan berkata): ‘Engkau harus menjadi seperti saya’. [P-Dhp 316]

Pertama seseorang seharusnya berkomitmen pada dirinya sendiri pada apa yang pantas,
Lalu ketika menasehati orang lain, ia yang bijaksana seharusnya tidak memiliki kekotoran (apapun). [P-Dhp 317]

Ia seharusnya memperlakukan dirinya sendiri seperti ia ingin menasehati orang lain (untuk berbuat),
Karena tidak terlatih, ia tentu seharusnya melatih (dirinya sendiri), untuk itulah dikatakan diri sendiri adalah sulit untuk di latih. [P-Dhp 318]

Menjinakkan diri sendiri adalah lebih baik daripada menjinakan orang lain,
Bagi seseorang yang menaklukan dirinya sendiri, yang hidup selalu terkendali dengan baik, [P-Dhp 319]

Bukan dewa, maupun gandhabba, atau Māra bersama dengan Brahma,
Dapat mengubah penaklukan menjadi kekalahan bagi ia yang seperti ini. [P-Dhp 320]

Diri sendiri adalah teman bagi diri sendiri, apakah orang lain akan selalu ada?
Ketika diri sendiri terlatih dengan baik, seseorang menemukan teman yang sulit di temukan. [P-Dhp 321]

Diri sendiri adalah pelindung bagi diri sendiri, diri sendiri adalah tempat berlindung bagi diri sendiri,
Oleh karena itu seseorang seharusnya mengendalikan dirinya sendiri, seperti pedagang (mengendalikan) kuda mulianya. [P-Dhp 322]

Seseorang seharusnya terus menjinakkan dirinya sendiri, itu akan menjadi hasil yang baik,
Menjadi jinak, menjadi damai, menjadi lurus, dan dari itu menjadi jujur,
Kemudian, setelah dijinakan, menjadi bahagia, tidak melekat dan mendingin. [P-Dhp 323]

Oleh diri sendiri seseorang seharusnya mencela diri sendiri, oleh diri sendiri seseorang seharusnya menjadi terkendali,
Ia yang menjaga dirinya sendiri, penuh perhatian, akan hidup bahagia, Bhikṣu. [P-Dhp 324]

Seseorang seharusnya tidak mengabaikan kebaikan dirinya sendiri untuk orang lain, betapapun besarnya;
Mengetahui lebih jauh apa yang baik untuk dirinya sendiri seharusnya menjadi kebaikan tertinggi. [P-Dhp 325]




Bukan untuk kepentingan dirinya sendiri dan bukan untuk kepentingan orang lain,
Tidak menginginkan surga, kekayaan, atau kerajaan –
Ia seharusnya tidak menginginkan kesuksesannya melalui kerusakan,
Ia seharusnya menjadi baik bajik, bijaksana, dan benar. [P-Dhp 326]

Bab tentang Diri Sendiri






18. Bab tentang Memberi

Orang-orang memberi berdasarkan pada keyakinan mereka, berdasarkan pada kepercayaan mereka,
Disini ia yang menderita karena makanan dan minuman (di berikan) untuk orang lain,
Tidak akan, baik siang atau malam, mencapai pada konsentrasi (yang baik). [P-Dhp 327]

Bagi ia yang padanya (penderitaan) ini di potong, di hancurkan pada akarnya, tergali,
Apakah, baik siang dan malam, mencapai pada konsentrasi (yang baik). [P-Dhp 328]

Seperti kuda yang baik tersentuh dengan cambuk,
Hidup bersemangat dan tekun dalam spiritual,
Memiliki keyakinan, moralitas, dan semangat,
Berkonsentrasi dan pandangan terang pada Dhamma,
Kokoh dengan baik dalam kesabaran, kelembutan, dan konsentrasi,
Mereka telah sampai pada inti kebijaksanaan dan pembelajaran. [P-Dhp 329]

Ia yang memperoleh keyakinan dan kebijaksanaan yang tak terkalahkan dalam kehidupan ini,
Memiliki kekayaan besar di dunia, kekayaan lainnya, meski besar, adalah tak berguna. [P-Dhp 330]

Ia yang berkeyakinan yang terkendali pada moralitas, dan memiliki kekayaan dan reputasi,
Apapun tempat dimana ia berdiam, di sana dan kemudian ia dipuji. [P-Dhp 331]

Keyakinan adalah sahabat perjalanan seseorang,
Ia tidak akan menerima perjalanan tanpa keyakinan,
Dari itu akan ada reputasi dan kemasyuran  untuknya,
Dan ketika ia meninggalkan tubuh ia pergi ke surga. [P-Dhp 332]

Ia yang telah melampaui keyakinan (belaka), yang mengetahui apa yang belum dibuat, apa yang telah terpotong,
Yang telah menghancurkan kesempatan, yang telah membuang harapan dan keinginan, adalah tentu seseorang yang tertinggi. [P-Dhp 333]

Adalah jarang kemunculan para Buddha, adalah jarang pengajaran tentang Dhamma,
Adalah jarang untuk mendapatkan keyakinan, adalah jarang kehidupan manusia. [P-Dhp 334]

Bagi ia yang dengan pikiran yang tidak tetap, yang tidak mengenal Dhamma Sejati,
Yang kepercayaan dirinya goyah, kebijaksanaan tidak terpenuhi. [P-Dhp 335]

° Bagi ia yang memiliki pikiran yang kurang percaya diri, itu adalah keburukan atau ketakutan,
Dan sering kali tidak sabar, tidak mungkin memahami Dhamma. [P-Dhp 336]




Ia yang telah menghapus ketidaksabaran, ketidak senangan dari pikirannya,
Dengan pikiran percaya diri, berbahagia, ia dapat mengerti kata-kata yang di ucapkan dengan baik. [P-Dhp 337]

Memperoleh (kelahiran sebagai seorang) manusia, atau pergi ke surga,
Atau memiliki kekuasaan tunggal atas bumi ini – lebih baik adalah buah pemasuk arus. [P-Dhp 338]

Ia yang berkeyakinan pada Tathāgata adalah kokoh dengan baik dan tidak dapat berpindah,
Yang moralitasnya indah, dipuji oleh Para Mulia, [P-Dhp 339]

Yang memiliki kepercayaan pada Saṅgha, yang melihat dengan lurus,
Ia yang mereka katakan ‘tidak miskin’, hidupnya tidak sia-sia. [P-Dhp 340]

Oleh karena itu (dengan) keyakinan, moralitas, kepercayaan diri dan pandangan terang dalam Dhamma,
Seorang bijaksana seharusnya mengabdikan dirinya pada esensi Ajaran Buddha. [P-Dhp 341]

Bab tentang Memberi






19. Bab tentang Pikiran

Yang tidak tenang, pikiran yang goyah, sulit di jaga, sulit di kendalikan,
Ia yang bijaksana meluruskannya, seperti pembuat panah meluruskan anak panahnya. [P-Dhp 342]

Seperti ikan yang di lempar ke daratan yang kering, di tarik dari perairan rumahnya,
Pikiran adalah tidak tenang, (seseorang seharusnya) melepaskan pengaruh Māra. [P-Dhp 343]

° Mereka yang akan mengendalikan pikiran yang jauh berkeliaran,
Adalah kesendirian, tanpa jasmani, tersembunyi, memperoleh pelepasan dari belenggu Māra. [P-Dhp 344]

° Bagi pikiran yang sulit ditundukan, terbang, melayang kemanapun ia mau,
Pengendalian adalah baik, Pengendalian pikiran membawa kebahagiaan. [P-Dhp 345]

Sulit dilihat, sangat halus, melayang kemanapun ia mau,
Orang bijaksana seharusnya menjaga pikirannya, karena terjaga itu membawa kebahagiaan. [P-Dhp 346]

Bagi ia dengan pikiran yang tidak tergantung, bagi ia dengan pikiran yang tidak bingung,
Setelah meninggalkan yang baik dan jahat, untuk terus waspada, tidak ada ketakutan. [P-Dhp 347]

Ia yang meminum air Dhamma yang lezat, dengan pikiran bersih,
Orang bijaksana akan selalu bersenang dalam Dhamma yang di ketahui oleh Orang Mulia. [P-Dhp 348]

Belum lama setelah kematian, aduh, tubuh ini akan terbaring di tanah,
Ditolak, tanpa kesadaran, seperti sepotong kayu yang tidak berguna. [P-Dhp 349]

Mengetahui tubuh ini adalah (rapuh) seperti kendi,
Membuat pikiran seperti sebuah benteng,
Seseorang seharusnya melawan Māra dengan senjata kebijaksanaan,
Jagalah kesuksesan mu, dan jangan menjadi melekat. [P-Dhp 350]

Sama seperti hujan menembus rumah dengan atap jerami yang sedikit,
Begitulah nafsu indrawi menembus pikiran yang belum berkembang. [P-Dhp 351]

Sama seperti hujan tidak menembus rumah dengan atap jerami yang baik,
Begitulah nafsu indrawi tidak menembus pikiran yang terkembang dengan baik. [P-Dhp 352]

Sama seperti hujan menembus rumah dengan atap jerami yang sedikit,
Begitulah kebencian menembus pikiran yang belum berkembang. [P-Dhp 353]

Sama seperti hujan tidak menembus rumah dengan atap jerami yang baik,
Begitulah kebencian tidak menembus pikiran yang terkembang dengan baik. [P-Dhp 354]

Sama seperti hujan menembus rumah dengan atap jerami yang sedikit,
Begitulah delusi menembus pikiran yang belum berkembang. [P-Dhp 355]

Sama seperti hujan tidak menembus rumah dengan atap jerami yang baik,
Begitulah delusi tidak menembus pikiran yang terkembang dengan baik. [P-Dhp 356]

Tidak melakukan apapun yang jahat, melakukan apa yang baik,
Melatih pikirannya sendiri – inilah ajaran para Buddha. [P-Dhp 357]

Bab tentang Pikiran






20. Bab tentang Jalan

Jalan mulia berunsur delapan adalah jalan terbaik, Empat kebenaran (adalah yang terbaik) dari kebenaran,
Tanpa nafsu adalah keadaan terbaik, ia yang Melihat (adalah yang terbaik) dari seseorang. [P-Dhp 358]

Sang Jalan telah di nyatakan olehKu, pencabutan anak panah dengan pengetahuan,
Tugasmu adalah memiliki semangat pada apa yang di nyatakan Tathāgatā,
Memasuki jalan ini meditator akan terbebaskan dari belenggu Māra. [P-Dhp 359]

Inilah Jalannya, tidak ada yang lain, untuk pandangan terang dan untuk kemurnian,
Engkau seharusnya memasuki Jalan ini, inilah yang membutakan bagi Māra,
Setelah memasuki Jalan ini engkau akan mencapai akhir dari penderitaan. [P-Dhp 360]

Memotong hutan (kekotoran batin)  tidak hanya pohonnya, dari hutan timbul bahaya,
Setelah memotong hutan dan semak belukar, engkau akan pergi jauh tanpa hutan. [P-Dhp 361]

° Selama masih ada bagian kecil dari nafsu,
Pada seseorang untuk kerabatnya belum dipotong,
Pikiran adalah dalam belenggu di sana,
Seperti anak sapi (dalam belenggu) untuk susu ibunya. [P-Dhp 362]

Memotong (apapun) kemelekatan pada diri sendiri,
Seperti teratai musim gugur (di cabut) dengan tangan,
Mengembangkan sepenuhnya Jalan untuk kedamaian dan,
Nibbāna yang diajarkan oleh Sang Sugata. [P-Dhp 363]

Disini saya akan menjalankan vaśśā, disini selama musim dingin dan panas,
Dengan cara seperti itu seorang dungu berpikir, tidak memahami bahaya. [P-Dhp 364]

Ia yang pikirannya melekat dan terobsesi oleh ternak dan anak,
Direnggut oleh kematian sama seperti sebuah desa yang tertidur (dengan) banjir besar. [P-Dhp 365]

Anak-anak bukanlah perlindungan, juga ayah, juga bahkan ibu,
Bagi ia yang menderita karena Pembuat Akhir tidak ada tempat berlindung dalam keluarga. [P-Dhp 366]

Keluarga menangis dan meratap bersama dengan cara ini,
Orang-orang (masih) berangkat, tehadap  nafsu mereka menyerahkan diri mereka. [P-Dhp 367]

Memahami hal ini seorang yang arif, bijaksana, terbebas dari keakuan,
Seharusnya terus menerus memurnikan jalan yang menuju ke surga. [P-Dhp 368]

Oleh karena itu orang bijaksana yang mencari kesejahtraannya sendiri,
Seharusnya terus menerus memurnikan jalan yang menuju ke surga. [P-Dhp 369]

Diberkahi dengan keyakinan dan moralitas, bijaksana, tersusun dengan baik
Seseorang terus menerus memurnikan jalan, yang memberikan keamanan dalam dunia nanti. [P-Dhp 370]

Diberkahi dengan keyakinan dan moralitas, bijaksana, tersusun dengan baik
Bersenang dalam mempraktekan Jalan, bersenang dalam kedamaian internal. [P-Dhp 371]

Diberkahi dengan keyakinan dan moralitas, selalu bersenang dalam menjadi bijaksana,
Seseorang bergerak maju seperti api yang membakar belenggu, kecil atau besar,
Apakah itu kesombongan yang jahat atau kemunafikan. [P-Dhp 372]

Semua kondisi adalah tidak kekal, ketika seseorang melihat hal ini dengan kebijaksanaan,
Maka seseorang menjadi bosan dengan penderitaan – Inilah Jalan menuju pemurnian. [P-Dhp 373]

Semua Dhamma adalah tanpa diri, ketika seseorang melihat hal ini dengan kebijaksanaan,
Maka seseorang menjadi bosan dengan penderitaan – Inilah Jalan menuju pemurnian. [P-Dhp 374]

Dari usaha memunculkan kebijaksanaan, tanpa usaha kebijaksanaan di hancurkan,
Setelah memahami kedua jalan dari pengembangan dan kemunduran,
Orang bijaksana seharusnya berlatih agar kebijaksanaannya meningkat. [P-Dhp 375]

Bab tentang Jalan






21. Bab tentang Ribuan

Walaupun ada seribu ucapan yang terdiri dari kata-kata yang tidak berguna,
Lebih baik sebuah kata yang berguna, mendengarkan satu hal yang membawa pada kedamaian. [P-Dhp 376]

Seseorang dapat mengucapkan seribu syair yang terdiri dari kata-kata yang tidak berguna,
Lebih baik sebuah syair Dhamma, mendengarkan satu hal yang membawa pada kedamaian. [P-Dhp 377]

Seseorang dapat menaklukkan seribu orang seribu kali dalam pertempuran,
Tetapi setelah (menaklukan) hal lain, dirinya sendiri, seseorang pasti akan menjadi yang terunggul dalam pertempuran. [P-Dhp 378]

Seseorang mungkin memberi derma tanpa memihak dengan seribu (uang koin) bulan demi bulan selama seratus (tahun),
Dan ia mungkin menghormati seseorang dengan diri yang terkembang untuk sesaat –
Penghormatan itu tentu lebih baik dari pengorbanan seratus tahun itu. [P-Dhp 379]

Seseorang mungkin merawat api di dalam hutan selama seratus tahun,
Dan ia mungkin menghormati seseorang dengan diri yang terkembang untuk sesaat –
Penghormatan itu tentu lebih baik dari pengorbanan seratus tahun itu. [P-Dhp 380]

Apapun derma atau pengorbanan di dunia,
Seseorang mencari jasa dapat memberi selama setahun,
Semua itu tidak kembali sampai seperempat (dari jasa) –
Lebih baik penghormatan pada yang lurus. [P-Dhp 381]

Seseorang mungkin memberi derma tanpa memihak dengan seribu (uang koin) bulan demi bulan selama seratus (tahun),
(Tetapi) itu tidaklah berharga seperenam belas bagian dari memiliki kepercayaan pada Buddha. [P-Dhp 382]

Seseorang mungkin memberi derma tanpa memihak dengan seribu (uang koin) bulan demi bulan selama seratus (tahun),
(Tetapi) itu tidaklah berharga seperenam belas bagian dari memiliki kepercayaan pada Dhamma. [P-Dhp 383]

Seseorang mungkin memberi derma tanpa memihak dengan seribu (uang koin) bulan demi bulan selama seratus (tahun),
(Tetapi) itu tidaklah berharga seperenam belas bagian dari memiliki kepercayaan pada Saṅgha. [P-Dhp 384]




Seseorang mungkin memberi derma tanpa memihak dengan seribu (uang koin) bulan demi bulan selama seratus (tahun),
(Tetapi) itu tidaklah berharga seperenam belas bagian dari ia yang telah menguasai Dhamma. [P-Dhp 385]

Dari bulan ke bulan orang dungu dapat memakan makanan dengan ujung rumput kusa,
(Tetapi) itu tidaklah berharga seperenam belas bagian dari memiliki kepercayaan pada Buddha. [P-Dhp 386]

Dari bulan ke bulan orang dungu dapat memakan makanan dengan ujung rumput kusa,
(Tetapi) itu tidaklah berharga seperenam belas bagian dari memiliki kepercayaan pada Dhamma. [P-Dhp 387]

Dari bulan ke bulan orang dungu dapat memakan makanan dengan ujung rumput kusa,
(Tetapi) itu tidaklah berharga seperenam belas bagian dari memiliki kepercayaan pada Saṅgha. [P-Dhp 388]

Dari bulan ke bulan orang dungu dapat memakan makanan dengan ujung rumput kusa,
(Tetapi) itu tidaklah berharga seperenam belas bagian dari ia yang telah menguasai Dhamma. [P-Dhp 389]

Seseorang dapat hidup selama seratus tahun, tanpa moralitas dan tidak tenang,
(Tetapi) kehidupan satu hari lebih baik, bagi ia dengan moralitas dan samadhi. [P-Dhp 390]

Seseorang dapat hidup selama seratus tahun, tanpa kebijaksanaan dan tidak tenang,
(Tetapi) kehidupan satu hari lebih baik, bagi ia yang diberkahi dengan kebijaksanaan dan samadhi. [P-Dhp 391]

Seseorang dapat hidup selama seratus tahun, malas, dengan kurang semangat,
(Tetapi) kehidupan satu hari lebih baik, bagi ia dengan semangat di tegakan dan keteguhan. [P-Dhp 392]

Seseorang dapat hidup selama seratus tahun, tanpa melihat kemunculan dan kehancuran,
(Tetapi) kehidupan satu hari lebih baik, (bagi ia yang) melihat kemunculan dan kehancuran. [P-Dhp 393]

Seseorang dapat hidup selama seratus tahun, tanpa melihat keadaan yang tertinggi,
(Tetapi) kehidupan satu hari lebih baik, (bagi ia yang) melihat keadaan yang tertinggi. [P-Dhp 394]

Seseorang dapat hidup selama seratus tahun, tanpa melihat keadaan tanpa kematian,
(Tetapi) kehidupan satu hari lebih baik, (bagi ia yang) melihat keadaan tanpa kematian. [P-Dhp 395]

Seseorang dapat hidup selama seratus tahun, tidak kokoh dalam Dhamma Sejati,
(Tetapi) kehidupan satu hari lebih baik, bagi ia yang mengetahui Dhamma Sejati. [P-Dhp 396]

Seseorang dapat hidup selama seratus tahun, tanpa mencapai penghancuran kekotoran,
(Tetapi) kehidupan satu hari lebih baik, bagi ia yang mencapai penghancuran kekotoran. [P-Dhp 397]

Bab tentang Ribuan






22. Bab tentang Ular

Ia yang tidak menemukan (apapun) inti di dalam kemunculan,
Seperti seseorang memeriksa pohon ara (tidak menemukan) bunga,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan) yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 398]

Ia yang menghilangkan nafsu yang telah muncul,
Seperti ia akan (menghilangkan) racun ular yang menyebar dengan obat-obatan,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan) yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 399]

Ia yang menghilangkan kebencian yang telah muncul,
Seperti ia akan (menghilangkan) racun ular yang menyebar dengan obat-obatan,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan) yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 400]

Ia yang menghilangkan delusi yang telah muncul,
Seperti ia akan (menghilangkan) racun ular yang menyebar dengan obat-obatan,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan) yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 401]

Ia yang menghilangkan kemarahan yang telah muncul,
Seperti ia akan (menghilangkan) racun ular yang menyebar dengan obat-obatan,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan) yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 402]

Ia yang menghilangkan kesombongan yang telah muncul,
Seperti ia akan (menghilangkan) racun ular yang menyebar dengan obat-obatan,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan) yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 403]

Ia yang memotong nafsu tanpa sisa,
Seperti seseorang yang mencabut teratai yang tumbuh di danau,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan) yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 404]

Ia yang memotong kebencian tanpa sisa,
Seperti seseorang yang mencabut teratai yang tumbuh di danau,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan) yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 405]




Ia yang memotong delusi tanpa sisa,
Seperti seseorang yang mencabut teratai yang tumbuh di danau,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan) yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 406]

Ia yang memotong kemarahan tanpa sisa,
Seperti seseorang yang mencabut teratai yang tumbuh di danau,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan) yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 407]

Ia yang memotong kesombongan tanpa sisa,
Seperti seseorang yang mencabut teratai yang tumbuh di danau,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan) yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 408]

Ia yang memotong nafsu indra tanpa sisa,
Setelah memotong belenggu dan kemelekatan, seperti rumput kusa,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan) yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 409]

Ia yang memotong nafsu indra tanpa sisa,
Setelah mengeringkan arus yang cepat mengalir,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan) yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 410]

Ia yang tidak melampaui batas ataupun tertinggal di belakang,
Yang sepenuhnya terbebas dari batas dari rintangan ini,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan) yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 411]

Ia yang tidak melampaui batas ataupun tertinggal di belakang,
(Dengan berpikir:) “Semua ini tidak benar,” sebuah kepalsuan,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan) yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 412]

Untuk ia dengan tanpa nafsu yang telah muncul,
Yang memiliki penyebab dari belenggu untuk kemenjadian,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan) yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 413]

Untuk ia dengan tanpa penderitaan batin yang telah muncul,
Setelah mencabut semua akar kejahatan,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan) yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 414]

Bab tentang Ular

Lengkaplah lima ratus dua syair dari Syair Dharma, Syair Tanpa Kematian.
Seperti yang saya lihat, itulah yang saya tulis, (memberikan) perhatian kami (sepenuhnya).
Semoga ada kebaikan untuk semua makhluk!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

法句譬喻經 [Fǎ jù pì yù jīng] (T 211) Chinese Dharmapada Atthakatha Bahasa Indonesia

  法句譬喻經 [F ǎ j ù p ì  y ù j ī ng] (T 211) Dharmapada ini dikompilasikan oleh Dharmatrāta. Diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin Kuno ...