Diterjemahkan dari teks milik Bhante Anandajoti.
Anda dipersilahkan menyalin, merubah bentuk, mencetak, mempublikasi, dan mendistribusikan karya ini dalam media apapun, dengan syarat: (1) tidak diperjualbelikan; (2) Dinyatakan dengan jelas bahwa segala turunan dari karya ini (termasuk terjemahan) diturunkan dari dokumen sumber ini; dan (3) menyertakan teks lisensi ini lengkap dalam semua salinan atau turunan dari karya ini. Jika tidak, maka hak penggunaan tidak diberikan.
Prepared for SuttaCentral by Penny Jordan.
KATA
PENGANTAR
Pengenalan
Sekitar tahun 1930-an, seorang cendekiawan India bernama Rahul
Sankrityayana melakukan beberapa perjalanan ke Tibet di mana ia mengambil
gambar dan menyalin banyak sekali teks Sanskrit dan dokumen lainnya yang
berhubungan dengan karya Sanskrit, sebagai bagian dari pencariannya untuk
menemukan materi-materi yang dibawa pergi dari India pada saat kehancuran
Vihara-vihara besar di India Utara.
Pada salah satu perjalanannya, ia mengambil gambar kedua sisi dari 21 daun
lontar yang berisi teks Dhammapada. Teks ini ditulis dalam bahasa Indo
Aryan-Tengah (MIA) yang memakai tulisan Proto-Bengali, sekitar abad 11-12. Dari
semua jenis teks Prakrit-Sanskritisasi yang kita tahu, bahasa ini paling mirip dengan Pāḷi, dengan sebuah perbedaan, tetapi tetap jenis
awal dari Sanskritisasi.
Ketika mencoba
untuk mengidentifikasi afiliasi sekolah dari teks tersebut, Peter Skilling
menyarankan, dengan dasar pendapat yang baik, bahwa teks itu mungkin ditulis
dalam bahasa kanon dari sekolah Sāmmatīya. Dia berpendapat bahwa dari empat
sekolah yang diketahui berada di Negara Tengah, dan pada saat di mana teks
ditulis, masing-masing terhubung dengan bahasa mereka sendiri, kami memiliki
bukti yang baik untuk ketiganya, tidak ada yang cocok dengan bahasa Patna. Teks-teks
dari sekolah Sāmmatīya di MIA sekarang telah musnah, tetapi beberapa inskripsi
yang mungkin milik mereka memang mirip dengan bahasa Patna, jadi sepertinya
teks itu seharusnya milik sekolah itu.
Teks aslinya tidak
akan pernah terlihat lagi. Itu mungkin musnah selama invasi China ke Tibet pada
tahun 1959, atau selama Revolusi Budaya berikutnya, dan tidak ada bukti lain
untuk teks yang diketahui dimanapun. Hal ini tentu sangat disayangkan, karena
beberapa pembacaan tidaklah meyakinkan, baik karena pengaburan teks, atau
karena foto yang tidak jelas.
Karena foto-foto
dari teks ini disimpan di K P Jayaswal Research Institute di Patna India, teks
ini dikenal sebagai Patna Dhammapada (dengan singkatan, PDhp) yang sekarang ini
biasanya digunakan.
Edisi dan Studi
Edisi cetak pertama
dari teks ini dibuat oleh N. S. Shukla, yang dicetak di Patna pada tahun 1979,
dengan judul “The Buddhist Hybrid Sanskrit Dhammapada”, dan berdasarkan pada MLitt.
Thesis nya.
Tahun berikutnya
Gustav Roth menerbitkan edisi baru berjudul “The Patna Dharmapada”, yang
dimasukan sebagai bagian dari Bahasa Tradisi Buddhisme Awal, yang telah diedit
oleh Heinz Bechert di Göttingen (1980). Mendampingi tulisannya, ia memberikan
catatan pada Patna Dhammapada, yang mendiskusikan teks dan menggambarkan
fitur-fitur bahasa.
Pada tahun 1986,
Margaret Cone mempresentasikan thesisnya di Cambridge, yang berisi transkripsi
teks lainnya. Thesis yang tidak dipublikasikan berjudul “THE PATNA DHAMMAPADA,
transcribed and translated with a commentary.” Di dalamnya ia menerjemahkan
teks, mencatat varian pembacaan yang ditemukan pada Shukla dan Roth, dan
memberikan komentar filologis, dan mendiskusikan pararelnya.
Pada tahun 1989 Dr.
Cone mempublikasikan sebuah edisi dari teks yang berdasar pada thesisnya,
berjudul “Patna Dhammapada 1”, dengan pembacaan alternatif oleh Shukla dan
Roth, tetapi tanpa terjemahan dan komentarnya.
Kōgen Mizuno
menyiapkan edisi lainnya dari teks pada tahun 1990, yang diterbitkan dengan
judul “A Study of the Buddhist Hybrid Sanskrit Dharmapada II”. Tetapi, karya
ini tidak memiliki nilai independen, karena Mizuno belum melihat foto-foto itu
dan hanya berdasarkan pada Shukla dan Roth. Mizuno juga mendiskusikan teks di
“Dharmapadas of Various Buddhist Schools”
dan “A Comparative Study of Dharmapadas”.
Roth sekali lagi
membuat studi teks yang di presentasikan sebagai “”The 2nd Rahul Sankrityayana
Memorial Lecture” di Patna tahun 1998, kemudian dipublikasikan oleh Patna
Museum pada tahun 2000, dengan judul “Discussions About The Patna Dharmapada”.
Prof. K. R. Norman
telah berkontribusi pada sejumlah artikel yang di mana ia menuliskan tentang
teks Patna; dan terjemahannya tentang Pāḷi
Dhammapada mencakup banyak diskusi tentang teks Patna.
Pada tahun 1997
Peter Skilling menulis sebuah tulisan “ On the School-affiliation of the “Patna
Dhammapada” ”.
Teks dan Terjemahan
Pada tahun 2007
saya (Bhikkhu Ānandajoti) menerima izin dari Dr. Cone dan Pali Text Society
untuk memproduksi kembali edisi teksnya secara online. Ketika saya menyiapkan
edisi digital, saya membuat dua studi tentang teks, sebaik mungkin menganalisis
dan menuliskan komentar pada prosodi teks. Transkripsi itu sekarang menjadi
dasar untuk teks yang disajikan di sini.
Dr. Cone telah
menyiapkan terjemahan teks untuk thesisnya, salinannya ada pada saya, tetapi ia
tidak pernah mempublikasikannya, dan tidak berniat untuk melakukannya.
Terjemahan saya tentang Patna, yang merupakan terjemahan pertama dari teks yang
dipublikasikan yang saya ketahui, yang berdasarkan terutama pada terjemahan
saya dari teks Pāḷi, dengan perubahan yang diperlukan karena perbedaan
pembacaan antara teks, bersama dengan terjemahan lainnya yang baru saja saya
buat dari teks kanon Pāḷi dan dari Udānavarga. Saya kemudian membaca thesis
Cone, termasuk terjemahannya, yang menjadikan saya untuk membuat beberapa
koreksi pada terjemahan saya sendiri.
Pengakuan
Saya tentu sangat
berterima kasih kepada Ayyā Sudhammā Therī, yang telah menolong saya dengan
karya ini dan banyak karya lainnya. Ia memiliki mata yang tajam sehingga hampir
tidak ada tanda koma atau titik yang lari darinya, apalagi kesalahan pengejaan
dan kesalahan ringan lainnya. Koreksi yang bisa saya buat melalui pembacaannya
yang teliti tidak dapat dihitung, tetapi jika masih ada kesalahan tersisa, itu
adalah, tentu saja, kesalahan saya sepenuhnya.
Bhikkhu Ānandajoti
November 2017
Syair
Patna Dhammapada
1. Bab
tentang Pasangan
(Seruan!) Terpujilah Semua Buddha,
Dhamma, dan Ariya Sangha.
Pikiran adalah pelopor gagasan
pemikiran, pikiran adalah pemimpin mereka, (mereka) didorong oleh pikiran,
Jika dengan pikiran buruk seseorang
berbicara atau bertindak,
Melalui itu, penderitaan
mengikutinya seperti roda (mengikuti) kaki lembu. [P-Dhp 1]
Pikiran adalah pelopor gagasan
pemikiran, pikiran adalah pemimpin mereka, (mereka) didorong oleh pikiran,
Jika dengan pikiran murni seseorang
berbicara atau bertindak,
Melalui itu, kebahagiaan
mengikutinya seperti bayangan yang tidak pernah pergi. [P-Dhp 2]
Di sini ia menyesal, setelah
kematian ia menyesal,
Orang jahat menyesal dalam dua
tempat,
Dia menyesali, dia menderita karena
kekesalan,
Melihat kekotoran dari perbuatannya.
[P-Dhp 3]
Di sini ia berbahagia, setelah
kematian ia berbahagia,
Orang yang berjasa berbahagia dalam
dua tempat,
Ia berbahagia, ia [sangat
bergembira?]
Melihat kemurnian dari perbuatannya.
[P-Dhp 4]
“Dia mencaci saya, dia memukul saya,
dia mengalahkan saya, dia merampok saya,”
Mereka
yang menggengam pikiran buruk ini, kebencian mereka tidak akan dapat diredakan
[P-Dhp 5]
“Dia mencaci saya, dia memukul saya,
dia mengalahkan saya, dia merampok saya,”
Mereka
yang tidak menggengam pikiran buruk ini, kebencian mereka dapat diredakan
[P-Dhp 6]
Hidup dengan memikirkan apa yang
menyenangkan, tidak terkendali kemampuan indranya,
Tidak mengetahui batas dalam makan,
lamban, rendah dalam semangat –
Māra pasti menghancurkan yang satu
itu, seperti angin (menghancurkan) pohon yang lemah. [P-Dhp 7]
Hidup dengan memikirkan apa yang
tidak menyenangkan, terkendali dengan baik kemampuan indranya,
Dan mengetahui batas dalam makan,
penuh keyakinan, dengan semangat yang dibangkitkan –
Māra tidak dapat menghancurkan yang
satu itu, seperti angin tidak dapat (menghancurkan) gunung dari batu. [P-Dhp 8]
Jika engkau harus menemukan seorang
arif, bijaksana
Sahabat, ia yang hidup dengan baik,
yang bijaksana,
Mengatasi semua masalahmu
Engkau harus bersama dengan dia,
bersuka cita dan penuh perhatian. [P-Dhp 9]
Jika engkau tidak menemukan seorang
arif, bijaksana
Sahabat, ia yang hidup dengan baik,
yang bijaksana,
Seperti seorang raja meninggalkan
kerajaan yang ditaklukannya,
Seseorang seharusnya hidup sendiri
seperti gajah pengembara di hutan. [P-Dhp 10]
Lebih baik hidup sendiri, tidak akan
ada persahabatan dengan orang dungu,
Seseorang seharusnya hidup sendiri
dan tidak melakukan hal buruk,
Tidak peduli seperti gajah
pengembara di hutan. [P-Dhp 11]
Ia yang, melalui nafsu, kebencian,
ketakutan dan delusi, melanggar Dhamma,
Reputasinya memudar, seperti bulan
dalam dua mingguan gelap. [P-Dhp 12]
Ia yang, melalui nafsu, kebencian,
ketakutan dan delusi, tidak melanggar Dhamma,
Reputasinya meningkat, seperti bulan
dalam dua mingguan terang. [P-Dhp 13]
Bab
tentang Pasangan
2. Bab
tentang Kewaspadaan
Kewaspadaan adalah keadaan tanpa
kematian, kelengahan adalah keadaan dari kematian,
Orang yang waspada tidak mati,
(tetapi) mereka yang lengah adalah seperti orang mati. [P-Dhp 14]
Orang bijaksana, memahami perbedaan
ini di dalam kewaspadaan,
Bergembira dalam kewaspadaan,
bersuka cita dalam wilayah Para Mulia. [P-Dhp 15]
Ia yang bermeditasi setiap saat,
terus menerus dan teguh dalam usaha mereka,
Orang bijaksana itu mencapai
Nibbāna, pelepasan yang tak tertandingi dari (semua) ikatan. [P-Dhp 16]
Orang bodoh dan dungu mengembangkan
kelengahan,
Tapi yang bijaksana menjaga
kewaspadaan sama seperti kekayaannya yang terbesar. [P-Dhp 17]
Waspada diantara orang-orang yang
legah, terjaga diantara orang-orang yang tidur,
Seperti seekor kuda yang cepat
meninggalkan seekor kuda yang lemah, bijaksanawan yang sejati terus bergerak.
[P-Dhp 18]
Bila orang bijaksana menghilangkan
kelengahan dengan kewaspadaannya,
Dan menaiki istana kebijaksanaan,
tanpa kesedihan, (ia melihat) pada orang yang bersedih,
Orang bijaksana, seperti seorang
yang berdiri di atas gunung, melihat ke bawah orang bodoh yang berdiri di tanah
datar. [P-Dhp19]
Siapapun yang sebelumnya lengah,
tapi kemudian waspada,
Orang itu bersinar terang di dunia
ini seperti bulan yang terbebas dari awan. [P-Dhp 20]
Siapapun yang sebelumnya lengah,
tapi kemudian waspada,
Ia, dengan penuh perhatian, dapat
mengatasi kemelekatan terhadap dunia. [P-Dhp 21]
Seorang Bhikṣu yang menghargai
kewaspadaan, melihat bahaya dalam kelengahan,
Ia tidak dapat jatuh, ia sudah dekat
dengan Nibbāna. [P-Dhp 22]
Seorang Bhikṣu yang menghargai
kewaspadaan, melihat bahaya dalam kelengahan,
Bergerak maju seperti api yang
membakar belenggu, kecil atau besar. [P-Dhp 23]
Engkau harus bersenang dalam
kewaspadaan, engkau harus selalu melindungi pikiranmu,
Engkau harus mengangkat dirimu dari
lubang ini, seperti gajah besar yang tenggelam dalam lumpur. [P-Dhp 24]
Bersenang dalam kewaspadaan,
bijaksana, terkendali dalam kebajikan,
Pada saat yang baik mereka mencapai
(yang) di mana, ketika dicapai, tidak ada kesedihan. [P-Dhp 25]
Jangan bersenang dalam kelengahan,
jangan bersahabat dengan kegembiraan dalam kesenangan indrawi,
Hiduplah di jalan ini, penuh
semangat, dengan pikiran pada kedamaian, tanpa kesombongan,
Mengupayakan ketenangan batin, dia
akan mengakhiri penderitaan. [P-Dhp 26]
Seseorang harus berusaha, tidak
lengah, seseorang harus hidup dengan Dhamma, dengan perilaku yang baik,
Hidup dengan Dhamma seseorang hidup
dengan mudah di dunia ini dan nanti. [P-Dhp 27]
Bagi ia yang aktif, penuh perhatian,
Murni dalam perbuatan, berhati-hati,
Mengendalikan dirinya, hidup dengan
Dhamma,
Waspada, reputasinya meningkat.
[P-Dhp 28]
Dalam aktivitas, penuh kewaspadaan,
melalui pengendalian diri dan pengekangan,
Orang bijaksana harus membuat pulau
agar tidak ada air yang dapat membanjirinya. [P-Dhp 29]
Ia yang tidak bersemangat ketika
saatnya mengerahkan semangat,
Muda, kuat, malas di rumahnya,
Yang pikirannya tidak memiliki
kehendak (benar) dan lamban –
Orang malas itu tidak berjalan dalam
jalan kebijaksanaan. [P-Dhp 30]
Seseorang seharusnya tidak mengikuti
apa yang rendah, seseorang seharusnya tidak berdiam dalam kelengahan,
Seseorang seharusnya tidak mengikuti
pandangan salah, seseorang seharusnya tidak mengembangkan keduniawian. [P-Dhp
31]
Seseorang bukanlah pelindung Dhamma
hanya dengan banyak bicara,
Tetapi ia yang, setelah mendengar
sedikit, telah melihat Dhamma untuk dirinya sendiri,
Adalah seseorang yang melindungi
Dhamma, seseorang yang tidak lengah akan Dhamma. [P-Dhp 32]
Renungkan Dhamma dengan penuh
kewaspadaan,
Jangan biarkan pikiranmu berputar
dalam untaian nafsu,
Jangan, dengan lengah, menelan bola
besi (panas),
(Dan) ketika terbakar, menangis:
‘Inilah penderitaan.’ [P-Dhp 33]
Bab
tentang Kewaspadaan
3. Bab
tentang Brāhmaṇa
Berjuang dan memutus untaian,
menghilangkan kelanjutan, Brāhmaṇa
Mengetahui penghancuran yang
terkondisi, engkau adalah [yang mengetahui apa yang tidak dibuat?], Brāhmaṇa.
[P-Dhp 34]
Ia yang darinya seseorang
mempelajari Dhamma, apakah tua atau muda,
Dengan hormat bersujud kepadanya,
seperti Brāhmaṇa (bersujud) pada api pengorbanan. [P-Dhp 35]
Ia yang darinya seseorang
mempelajari Dhamma yang diajarkan oleh Sambuddha yang Sempurna,
Engkau harus menghormatinya, seperti
Brāhmaṇa (menghormati) api pengorbanan. [P-Dhp 36]
Bukan karena rambut kusut, keluarga
atau kelahiran seorang adalah Brāhmaṇa sejati,
Ia yang menghalau kejahatan, kecil
atau besar, dalam segala hal,
Dengan menghalau kejahatan, ia
disebut Brāhmaṇa. [P-Dhp 37]
Seperti air pada daun teratai,
seperti biji moster pada jarum,
Ia yang tidak diliputi nafsu, orang
itu yang Kusebut seorang Brāhmaṇa. [P-Dhp 38]
Matahari bersinar ketika terbit,
bulan bercahaya di saat malam,
Baju perang Khattiya bersinar,
Brāhmaṇa yang bermeditasi adalah bersinar,
Namun selama siang dan malam Sang
Buddha bersinar dengan kekuatanNya. [P-Dhp 39]
Baginya pantai dekat, pantai jauh,
atau keduanya tidak ada,
Terbebas dari demam, terlepas, orang
itu yang Kusebut seorang Brāhmaṇa. [P-Dhp 40]
Ketika seorang Brāhmaṇa memiliki,
melalui dua hal, telah menyebrang,
Maka, bagi ia yang mengetahui, semua
belenggu diletakkan untuk beristirahat. [P-Dhp 41]
Ia yang menghancurkan belenggu,
menghancurkan kesombongan dan kelanjutan kelahiran,
Hidup didalam Saṅgha, berdiri dengan
Dhamma, ia yang mengetahui tidak mendekati komunitas. [P-Dhp 42]
(Siapapun) seharusnya mengucapkan
suatu kata kebenaran yang informatif dan tidak kasar,
Melalui tidak ada seorangpun yang
akan dikutuk, orang itu yang Kusebut seorang Brāhmaṇa. [P-Dhp 43]
(Siapapun) tidak berbaur baik dengan
perumah tangga maupun yang tanpa rumah,
Mengembara tanpa rumah, dengan
sedikit keinginan, orang itu yang Kusebut seorang Brāhmaṇa. [P-Dhp 44]
Siapapun yang tidak melakukan
perbuatan salah melalui jasmani, ucapan dan pikiran,
Menjadi terkendali (dalam) ketiga
hal ini, orang itu yang Kusebut seorang Brāhmaṇa. [P-Dhp 45]
Seorang Brāhmaṇa tidak seharusnya
memukul seorang Brāhmaṇa, juga seharusnya ia meninggalkannya,
Celakalah seseorang yang memukul
Brāhmaṇa, dan orang yang tidak meninggalkannya. [P-Dhp 46]
Menghancurkan ibu terlebih dahulu,
dan (kemudian) dua raja Khattiya,
Menghancurkan kerajaan dan
pengikutnya, Brāhmaṇa hidup tanpa gangguan. [P-Dhp 47]
Yang berkebijaksanaan dalam seorang
yang bijaksana, terampil dalam apa yang jalan dan bukan jalan,
Yang telah mencapai kebaikan tertinggi,
orang itu yang Kusebut seorang Brāhmaṇa. [P-Dhp 48]
Sang meditator duduk, seseorang yang
tanpa debu, yang telah menyelesaikan tugasnya, tanpa kekotoran,
Yang telah mencapai kebaikan
tertinggi, orang itu yang Kusebut seorang Brāhmaṇa. [P-Dhp 49]
Bab tentang Brāhmaṇa
4. Bab
tentang Bhikṣu
Pengendalian adalah baik dimanapun,
pengendalian dimanapun adalah baik,
seorang Bhikṣu yang terkendali di
mana saja terbebaskan dari semua penderitaan. [P-Dhp 50]
Pengendalian jasmani adalah baik,
pengendalian ucapan adalah baik,
Pengendalian pikiran juga adalah
baik, pengendalian dimanapun adalah baik,
seorang Bhikṣu yang terkendali di
mana saja terbebaskan dari semua penderitaan. [P-Dhp 51]
Ia yang mengendalikan tangannya,
mengendalikan kakinya,
Mengendalikan ucapannya,
mengendalikan indria (pikiran),
Dengan kesenangan batin dan
keseimbangan,
Menyendiri, puas, orang itu yang
disebut seorang Bhikṣu. [P-Dhp 52]
Tenang dalam jasmani dan tenang
dalam pikiran, memiliki ketenangan dan keseimbangan,
Setelah melepaskan perolehan
duniawi, Bhikṣu itu disebut seorang yang damai. [P-Dhp 53]
Bhikṣu itu yang mengendalikan
mulutnya, yang berkata baik, dan yang berkata sopan,
Yang mengajarkan arti dari Dhamma,
ucapannya adalah manis. [P-Dhp 54]
Seseorang seharusnya tidak memandang
rendah perolehan sendiri, seseorang seharusnya tidak hidup dengan iri terhadap
orang lain,
Seorang Bhikṣu yang iri terhadap
orang lain tidak dapat mencapai konsentrasi. [P-Dhp 55]
Bahkan jika seorang Bhikṣu
memperoleh sedikit ia seharusnya tidak memandang rendah perolehannya,
Bahkan para dewa memuji seorang yang
hidup murni ia yang rajin. [P-Dhp 56]
Tolong kosongkan perahu ini, Bhikṣu,
ketika di kosongkan ia akan bergerak dengan mudah,
Potonglah nafsu dan kebencian, dari
sini seseorang akan pergi ke Nibbana. [P-Dhp 57]
Dengan pikiran tergugah, bahagia,
setelah mengatasi apa yang di sayangi dan tidak di sayangi,
Dan dengan penuh kebahagiaan,
seorang Bhikṣu seharusnya mengembara dengan penuh perhatian. [P-Dhp 58]
Bhikṣu itu yang berdiam dalam cinta
kasih, dengan keyakinan di dalam Ajaran Buddha,
Telah menembus keadaan yang damai,
bergembira dalam meredanya (semua) kondisi.
Di sini dan saat ini adalah Nibbāna,
pelepasan yang tak terlampaui oleh (semua) belenggu. [P-Dhp 59]
Bagi ia yang memasuki tempat kosong,
seorang Bhikṣu dengan pikiran yang damai,
Ada kesenangan luhur dari pandangan
terang dalam Dhamma Sejati. [P-Dhp 60]
Seperti seorang dengan perhatian
benar mengamati muncul dan hancurnya komponen (batin dan jasmani)
Memperoleh kebahagiaan dalam
pikiran, ini adalah keadaan tanpa kematian bagi ia yang mengetahui. [P-Dhp 61]
Tidak ada konsentrasi untuk ia yang
tanpa kebijaksanaan, tidak ada kebijaksanaan untuk ia yang tanpa konsentrasi,
Seseorang yang memiliki konsentrasi
dan kebijaksanaan, adalah tentunya dekat dengan Nibbāna. [P-Dhp 62]
Ini adalah sangat awal bagi seorang
Bhikṣu bijaksana disini,
Kepuasan, menjaga indra, dan
pengendalian dalam peraturan. [P-Dhp 63]
Seseorang seharusnya mengunjungi
teman spiritual, orang yang memiliki kehidupan murni, orang yang rajin.
Seseorang seharusnya menjadi orang
yang ramah, orang yang akan cakap dalam perilaku,
Sering bergembira karena hal itu,
seorang Bhikṣu seharusnya mengembara dengan penuh perhatian. [P-Dhp 64]
Bab tentang Bhikṣu
5. Bab tentang Kebutuhan
Teman adalah baik kapanpun di
butuhkan kehadirannya,
Saat hancurnya kehidupan jasa
kebajikan adalah baik,
Menjadi puas dengan segala sesuatu
adalah baik,
Meninggalkan segala kejahatan adalah
baik. [P-Dhp 65]
Menghormati seorang ibu adalah baik
di dunia, juga menghormati seorang ayah adalah baik,
Menghormati pertapa adalah baik di
dunia, juga menghormati Brāhmaṇa (sejati) adalah baik. [P-Dhp 66]
Memiliki moralitas hingga usia tua
adalah baik, penegakan keyakinan adalah baik,
Ucapan yang bermanfaat adaah baik,
penghancuran kesombongan adalah baik. [P-Dhp 67]
Kemunculan para Buddha adalah baik,
pembabaran Dhamma adalah baik,
Kerukunan Saṅgha adalah baik,
pengabdian pada kerukunan adalah baik. [P-Dhp 68]
Bertemu dengan Para Mulia adalah
menyenangkan, hidup dengan orang baik
adalah menyenangkan,
Dengan tidak bertemu orang dungu
seseorang akan selalu berbahagia. [P-Dhp 69]
Ia yang hidup bersama dengan orang
dungu bersedih untuk waktu yang lama,
Berdiam bersama dengan orang dungu
adalah selalu menderita seperti bersama musuh,
Orang-orang bijaksana berdiam dengan
bahagia seperti dengan sekelompok keluarga [P-Dhp 70]
Oleh karena itu yang bijaksana dan
yang telah banyak belajar,
Yang bajik, bermoral dan mulia –
° (mengikuti) yang benar dan pandai,
Seperti bulan (mengikuti) arahnya
bintang-bintang. [P-Dhp 71]
Dari cinta munculah penderitaan,
dari cinta ada kesedihan, dari cinta ada ketakutan,
Bagi ia yang terbebas dari cinta
tidak ada kesedihan, bagaimana mungkin ada ketakutan? [P-Dhp 72]
Jangan bergaul kapanpun dengan
mereka yang dicintai atau dengan mereka yang tidak dicintai,
Ada penderitaan dari tidak bertemu
dengan yang dicintai, dan (penderitaan dari) bertemu dengan yang tidak
dicintai. [P-Dhp 73]
Karena itu jangan menggenggam
(apapun) seperti yang dicintai, karena berbicara tentang yang dicintai adalah memuakan,
Tidak ada ikatan bagi mereka yang
tidak menggenggam apapun seperti yang dicintai dan yang tidak dicintai. [P-Dhp
74]
Kelaparan adalah penyakit tertinggi,
terkondisi adalah penderitaan tertinggi,
Memahami hal ini sebagaimana adanya,
(mengetahui) Nibbāna adalah kebaikan tertinggi. [P-Dhp 75]
Kesehatan adalah perolehan
tertinggi, kepuasan adalah kekayaan tertinggi,
Kepercayaan adalah kerabat
tertinggi, Nibbāna adalah kebaikan tertinggi. [P-Dhp 76]
Jika, dengan meninggalkan kebaikan
kecil, ia mungkin melihat kebaikan yang besar,
Orang bijaksana harus meninggalkan
kebaikan kecil itu, melihat kebaikan yang luas. [P-Dhp 77]
Bagi manusia yang selalu penuh
perhatian,
Mengetahui ukuran dalam menerima
makanan,
Perasaannya yang menyakitkan menjadi
sedikit,
Ia menua dengan lambat, menjaga masa
hidupnya. [P-Dhp 78]
Seseorang yang baik dan mulia adalah
jarang, orang itu tidak lahir dimana saja,
dimanapun pahlawan itu lahir,
keluarga itu memperoleh kebahagiaan. [P-Dhp 79]
Pasti ada manusia sejati dimanapun,
Yang baik tidak berbicara tentang
keinginan kesenangan nafsu;
Ketika tersentuh oleh kesenangan dan
penderitaan,
Manusia sejati tidak bergembira
ataupun menderita. [P-Dhp 80]
Yang menang menghasilkan kebencian,
yang kalah menemui penderitaan,
Yang damai hidup bahagia, setelah
meninggalkan kemenangan dan kekalahan. [P-Dhp 81]
Kesenangan adalah sungai dengan
medan yang baik, kesenangan adalah orang yang ditaklukan dengan Dhamma,
Memperoleh keyakinan adalah baik,
tidak melakukan kejahatan adalah baik. [P-Dhp 82]
Adalah menyenangkan bertemu
orang-orang bajik, adalah menyenangkan bertemu yang terpelajar,
Adalah menyenangkan bertemu dengan
Arhant, yang terbebas dari belenggu. [P-Dhp 83]
Bab tentang Kebutuhan
6.
Bab tentang Kesedihan
Apapun kesedihan dan ratap tangis
yang ada,
Dan berbagai macam penderitaan di
dunia ini,
Itu (semua) muncul karena cinta,
Tanpa cinta, itu tidak akan terjadi.
[P-Dhp 84]
Oleh karena itu mereka berbahagia
dan terbebas dari kesedihan,
Ia yang tanpa cinta pada apapun di
dunia,
Oleh karena itu mereka yang
menginginkan apa yang tanpa kesedihan, tanpa debu,
Seharusnya tidak memiliki cinta pada
apapun di dunia. [P-Dhp 85]
Ia yang telah mencapai tujuannya,
yang tanpa kesedihan, menjadi terlepas pada semua sisi,
Yang telah meninggalkan semua
ikatan, tidak ada demam batin yang ditemukan. [P-Dhp 86]
Bagi ia yang tidak memiliki
simpanan, mereka yang memahami makanan dengan benar,
Seperti burung-burung di langit,
jejak kaki mereka sulit ditemukan. [P-Dhp 87]
Pikirannya tenang, ucapan dan
perbuatannya juga tenang,
Terbebas dengan pengetahuan benar,
yang satu demikian (sungguhnya) adalah damai. [P- Dhp 88]
Bagi ia yang indranya seimbang,
Seperti kuda-kuda yang terlatih
dengan baik oleh pelatih mereka,
Yang telah meninggalkan kesombongan,
yang tanpa kekotoran –
Bahkan para dewa iri dengan orang
itu. [P-Dhp 89]
Mereka memimpin seorang terlatih ke
dalam kerumunan, seorang raja memakai ia yang terlatih,
Di antara orang-orang seorang yang
terlatih adalah yang terbaik, ia yang dapat menahan celaan. [P-Dhp 90]
Sungguh mulia kuda yang terlatih,
kuda-kuda yang dibesarkan dengan baik dari Sindh,
Dan gajah besar yang hebat, (dan
bahkan) yang lebih mulia dari itu adalah ia yang telah melatih dirinya sendiri.
[P-Dhp 91]
Bukan dengan kendaraan ini seseorang
dapat mencapai tempat itu,
Ia yang melatih dirinya sendiri
dengan baik, menjadi terlatih dengan latihan, pergi. [P-Dhp 92]
Seperti batu yang kuat yang tidak
terguncang oleh angin,
Begitupun orang bijaksana tidak
terguncang oleh celaan dan pujian. [P-Dhp 93]
Ia yang, meski masih tidak murni,
akan memakai jubah pelepasan itu,
Tidak diberkahi dengan pengendalian
dan kebenaran, adalah tidak layak untuk jubah pelepasan itu. [P-Dhp 94]
Ia yang, mantap dalam kebajikan,
membuang (apapun) kekotoran,
Diberkahi dengan pengendalian dan
kebenaran, adalah memang layak untuk jubah pelepasan. [P-Dhp 95]
Bab tentang Kesedihan
7. Bab
tentang Kebajikan
Bergegas berbuat kebajikan,
menghalau pikiran dari kejahatan,
Bagi ia yang berpikiran lamban dalam
jasa bersenang dalam kejahatan. [P-Dhp 96]
Bila seseorang melakukan perbuatan
yang jahat, ia seharusnya tidak melakukannya berulang-ulang.
Biarkan ia tidak menempatkan
kehendak didalamnya, (untuk) adanya akumulasi penderitaan bagi yang jahat.
[P-Dhp 97]
Bila seseorang harus berbuat jasa,
ia seharusnya melakukannya berulang-ulang,
Biarkan ia menempatkan kehendaknya
disana, ada peningkatan kebahagiaan bagi ia yang telah membuat jasa. [P-Dhp 98]
Bagi ia yang murni akan selalu ada
saat spesial, bagi ia yang murni akan selalu ada hari Uposatha,
Bagi ia yang murni, ia yang berbuat
bersih, prakteknya selalu berhasil. [P-Dhp 99]
Lebih baik tidak menyelesaikan
perbuatan salah, perbuatan salah adalah satu yang nantinya menjadi penyesalan,
Ia menderita, berpikir: “Saya telah
melakukan perbuatan buruk,”
Pergi ke kelahiran yang buruk, ia
menderita lebih banyak. [P-Dhp 100]
Lebih baik menyelesaikan apa yang
dengan baik dilakukan, yang, ketika diselesaikan, seseorang tidak akan
menyesal,
Ia bergembira, berpikir: “Saya telah
melaukan perbuatan baik,”
Pergi ke kelahiran yang baik, ia
bergembira lebih banyak. [P-Dhp 101]
Bahkan seorang jahat mengalami
keberuntungan selama kejahatan itu belum masak,
Tetapi bila kejahatan itu masak maka
yang jahat mengalami hal-hal jahat. [P-Dhp 102]
Bahkan seorang yang beruntung pun
mengalami hal buruk selama keberuntungan belum masak,
Tetapi bila keberuntungannya masak
maka yang beruntung mengalami keberuntungan. [P-Dhp 103]
Bahkan seorang jahat berbuat baik
selama kejahatan itu belum masak,
Tetapi ketika waktunya berlalu orang
jahat mengalami hal- hal jahat. [P-Dhp 104]
Bahkan seorang beruntung berbuat
kejahatan selama keberuntungan belum masak,
Tetapi ketika waktunya berlalu yang
beruntung mengalami keberuntungan. [P-Dhp 105]
Bila tidak ada luka terbuka di
tangannya, ia bisa membawa racun dengan tangannya,
Racun tidak akan masuk tanpa sebuah
luka, tidak ada keburukan untuk ia yang tidak melakukan perbuatan (salah).
[P-Dhp 106]
Perbuatan buruk telah dilakukan,
seperti susu, tidak berubah seketika,
Membara, itu mengikuti si dungu,
seperti api yang tertutupi oleh debu. [P-Dhp 107]
Perbuatan buruk telah dilakukan,
seperti sebuah pisau, akan tidak memotong semua sekaligus,
(Tetapi) ketika kematian datang ia
mengetahui takdir dari ia yang melakukan kejahatan. [P-108]
Engkau seharusnya menyiapkan
sebelumnya apa yang harus dilakukan,
Jangan gemetar pada apa yang harus
dilakukan pada saat itu,
Bagi ia yang telah menyiapkan apa
yang harus dilakukan,
Tidak gemetar pada apa yang harus
dilakukan pada saat itu. [P-109]
Seseorang seharusnya bersiap untuk
melakukan apa yang ia tahu demi kesejahtraannya,
Orang bijak, yang bijaksana
seharusnya berusaha, tidak dengan berpikir seperti kusir. [P-Dhp 110]
Seperti kusir yang meninggalkan
jalan yang mulus di jalan besar,
Dan mendekati jalan yang
bergelombang, kemudian ia merenung, seperti (ujung) poros yang rusak, [P-Dhp
111]
Begitu juga dengan ia yang pergi
dari Dhamma dan mengikuti apa yang bukan Dhamma,
Ketika si dungu mendekati mulut
kematian ia merenung, seperti (ujung) poros yang rusak. [P-Dhp 112]
Banyak yang mengenakan jubah Bhikṣu
di leher-leher mereka yang jahat, tanpa pengendalian.
Yang jahat! Melalui perbuatan
burukmu, engkau akan muncul di alam rendah. [P-Dhp 113]
Ia yang mengatakan apa yang tidak
benar pergi ke alam rendah,
Ia yang berkata: ‘Saya tidak
melakukan’ apa yang telah lakukan,
Keduanya adalah sama saja ketika
mereka telah pergi,
Ke alam baka, (mereka adalah)
manusia yang melakukan perbuatan buruk. [P-Dhp 114]
Ia yang menyinggung kepada ia yang
tidak menyinggung,
Orang yang murni dan tanpa nafsu,
Perbuatan buruk itu (kemudian)
kembali pada si dungu,
Seperti debu halus yang dilemparkan
melawan angin. [P-Dhp 115]
Seperti pedagang di jalan yang
menakutkan, dengan sedikit teman dan harta yang besar,
Seperti ia yang mencintai hidupnya
(akan menghindari) racun, (begitupun) seharusnya ia harus menghindari perbuatan
buruk. [P-Dhp 116]
Ia yang menginginkan kebahagiaan untuk
dirinya dengan menyebabkan penderitaan bagi yang lain,
Dengan berhubungan pada kebencian,
tidak sepenuhnya terbebas dari penderitaan. [P-Dhp 117]
Bau mayat terputus (pada akhirnya),
Begitupun (satu bengkak) ketika
malam telah berlalu,
(Tetapi) orang yang hidup tidak
dengan Dhamma
Hari demi hari baunya tidak pernah
terputus. [P-Dhp 118]
Sama seperti perumah tangga yang
memiliki banyak harta,
Ketika kota sedang menyala dan
terbakar,
Karena mutiara, permata, kristal dan
perak mereka,
Melakukan usaha, (dengan berpikir):
“Kita akan menyelamatkan sesuatu”, [P-Dhp 119]
Begitu juga pertapa dengan
kebijaksanaan besar,
Ia yang mulia berlatih dalam Jalan
Mulia,
Terdesak oleh ketakutan dari
kelahiran, usia tua, sakit, menderita karena penderitaan,
Melakukan usaha, (dengan berpikir):
“Kami akan mencapai kedamaian”. [P-Dhp 120]
Bab tentang Kebajikan
8. Bab
tentang Bunga
Harumnya bunga tidak pergi melawan
angin,
Begitu juga cendana atau tagara atau
saffron,
Tetapi harumnya kebajikan pergi
melawan angin,
(Harumnya) manusia sejati tersebar
ke segala penjuru. [P-Dhp 121]
Cendana, tagara, lalu lili air dan
melati,
Diantara semua jenis keharuman
harumnya moralitas tidak tertandingi. [P-Dhp 122]
Harumnya tagara dan cendana tidaklah
seberapa,
Tetapi harumnya ia yang memiliki
moralitas berkibar paling unggul diantara para dewa. [P-Dhp 123]
Māra tidak dapat menemukan jejak
dari ia yang diberkahi dengan moralitas, ia yang hidup dengan kewaspadaan,
Dan ia yang terbebaskan melalui
pengetahuan benar dan dalam. [P-Dhp 124]
Seperti bunga yang indah, yang
memiliki warna, tetapi kurang dalam keharuman,
Seperti itulah kata-kata yang
diucapkan dengan baik adalah tidak berbuah bagi ia yang tidak bertindak (pada
diri mereka). [P-Dhp 125]
Seperti bunga yang indah, yang
memiliki warna, dan memiliki keharuman,
Seperti itulah kata-kata yang
diucapkan dengan baik adalah berbuah bagi ia yang melakukan tindakan (pada diri
mereka). [P-Dhp 126]
Seperti seekor lebah, tanpa melukai
bunga, warnanya atau harumnya,
Mengambil nektarnya dan pergi,
begitulah seharusnya ia yang melihat berjalan di desa. [P-Dhp 127]
° Kematian mengambil dan membawa ia
yang pikirannya melekat untuk mengumpulkan bunga,
Seperti sebuah banjir besar (membawa
pergi) sebuah desa yang tertidur. [P-Dhp 128]
° Pembuat akhir mengendalikan ia yang pikirannya melekat untuk mengumpulkan
bunga,
Walaupun ia tidak dipenuhi dengan
kenikmatan indra. [P-Dhp 129]
Sama seperti dari tumpukan bunga
seseorang dapat membuat banyak karangan bunga,
Begitupun seharusnya banyak
perbuatan baik telah dilakukan oleh ia yang terlahir sebagai manusia. [P-Dhp
130]
Siapa yang akan menaklukan dunia,
Dan alam baka, bersama dengan para
dewa?
Siapa yang akan (memenangkan) syair
Dhamma yang dibabarkan dengan baik,
Seperti seorang pria baik
memenangkan sebuah bunga? [P-Dhp 131]
Seorang yang berlatih akan
menaklukan dunia,
Dan alam baka, bersama dengan para
dewa,
Ia akan (memenangkan) syair Dhamma
yang dibabarkan dengan baik,
Seperti seorang pria baik
memenangkan sebuah bunga. [P-Dhp 132]
Sama seperti melati melepaskan
bunganya [yang layu?],
Begitupun, para Bhikṣu, melepaskan
(semua) nafsu dan kebenciannya. [P-Dhp 133]
Mengetahui bahwa dunia ini sama
seperti buih,
Memiliki sifat ilusi bagi mereka
yang mengerti,
Memotong pucuk bunga Māra (anak
panah),
Seseorang seharusnya pergi melampaui
pandangan Raja Kematian. [P-Dhp 134]
Sama seperti di dalam tumpukan
sampah yang di tinggalkan di jalan utama,
Sebuah teratai mungkin timbul,
dengan keharuman murni, menyenangkan pikiran, [P-Dhp 135]
° Begitu juga di antara yang
ditinggalkan, siswa Sambuddha yang Sempurna,
Menerangi mereka yang diliputi
kegelapan dan masih awam melalui kebijaksanaannya. [P-Dhp 136]
Bab tentang Bunga
9. Bab
tentang Nafsu
Bagi seorang manusia yang hidup
dalam kelengahan
Nafsu meningkat seperti tanaman
menjalar,
Ia bergerak dari satu tempat ke
tempat lain
Seperti seekor kera mencari buah
didalam hutan. [P-Dhp 137]
Bagi ia yang ditaklukan oleh nafsu
rendahan di dunia, yang adalah sulit untuk dilampaui,
Bagi ia kesedihan meningkat seperti
rumput yang telah dihujani. [P-Dhp 138]
Siapapun yang dapat mengatasi nafsu
rendahan di dunia, yang adalah sulit untuk dilampaui,
Kesedihan bergulir darinya seperti
setetes air di bunga teratai. [P-Dhp 139]
Ini Kukatakan padamu: “Keberuntungan
sebanyak yang telah berkumpul disini”,
Galilah akar nafsu, seperti
seseorang mencari akar (dengan menggali) rumput,
Bagi ia yang telah memotong akar
nafsu tidak ada nafsu, bagaimana mungkin ada ketakutan? [P-Dhp 140]
Seseorang dengan nafsu sebagai teman
memiliki waktu yang panjang dalam kelahiran dan kematian,
Di dalam kelahiran ini atau
kelahiran lainnya, disini dan disana, lagi dan lagi. [P-Dhp 141]
Setelah memahami bahaya, bahwa nafsu
adalah asal mula penderitaan,
Terbebas dari nafsu, tanpa
kemelekatan, seorang Bhikṣu seharusnya mengembara dengan penuh perhatian.
[P-Dhp 142]
Ikatan ini adalah tidak terlalu kuat
kata yang bijaksana,
Yang terbuat dari besi, kayu, atau
buluh,
° Penuh ambisi dan bergairah mereka
mencari,
Perhiasan dan anting-anting dan anak
dan istri – [P-Dhp 143]
Ikatan ini adalah kuat kata yang
bijaksana,
Menarik kebawah, sulit, susah
terbebas darinya,
Setelah memotong ini yang baik pergi
dengan damai,
Tanpa pencarian, meninggalkan semua
penderitaan. [P-Dhp 144]
Tidak melalui hujan kāhāpaṇa (uang)
kepuasan ditemukan untuk keinginan indra,
Yang bijaksana mengetahui: “Nafsu
indra memiliki sedikit kesenangan, (banyak) penderitaan,” [P-Dhp 145]
Tidak menemukan kegembiraan bahkan
didalam kenikmatan surgawi,
Siswa Sambuddha yang Sempurna
bergembira dalam hancurnya nafsu. [P-Dhp 146]
Tanpa nafsu, tanpa kemelekatan,
terampil dalam kata dan penjelasannya,
Mengetahui bagaimana perkataan
disusun, yang datang sebelum dan yang sudah,
Ia yang dalam tubuh terakhirnya
dikatakan seorang yang sangat bijaksana. [P-Dhp 147]
° Ada aliran arus kemelekatan dan
Kesenangan batin untuk seseorang,
Bergantung pada kenikmatan mereka
mencari kebahagiaan,
Orang-orang itu di dalam kelahiran
dan usia tua. [P-Dhp 148]
Orang-orang dikepung oleh nafsu
Berputar seperti kelinci di dalam
perangkap,
Mereka terikat dan melekat pada
belenggu,
Mereka datang lagi dan lagi kedalam
rahim untuk waktu yang lama. [P-Dhp 149]
Jadilah bebas dari masa lalu,
jadilah bebas dari masa depan,
Jadilah bebas dari saat ini, setelah
menyeberangi (semua) kemunculan,
Dengan pikiran terbebas dalam semua
sisi,
Engkau akan tidak kembali pada
kelahiran dan usia tua. [P-Dhp 150]
Ia yang terbebas dari nafsu, yang
terbebas dari rimba,
(Melalui) kebebasan dari rimba, lari
kembali ke dalam rimba,
Datanglah kemari dan liat orang itu,
(Walaupun) terbebas, ia kembali ke
belenggu. [P-Dhp 151]
Ladang hancur dengan rumput liar,
orang-orang hancur dengan nafsu,
Oleh karena itu ada buah yang besar
untuk pemberian kepada ia yang tanpa nafsu. [P-Dhp 152]
Ladang hancur dengan rumput liar, orang-orang
hancur dengan kebencian,
Oleh karena itu ada buah yang besar
untuk pemberian kepada ia yang tanpa kebencian. [P-Dhp 153]
Ladang hancur dengan rumput liar,
orang-orang hancur dengan delusi,
Oleh karena itu ada buah yang besar
untuk pemberian kepada ia yang tanpa delusi. [P-Dhp 154]
Rimba kenikmatan di mana di dalamnya
orang-orang tidak bersenang,
Ia yang tanpa kesenangan bersenang
di dalamnya, (tetapi) bukan ia yang mencari kenikmatan indra. [P-Dhp 155]
Sama seperti ketika akar pohon masih
kuat dan tidak rusak,
Walaupun pohon itu telah ditebang,
akan tumbuh kembali,
Jadi ketika kecenderungan pada nafsu
tidak tergali,
Penderitaan ini muncul lagi dan
lagi. [P-Dhp 156]
Bab tentang Nafsu
10. Bab
tentang Noda
Kurangnya pengulangan adalah
kehancuran dari Vedā, kurangnya perbaikan adalah kehancuran rumah,
Kelambanan adalah kehancuran dari
penampilan, kelengahan adalah kehancuran bagi ia yang terjaga. [P-Dhp 157]
Watak buruk adalah noda seorang
wanita, kekikiran adalah noda seorang pemberi,
Kehendak buruk adalah noda baik di
dunia ini maupun alam nanti. [P-Dhp 158]
Aku katakan ada noda yang lebih
buruk dari itu, ketidak tahuan adalah noda yang mematikan,
Setelah meninggalkan noda itu,
hiduplah tanpa noda, para Bhikṣu! [P-Dhp 159]
Seperti sebuah noda (karat) muncul
dari besi,
Dan munculnya hal itu, itu akan
memakannya kelak,
Begitu pula dengan ia yang terlalu
memanjakan dirinya,
Perbuatannya menuntun ia pada alam
menderita. [P-Dhp 160]
Sekarang engkau adalah daun yang
layu,
Raja Yama berdiri menunggumu,
Engkau berdiri dalam pintu
kehancuran,
Dengan tanpa kepastian untuk
perjalanan yang dapat ditemukan. [P-Dhp
161]
Engkau seharusnya berusaha dan
berupaya dengan dirimu sendiri,
Seperti seorang penempa, engkau
harus melenyapkan noda,
Lenyapkanlah noda, tanpa cela,
Engkau mencari alam luhur yang
kedua. [P-Dhp 162]
Orang bijaksana secara bertahap,
sedikit demi sedikit, saat demi saat,
Harus melenyapkan noda untuk dirinya
sendiri, seperti penempa (melenyapkan noda) dari perak. [P-Dhp 163]
Hidup adalah mudah bagi ia yang
tanpa rasa malu, ia menjalankan hidup dengan kekotoran,
Fitnah dan kecerobohan, dengan
berani dan menonjol seperti gagak. [P-Dhp 164]
Hidup adalah sulit ketika diberkahi
oleh rasa malu, bagi ia yang terus menerus mencari kemurnian,
Bagi ia yang tulus, dan tanpa
fitnah, mencari kemurnian dalam kehidupan. [P-Dhp 165]
Mudah untuk melihat kesalahan orang
lain, tetapi miliknya sendiri sulit dilihat,
Bagi ia yang mencari kesalahan orang
lain seperti mereka menyaring sekam,
Tetapi ia yang menyembunyikan
(kesalahannya) sendiri, bagaikan seorang pemain curang yang (menyembunyikan)
kekalahannya. [P-Dhp 166]
Mudah dilakukan sesuatu yang tidak
baik, dan tidak bermanfaat untuk seseorang,
Tetapi hal itu yang bermanfaat dan
baik adalah sangat sulit dilakukan. [P-Dhp 167]
Mudah dilakukan sesuatu yang tidak
baik, dan tidak bermanfaat untuk seseorang,
Tetapi (hanya) yang bermanfaat dan
baik yang dilakukan oleh orang bijaksana. [P-Dhp 168]
Mereka malu dengan apa yang tidak
memalukan, tidak malu dengan apa yang memalukan,
Melihat ketakutan dalam apa yang
tidak menakutkan, tidak melihat ketakutan dalam apa yang menakutkan,
Memiliki pandangan salah, para
makhluk pergi ke alam menderita. [P-Dhp 169]
Menemukan celaan pada apa yang tanpa
cela, tidak memahami cela pada apa yang tercela,
Memiliki pandangan salah, para
makhluk pergi ke alam menderita. [P-Dhp 170]
Menemukan hal penting pada apa yang
tidak penting, dan memahami tidak penting pada apa yang penting,
Mereka tidak mengerti apa yang
penting, dan berdiam dalam pikiran salah. [P-Dhp 171]
Mengetahui hal penting pada apa yang
penting, dan tidak penting pada apa yang tidak penting,
Mereka mengerti apa yang penting,
dan berdiam dalam pikiran benar. [P-Dhp 172]
Melibatkan diri pada apa yang tidak
sesuai, tidak terlibat pada apa yang sesuai,
Meninggalkan kebaikan, menggenggam
kecintaan, mereka iri pada ia yang berusaha demi kebaikan. [P-Dhp 173]
Bab tentang Noda
11. Bab
tentang Orang Dungu
Orang bodoh dan dungu hidup dengan
diri mereka sendiri sebagai musuhnya,
Melakukan perbuatan buruk, yang
menghasilkan buah pahit. [P-Dhp 174]
Bagaimana ia bisa melakukan
perbuatan itu, yang, ketika dilakukan, seseorang akan menyesal,
Yang karenanya ia memiliki air mata
di wajahnya, sebagai hasil yang bersama mengikutinya. [P-Dhp 175]
Tetapi perbuatan itu yang dengan
baik dilakukan, yang, ketika dilakukan, seseorang tidak menyesal,
Yang karenanya ia bersenang dan
berbahagia, sebagai hasil yang bersama mengikutinya. [P-Dhp 176]
Sejauh apapun pembelajaran muncul
pada si dungu, itu hanya untuk kerugiannya,
Itu menghancurkan kualitas baik si
dungu, dan itu akan menghancurkan kepalanya. [P-Dhp 177]
Dia berharap saat kekurangan rasa
hormat, dan status di antara para Bhikṣu,
Demi kendali di tempat tinggal, dan
penghormatan di antara keluarga baik: [P-Dhp 178]
“Perumah tangga dan yang
meninggalkan rumah seharusnya berpikiran ini telah dilakukan olehku,
Biarlah tidak ada yang menjadi
pasangan untuk ku, dalam semua yang harus dilakukan dan tidak dilakukan ",
[P-Dhp 179]
Demikianlah orang dungu berpikir,
(sementara itu) keinginan dan kesombongannya meningkat.
Jalan untuk perolehan adalah satu
hal, (jalan) menuju Nibbāna adalah hal lain, [P-Dhp 180]
Demikianlah melihat hal itu
sebagaimana adanya, adalah siswa Sang Buddha,
seharusnya tidak bersenang dalam
penghormatan, (tetapi) berlatih dalam kesendirian. [P-Dhp 181]
Orang dungu berpikir ada kesuksesan,
ketika ia mengucapkan kata kasar,
Tetapi bagi ia yang mengetahui,
menahankan adalah kesuksesan orang baik. [P-Dhp 182]
Tanpa kekuatan adalah kekuatan
darinya yang mana kekuatan ini adalah kekuatan seorang dungu,
Celaan tidak ditemukan pada ia yang
kuat, dilindungi oleh Dhamma. [P-Dhp 183]
Orang dungu yang memahami dirinya
adalah dungu, paling tidak bijaksana dalam (hal) itu,
Orang dungu yang bangga dengan
kebijaksanaannya, dia tentu dikatakan sebagai orang dungu. [P-Dhp 184]
Panjang adalah malam bagi ia yang
tidak tidur, panjang adalah satu Yojana bagi ia yang lelah,
Panjang adalah lingkaran kelahiran
dan kematian bagi si dungu yang tidak mengetahui Dhamma Sejati. [P-Dhp 185]
Orang itu yang membungkus ikan busuk
dengan rumput harum terbaik,
Membuat harum dari rumput tercium
busuk, (dan) begitulah dengan mereka yang berkumpul dengan orang dungu. [P-Dhp
186]
Orang itu yang membungkus tagara
dalam daun pohon lidah api,
Membuat daun bahkan menjadi harum,
(dan) begitulah dengan mereka yang berkumpul dengan orang bijaksana. [P-Dhp
187]
Jika seseorang yang tidak berbuat
kejahatan berkumpul dengan ia yang berbuat,
Ia dicurigai sebagai orang jahat,
dan reputasi buruknya meningkat. [P-Dhp 188]
Seorang teman berkumpul dengan orang
lain yang tersentuh dengan kontak,
Seperti sebuah anak panah yang dilumuri
racun dalam ikatan, melumuri yang tidak terlumuri,
Takut menjadi terlumuri yang
bijaksana tidak akan memiliki teman jahat. [P-Dhp 189]
Oleh karena itu mengetahui hasil
dari seseorang dengan perumpamaan bungkus buah,
Ia seharusnya tidak mengikuti ia
yang jahat, yang bijaksana seharusnya berkumpul dengan yang baik. [P-Dhp 190]
Bahkan jika seorang dungu mendatangi
orang bijaksana selama hidupnya,
Ia tidak dapat mempelajari Dhamma,
seperti sendok tidak dapat mempelajari rasa dari kari. [P-Dhp 191]
Jika seorang yang tanggap mendatangi
orang bijaksana bahkan hanya untuk sesaat,
Ia dengan cepat mempelajari Dhamma,
seperti lidah (mempelajari) rasa dari kari. [P-Dhp 192]
Seseorang seharusnya tidak memandang
remeh kejahatan kecil (dengan berpikir): Itu tidak akan berbalik kepadaku,
Melalui jatuhnya tetes-tetes air pot
air (cepat) terisi,
Orang dungu, menampung sedikit demi
sedikit, menjadi penuh dengan kejahatan. [P-Dhp 193]
Seseorang seharusnya tidak memandang
remeh jasa kebajikan kecil (dengan berpikir): Itu tidak akan berbalik kepadaku,
Melalui jatuhnya tetes-tetes air pot
air (cepat) terisi,
Yang bijaksana menampung sedikit
demi sedikit, menjadi penuh dengan jasa kebajikan. [P-Dhp 194]
Bab tentang Orang Dungu
12. Bab
tentang Tongkat
Bukan dengan telanjang, atau
berambut kusut, atau berlumuran lumpur,
Atau berpuasa atau berbaring pada
tanah berbatu,
Pakaian kotor, (atau) berusaha
ketika dalam posisi jongkok,
Dapat memurnikan seorang yang tidak
menghilangkan keragu-raguan. [P-Dhp 195]
Bahkan jika harus menghiasi dirinya
sendiri,
(Tetapi) yang terlatih, damai,
menetap, hidup dengan Dhamma,
Dan telah meletakan tongkat terhadap
semua makhluk,
Ia adalah seorang Brāhmaṇa, seorang
Pertapa, seorang Bhikṣu. [P-Dhp 196]
Jangan mengucapkan apapun yang
kasar, berbicara kepadanya yang mungkin membalas perkataanmu,
Ucapan arogan memerlukan
penderitaan, dan mereka mungkin membalasmu dengan tongkat pemukul. [P-Dhp 197]
Jika engkau membuat suara seperti
sebuah gong itu adalah pukulan,
Engkau akan pergi kedalam lingkaran
kelahiran dan kematian untuk waktu yang lama. [P-Dhp 198]
Jika engkau tidak membuat suara
seperti sebuah gong itu bukanlah pukulan,
Engkau adalah (seperti) ia yang
telah mencapai Nibbāna, pertikaian tidak ditemukan dalam dirimu. [P-Dhp 199]
Seperti pengembala dengan tongkat
mengarahkan ternak ke padang rumput,
Demikianlah usia tua dan kematian
mengarahkan makhluk hidup. [P-Dhp 200]
Seperti pengembala dengan tongkat
melindungi pemilik padang rumput,
Demikianlah seseorang seharusnya
memperhatikan diri sendiri, dan engkau seharusnya tidak membiarkan momen
berlalu,
Ketika kesempatan telah berlalu
mereka bersedih ketika terlahir ke alam rendah. [P-Dhp 201]
Semua orang bergetar pada tongkat,
bagi mereka semua kehidupan adalah berharga,
Membandingkan diri sendiri (dengan
orang lain), seseorang seharunya tidak melukai atau menyebabkan (mereka)
terluka. [P-Dhp 202]
Ia yang mencelakai dengan tongkat
makhluk-makhluk yang menginginkan kebahagiaan,
Ketika mencari kebahagiaan untuk
dirinya sendiri, tidak menemukan kebahagiaan setelah kematian. [P-Dhp 203]
Ia yang tidak mencelakai dengan
tongkat makhluk-makhluk yang menginginkan kebahagiaan,
Ketika mencari kebahagiaan untuk
dirinya sendiri, akan menemukan kebahagiaan setelah kematian. [P-Dhp 204]
Seseorang seharusnya tidak menjaga
pertemanan dengan teman yang jahat, seseorang seharusnya tidak menjaga
pertemanan dengan orang yang tercela,
Engkau seharunya menjaga pertemanan
dengan orang arif dan bijaksana, engkau seharusnya menjaga pertemanan dengan
orang-orang yang unggul.
Menjaga pertemanan dengan mereka
(tentu) lebih baik untukmu, bukan lebih buruk. [P-Dhp 205]
Seseorang seharusnya menghormati ia
yang menunjukan kesalahanmu seperti seseorang yang menunjukan harta
tersembunyi,
Seseorang seharusnya menjaga
pertemanan dengan orang bijaksana demikian yang memarahimu,
Menjaga pertemanan dengan mereka
(tentu) lebih baik untukmu, bukan lebih buruk. [P-Dhp 206]
Seseorang seharusnya menasehati,
menginstruksikan, dan melarang siapapun yang keji,
Hal ini dicintai oleh yang baik,
(tetapi) hal ini tidak dicintai oleh yang buruk. [P-Dhp 207]
Oleh karena itu yang baik dan yang
buruk pergi dari sini ke tujuan yang berbeda,
Yang buruk pergi ke neraka, yang
baik pergi ke surga. [P-Dhp 208]
Seseorang yang sedikit belajar
bertambah dalam usia seperti seekor banteng,
(Walaupun) dagingnya bertambah,
kebijaksanaannya tidak bertambah. [P-Dhp 209]
Ada empat keadaan bagi seseorang
yang lengah,
Seseorang yang berhubungan dengan
istri orang lain, mengalami:
Dia mendapatkan karma buruk, tempat
tidur yang tidak nyaman,
Hinaan yang ketiga, dan (telahir
kembali dalam) neraka sebagai yang keempat. [P-Dhp 210]
Memperoleh karma buruk dan kelahiran
yang buruk,
Dan (hanya) kenikmatan kecil dari
seorang pria ketakutan dengan seorang wanita ketakutan,
Dan raja-raja yang memberikan
hukuman berat,
Ketika hancurnya jasmani ia pergi ke
neraka. [P-Dhp 211]
Yang terkendali pergi ke alam surga,
yang tidak terkendali pergi ke neraka,
(Dengan berpikir): “Saya seharusnya
tidak memamerkan kepercayaan diri,” orang bijaksana itu mengembara dengan
damai. [P-Dhp 212]
Janganlah, gajah, mendekati Sang
Buddha,
Ada penderitaan disana, gajah, dalam
mendekati Sang Buddha,
Bagi ia yang menyerang Sang Buddha,
gajah,
Tidak pergi dari sini ke alam surga.
[P-Dhp 213]
° Seperti singa mengembara di medan
pegunungannya,
Tempatnya adalah didalam pegunungan,
° Jangan melukai pahlawan-manusia,
ia yang tanpa takut,
Ia yang unggul dalam upaya. [P-Dhp 214]
Seperti gajah dalam peperangan
(menahankan) tembakan anak panah dari busur,
(Begitulah) aku akan menahankan caci
maki, untuk banyak orang yang tidak bermoral. [P-Dhp 215]
Bab tentang Tongkat
13. Bab
tentang Perlindungan
° Banyak orang terguncang dengan
ketakutan pergi untuk berlindung
Ke pegunungan dan hutan-hutan, ke
tempat-tempat dengan pepohonan yang indah. [P-Dhp 216]
Itu bukanlah perlindungan yang aman,
itu bukanlah perlindungan yang tertinggi,
(Atau) apakah perlindungan yang di
datangi untuk terbebas dari semua penderitaan? [P-Dhp 217]
Siapapun yang telah pergi berlindung
kepada Buddha, Dhamma, dan Saṅgha,
Dan ia yang melihat sebagaimana
adanya Empat Kebenaran Mulia, [P-Dhp 218]
Itu adalah perlindungan yang aman,
itu adalah perlindungan tertinggi,
Itu adalah perlindungan yang di
datangi untuk terbebas dari semua penderitaan. [P-Dhp 219]
Jika, ketika para sapi menyebrangi
(jalan), pemimpin mereka berjalan miring,
Mereka semua akan berjalan miring,
seperti pemandu mereka yang berjalan miring. [P-Dhp 220]
Begitu pula dengan manusia, ia yang
ditunjuk sebagai pemimpin,
Jika ia hidup tidak sesuai Dhamma ,
orang lain akan demikian. [P-Dhp 221]
Jika, ketika para sapi menyebrangi
(jalan), pemimpin mereka berjalan lurus,
Mereka semua akan berjalan lurus,
seperti pemandu mereka yang berjalan lurus. [P-Dhp 222]
Begitu pula dengan manusia, ia yang
ditunjuk sebagai pemimpin,
Jika ia hidup sesuai Dhamma, orang
lain akan demikian. [P-Dhp 223]
Seseorang seharusnya hidup dengan
Dhamma, dengan prilaku baik, tidak dengan prilaku buruk,
Hidup dengan Dhamma seseorang hidup
dalam kemudahan di dunia ini dan alam nanti. [P-Dhp 224]
Seseorang seharusnya hidup dengan
Dhamma, dengan prilaku baik, tidak dengan perilaku buruk,
Menjalani kehidupan suci seseorang
hidup dalam kemudahan di dunia ini dan alam nanti. [P-Dhp 225]
Ia yang menemukan kenikmatan dalam
Dhamma, bersenang dalam Dhamma, merefleksikan Dhamma,
Seorang Bhikṣu yang mengingat
Dhamma, tidak dapat meninggalkan Dhamma. [P-Dhp 226]
Dhamma melindungi ia yang hidup
dengan Dhamma,
Dhamma yang dipraktikan dengan baik
adalah diatur pada kebahagiaan,
Inilah manfaat dari Dhamma yang
dipraktikan dengan baik,
Ia yang hidup dengan Dhamma tidak
dapat pergi ke alam rendah. [P-Dhp 227]
Dhamma melindungi ia yang hidup
dengan menjalani kehidupan suci,
Dhamma yang dipraktikan dengan baik
adalah diatur pada kebahagiaan,
Inilah manfaat dari Dhamma yang
dipraktikan dengan baik,
Ia yang hidup dengan menjalani
kehidupan suci tidak dapat pergi ke alam rendah. [P-Dhp 228]
Tidak hidup dengan menjalani
kehidupan suci, tidak memiliki perolehan kekayaan dalam masa mudanya,
Mereka menyia-nyiakan seperti bangau
dalam danau kecil yang tanpa ikan. [P-Dhp 229]
Tidak hidup dengan menjalani
kehidupan suci, tidak memiliki perolehan kekayaan dalam masa mudanya,
Mereka berbohong seperti (anak
panah) yang berserakan dari busur, meratap tentang hal-hal di masa lalu. [P-Dhp 230]
Ia yang penuh perhatian yang
berusaha tidak bersenang dalam tempat tinggal,
Seperti angsa yang meninggalkan
danau, mereka meninggalkan kegemaran untuk pulang. [P-Dhp 231]
Seperti angsa pergi melalui jalur
udara, mereka pergi melalui langit dengan kekuatan mereka,
Orang bijaksana menuntun keluar
dalam dunia ini, setelah menghancurkan Māra dan pasukannya. [P-Dhp 232]
Mengapa tertawa, mengapa bergembira,
ketika dunia selalu terbakar,
Ketika terlempar dalam kegelapan,
apakah engkau tidak mencari cahaya? [P-Dhp 233]
Seperti sebuah kota di daerah
perbatasan di jaga di dalam dan di luar,
Demikianlah seseorang seharusnya
melindungi diri sendiri, dan engkau seharusnya tidak membiarkan momen berlalu,
Ketika kesempatan telah berlalu
mereka bersedih ketika terlahir ke alam neraka. [P-Dhp 234]
Tidak dengan menjadi tercukur
seorang disebut pertapa, (jika) ia tidak bersumpah, berbicara kebohongan,
Dan diberkahi dengan keinginan dan
nafsu, bagaimana ia akan menjadi pertapa? [P-Dhp 235]
Ia yang memadamkan perbuatan buruk,
kecil dan besar, dalam segala sisi –
Melalui meredanya perbuatan buruk,
ia disebut sebagai pertapa. [P-Dhp 236]
Ia yang padanya tiga puluh enam arus
terdiri dari kontak dengan kesombongan yang kuat,
Ia yang dengan pandangan salah
terbawa oleh arus kehendak keserakahannya. [P-Dhp 237]
Seseorang seharusnya meninggalkan
kemarahan, seseorang seharusnya meninggalkan kesombongan,
Seseorang seharusnya mengatasi semua
belenggu,
Tanpa melekat pada pikiran dan
bentukan jasmani,
Penderitaan tidak pernah dapat
menimpa ia yang tanpa kepemilikan. [P-Dhp 238]
Bab tentang Perlindungan
14. Bab
tentang Kesabaran
Menahankan kesabaran adalah pertapaan
tertinggi,
Nibbāna adalah yang tertinggi
dikatakan oleh para Buddha,
Ia yang meninggalkan keduniawian
tidak menyakiti orang lain,
(Juga tidak) seorang pertapa
mengusik orang lain. [P-Dhp 239]
Mereka yang bijaksana tanpa
kekerasan, terus terkendali dalam jasmani,
Berjalan menuju tanpa kematian
(Nibbāna), setelah pergi kesana mereka tidak bersedih. [P-Dhp 240]
Siswa-siswa Gotama selalu terjaga
pada penyadaran yang baik,
Mereka yang siang dan malam memiliki
pikiran yang bersenang dalam tanpa kekerasan. [P-Dhp 241]
Siswa-siswa Gotama selalu terjaga
pada penyadaran yang baik,
Mereka yang siang dan malam memiliki
pikiran yang bersenang dalam pengembangan. [P-Dhp 242]
Siswa-siswa Gotama selalu terjaga
pada penyadaran yang baik,
Mereka yang siang dan malam terus
memiliki perhatian penuh pada jasmani. [P-Dhp 243]
Ia yang bijaksana bersungguh-sungguh
pada samadhi, yang bersenang dalam kedamaian dari pelepasan,
Bahkan para dewa pun iri padaNya,
Sambuddha, ia yang penuh perhatian.
[P-Dhp 244]
Entah di hutan ataupun desa, entah
di dataran rendah atau tinggi,
Di manapun para Arahat hidup, tempat
itu (pasti) menyenangkan. [P-Dhp 245]
Jika, bahkan untuk satu makhluk, ia
yang dengan pikiran tidak rusak.
Memiliki cinta kasih, ada kebajikan
dalam hal itu,
Tetapi ia yang dengan pikiran kasih
sayang pada semua makhluk,
Orang mulia (itu) membuat jasa yang
berlimpah. [P-Dhp 246]
Mereka yang menaklukan bumi, penuh
dengan makhluk hidup,
Pelihat kerajaan itu yang telah
pergi berkeliling melakukan pengorbanan,
Pengorbanan kuda, pengorbanan
manusia,
Melempar tongkat, persembahan Soma,
tanpa halangan –
(Dibandingkan dengan) ia yang
mengembangkan pikirannya dengan cinta kasih,
Mereka tidak sebanding bahkan
seperenam belas bagian,
Sama seperti seluruh bintang (tidak
sebanding) dengan cahaya bulan. [P-Dhp 247]
Kemudian ia yang dengan pikiran
cinta kasih memiliki kasih sayang pada semua makhluk,
Memiliki cinta kasih terhadap semua
makhluk, ia tidak memiliki seorang pun yang dibenci. [P-Dhp 248]
Bagi ia yang setiap siang dan malam
bersenang dalam pikiran tanpa kekerasan,
Memiliki cinta kasih terhadap semua
makhluk, ia tidak memiliki seorang pun yang dibenci. [P-Dhp 249]
Bagi ia yang setiap siang dan malam
bersenang dalam pengembangan,
Memiliki cinta kasih terhadap semua
makhluk, ia tidak memiliki seorang pun yang dibenci. [P-Dhp 250]
Bagi ia yang setiap siang dan malam
selalu penuh perhatian pada jasmani,
Memiliki cinta kasih terhadap semua
makhluk, ia tidak memiliki seorang pun yang dibenci. [P-Dhp 251]
Ia yang bukan pembunuh atau telah
membunuh, penakluk, ataupun telah menaklukan,
Memiliki cinta kasih terhadap semua
makhluk, ia tidak memiliki seorang pun yang dibenci. [P-Dhp 252]
Bukan dengan membenci dapat
menghentikan kebencian pada saat apapun di tempat ini,
Mereka hanya dapat dihentikan
deangan tidak membenci, kebenaran ini adalah (pasti) abadi. [P-Dhp 253]
Orang lain tidak mengerti bahwa kita
seharusnya menjadi berhasil di sini,
Tetapi (bagi) mereka di sini yang
mengerti, melalui hal itu, perselisihan (mereka) akan berhenti. [P-Dhp 254]
Biarlah kami hidup dengan
kebahagiaan sejati, tanpa membenci, di antara mereka yang memiliki kebencian,
Di antara manusia yang memiliki
kebencian, biarlah kami hidup tanpa kebencian. [P-Dhp 255]
Biarlah kami hidup dengan
kebahagiaan sejati, tanpa kerinduan, di antara mereka yang merindukan,
Di antara manusia yang merindukan,
biarlah kami hidup tanpa kerinduan. [P-Dhp 256]
Kami hidup dengan kebahagiaan sejati
cukup tanpa rasa memiliki diri sendiri
Diantara mereka dengan rasa memiliki
biarlah kami hidup dengan tanpa memiliki. [P-Dhp 257]
Seseorang seharusnya melihat itu
seperti sebuah buih, seseorang seharusnya melihat itu sebagai ilusi,
Melihat pada dunia dalam cara ini
Raja Kematian tidak dapat melihat (ia). [P-Dhp 258]
Tubuh ini sudah usang, sarang
penyakit, binasa,
Tubuh yang busuk menjadi hancur, karena kehidupan berakhir
dalam kematian. [P-Dhp 259]
Setelah
melihat orang tua, ia yang menderita dan sakit,
Setelah
melihat seseorang yang meninggal, setelah tidak lama (untuk) seorang siswa,
Kecemasan,
tajam dan luas, muncul,
(Dan) ia
yang bijaksana memotong belenggu kehidupan perumah tangga. [P-Dhp 260]
Bab tentang Kesabaran
15. Bab
tentang Kekotoran
Diantara para manusia sedikit orang
yang pergi melampaui,
Sebagian sisanya berlari di batas
tepi, [P-Dhp 261]
Tetapi mereka yang hidup dengan
benar, sesuai dengan Dhamma yang sempurna diajarkan ini,
Mereka akan pergi melampaui alam
kematian, yang sangat sulit disebrangi. [P-Dhp 262]
Setelah meninggalkan keadaan yang
gelap, ia yang bijaksana seharusnya mengembangkan yang terang,
Setelah melangkah maju dari
kehidupan rumah tangga menjadi tanpa rumah; dalam kesendirian, dimana sangat
sulit untuk bersenang, [P-Dhp 263]
Ia seharusnya mencari kenikmatan di
tempat itu, setelah menyerah pada nafsu indra, dan tanpa rasa kepemilikan,
Ia harus memurnikan dirinya dari
kotoran-kotoran pikiran dalam segala cara.
[P-Dhp 264]
Bagi ia yang telah terkembang dengan
baik dan dengan pikiran yang damai faktor dari pencerahan sempurna,
Setelah menyerah pada keakuan, ia
yang bersenang dalam menjadi tidak melekat,
Bebas dari kekotoran, bersinar
terang, yang terbebas di dunia. [P-Dhp 265]
Yang harus di lakukan tidak di
lakukan, tetapi apa yang tidak harus di lakukan telah di lakukan,
Bagi ia yang kurang ajar, ia yang
lengah, kekotoran mereka bertambah. [P-Dhp 266]
Tetapi bagi ia yang selalu dengan
benar berupaya penuh perhatian pada jasmani,
Yang tidak mempraktekkan apa yang
tidak harus di lakukan, selalu dalam apa yang harus di lakukan,
Bagi ia yang penuh perhatian, yang
sadar sepenuhnya, kekotorannya dihancurkan. [P-Dhp 267]
Mereka yang mencari kesalahan orang
lain, yang selalu melihat pelanggaran,
Bagi mereka kekotoran meningkat,
mereka jauh dari penghancuran mereka. [P-Dhp 268]
Bagi mereka yang memutuskan untuk
menjadi waspada, yang berlatih siang dan malam,
Yang berkehendak pada Nibbāna,
kekotoran di letakan untuk beristirahat. [P-Dhp 269]
Bagi mereka yang kekotorannya di
hancurkan, yang tidak bergantung pada makanan,
Bagi mereka yang berdiam dalam
kebebasan, yang kosong atau tanpa tanda,
Seperti burung-burung di langit,
jejak mereka sulit di temukan. [P-Dhp 270]
Bahkan bukan melalui aturan dan
ritual, atau melalui banyak belajar,
Atau melalui pencapaian konsentrasi,
atau melalui tinggal di tempat terpencil, [P-Dhp 271]
Apakah kita mencapai kebahagiaan
pelepasan, tidak di praktekan oleh kaum duniawi,
Biarlah seorang Bhikṣu tidak menjadi
percaya diri (selama) penghancuran kekotoran belum tercapai. [P-Dhp 272]
Ini bukan waktunya untuk menjadi
lengah, ketika kehancuran kekotoran belum tercapai,
Dengan lengah ia mengikuti
penderitaan, seperti ibu rusa (mengikuti) singa. [P-Dhp 273]
Beberapa jatuh kembali ke dalam
rahim, (tetapi) mereka yang jahat ke dalam alam rendah,
Orang baik pergi ke surga, mereka
yang bebas dari kekotoran telah terbebaskan. [P-Dhp 274]
Seperti danau yang dalam, bersih dan
tenang,
Seperti itulah yang bijaksana
percaya diri setelah mendengarkan Dhamma. [P-Dhp 275]
Ia yang kemenangannya tidak dapat
dicegah,
Yang kemenangannya tidak akan
berakhir,
Sang Buddha, ia yang terunggul dalam
berupaya,
Dengan jalan apa engkau akan
menyaingi ia yang tidak dapat di lampaui? [P-Dhp 276]
° Bagi ia tidak ada keinginan,
kemelekatan,
Atau nafsu untuk mengarahkan (ia)
kemanapun,
Sang Buddha, yang jangkauannya tidak
terbatas,
Dengan jalan apa engkau akan
menyaingi ia yang tidak dapat di lampaui? [P-Dhp 277]
Bab tentang Kekotoran
16. Bab
tentang Ucapan
Ucapan terjaga, terkendali dengan
baik dalam pikiran,
Ia yang tidak mempraktekkan
perbuatan salah dengan jasmani,
Memurnikan tiga jalur perbuatan,
Akan mencapai kedamaian yang tak
tertandingi. [P-Dhp 278]
Seseorang seharusnya waspada
terhadap kesalahan jasmani, seseorang seharusnya mengendalikan jasmani,
Meninggalkan prilaku jasmani yang
salah, seseorang seharusnya memiliki prilaku jasmani yang baik. [P-Dhp 279]
Seseorang seharusnya waspada
terhadap kesalahan ucapan, seseorang seharusnya mengendali ucapan,
Meninggalkan prilaku ucapan yang
salah, seseorang seharusnya memiliki prilaku ucapan yang baik. [P-Dhp 280]
Seseorang seharusnya waspada
terhadap kesalahan pikiran, seseorang seharusnya mengendalikan pikiran,
Meninggalkan prilaku pikiran yang
salah, seseorang seharusnya memiliki prilaku pikiran yang baik. [P-Dhp 281]
Orang bijaksana terkendali dalam
jasmani, ucapan, dan juga pikiran,
Orang bijaksana terkendali dalam
segala sisi, mereka tentu terkendali dengan sangat baik. [P-Dhp 282]
Ini adalah sesuatu yang tua, Ādhora,
ini bukanlah sesuatu yang dari hari ini:
Mereka mencela ia yang duduk diam,
mereka mencela ia yang berbicara seperlunya,
Mereka mencela ia yang berbicara
banyak, tidak ada seorang pun di dunia yang tidak dicela. [P-Dhp 283]
Tidak ada dan tidak akan ada, dan
pada saat ini tidak di temukan,
Seseorang yang selalu di cela, atau
seseorang yang selalu dipuji. [P-Dhp 284]
Ia yang akan memuji atau mencela ia
yang tidak benar,
Seorang dungu dengan kurangnya
kecerdasan, itu adalah tanpa tujuan. [P-Dhp 285]
Ia yang, setelah di periksa hari
demi hari, adalah di puji oleh orang bijaksana,
Tanpa kesalahan dalam prilaku,
cerdas, memperhatikan moralitas dan kebijaksanaan, [P-Dhp 286]
Ia yang seperti koin emas, siapakah
yang pantas mencelanya?
Ia di puji oleh para dewa, dan telah
di puji oleh para Brahma juga. [P-Dhp 287]
Bukan dengan kelancaran berbicara
saja, atau dengan penyusunan yang indah,
Seseorang di katakan terhormat,
(apabila masih) cemburu, egois, dan penuh tipu daya. [P-Dhp 288]
Dalam ia yang benar, Dhamma,
menghindari, mengendalikan, dan berlatih (dengan baik),
Orang bijaksana yang telah membuang
kebencian adalah di katakan terhormat. [P-Dhp 289]
Bahkan melalui pembacaan kumpulan
teks-teks suci,
Ia yang mengikuti kelengahan, yang
tidak melakukan (apa yang mereka katakan),
Seperti seorang pengembala
menghitung ternak orang lain,
Tidak dapat mengambil bagian dari
kehidupan pertapaan. [P-Dhp 290]
Bahkan melalui pembacaan teks-teks
suci namun sedikit,
Tetapi hidup benar sesuai dengan
Dhamma,
Meninggalkan keserakahan, kebencian,
dan delusi,
Dengan pikiran terbebas, sepenuhnya
tanpa keraguan,
Orang itu, tidak melekat di sini dan
setelahnya,
(Tentu) mengambil bagian dari
kehidupan pertapaan. [P-Dhp 291]
Seseorang seharusnya berbicara
kebenaran, seseorang seharusnya tidak menjadi marah, ketika di minta engkau
harus memberi, jika hanya sedikit,
Melalui tiga kondisi ini seseorang
dapat pergi ke hadapan para dewa. [P-Dhp 292]
Orang kikir tidak pergi ke dunia
para dewa,
Orang dungu pastilah tidak memuji
pemberian,
Tetapi yang bijaksana bergembira dalam
memberi,
Dan melalui hal itu ia pergi ke
dunia para dewa. [P-Dhp 293]
Memiliki moralitas, menjadi murni
dan pandai, berprinsip, mengetahui kebenaran,
Ia yang baik melakukan (perbuatan
yang adalah) miliknya sendiri, adalah ia yang di cintai oleh banyak orang.
[P-Dhp 294]
Lebih baik memakan bola api yang
menyala, seperti nyala api,
Daripada (seorang Bhikṣu) itu yang
tidak terkendali dan tidak bermoral yang menikmati dana makanan di suatu
wilayah. [P-Dhp 295]
Seperti rumput kusa, dengan salah di
genggam, memotong kedalam tangan,
Begitulah kehidupan pertapaan,
dengan salah di genggam, membawa seseorang turun ke neraka. [P-Dhp 296]
Bagi ia yang mengatakan secara
salah, yang telah melanggar dalam satu hal ini,
Yang telah meninggalkan alam nanti,
tidak ada kejahatan yang tidak ditinggalkan. [P-Dhp 297]
Bukan sebuah pedang yang diasah
dengan baik, (atau) bahkan racun yang mematikan,
Menghancurkan dengan cepat seperti
kata-kata yang dengan buruk diucapkan [P-Dhp 298]
Dengan lahirnya seseorang sebuah
kapak terlahir dalam mulutnya,
Yang dengannya ia memotong dirinya
sendiri mengucapkan kata yang dengan buruk di ucapkan. [P-Dhp 299]
Ia yang memuji yang patut dicela,
Atau ia mencela yang patut dipuji,
Memupuk kesialan dengan mulutnya,
Dan karena kesialan itu ia tidak
dapat menemukan kebahagiaan. [P-Dhp 300]
(Di bandingkan dengan) ia yang
memiliki kesialan dalam ukuran kecil melalui lemparan dadu dan kehilangan
kekayaannya,
Segalanya (yang ia punya), bersama
dengan dirinya,
Ini memang nasib buruk yang jauh
lebih besar: Ia yang memiliki pikiran yang rusak yang ditujukan kepada mereka
yang pergi dengan baik. [P-Dhp 301]
° Untuk seratus tiga puluh enam
ribu,
Nirabbudā, dan lima Abudda,
Ia pergi ke neraka melalui mencela
Ia yang Mulia,
Karena memiliki kehendak ucapan dan
pikiran yang jahat. [P-Dhp 302]
Ia seharusnya mengucapkan kebajikan,
ia seharusnya tidak mengucapkan kejahatan,
Ia yang mengucapkan apa yang bajik
adalah yang terbaik, setelah berkata jahat ia menderita. [P-Dhp 303]
Ia seharusnya mempraktikan
kebajikan, ia seharusnya tidak mengucapkan kejahatan,
Ia yang mengucapkan apa yang bajik
adalah yang terbaik, setelah berkata jahat ia menderita. [P-Dhp 304]
Ia seharusnya mengucapkan kata yang
baik, ia seharusnya tidak mengucapkan kejahatan,
Ketika kemarahan muncul ia
seharusnya mendesaknya, ia berhenti dari membenci. [P-Dhp 305]
Bab tentang Ucapan
17. Bab
tentang Diri Sendiri
Ia yang sangat kekurangan dalam
kebajikan, seperti pohon merambat yang mematikan menutupi pohon Sala,
Membuat dirinya sesuai dengan apa
yang di inginkan musuhnya. [P-Dhp 306]
Kejahatan itu di lakukan oleh diri
sendiri, lahir dari diri sendiri, muncul dalam diri sendiri,
Menghancurkan ia yang dungu, seperti
sebuah berlian (menghancurkan) batu permata. [P-Dhp 307]
Oleh dirinya sendiri perbuatan jahat
di lakukan, oleh diri sendiri seseorang menjadi bernoda,
Oleh diri sendiri perbuatan jahat di
tinggalkan dan tidak di lakukan, oleh diri sendiri seseorang di murnikan,
Murni dan tidak murni berasal dari
diri sendiri, (untuk itulah) tidak ada seseorang yang dapat memurnikan orang
lain. [P-Dhp 308]
Bukan kesalahan orang lain, atau apa
yang orang lain lakukan atau tidak di lakukan,
Seseorang seharusnya memikirkan,
tetapi apa yang telah di lakukan dan tidak di lakukan oleh diri sendiri. [P-Dhp
309]
Bukan kesalahan orang lain, atau apa
yang adil dan tidak adil untuk orang lain,
Seseorang seharusnya memikirkan,
tetapi apa yang adil dan tidak adil untuk diri sendiri. [P-Dhp 310]
Jika seseorang menganggap dirinya
sendiri sebagai yang di sayangi seseorang seharusnya menjaga dirinya sendiri
dengan baik dan benar,
Kebahagiaan tidak mudah untuk di
peroleh oleh ia yang berbuat salah. [P-Dhp 311]
Jika seseorang menganggap dirinya
sendiri sebagai yang di sayangi seseorang seharusnya menjaga dirinya sendiri
dengan baik dan benar,
Selama satu dari tiga jam (jaga
malam) ia yang bijaksana seharusnya tetap waspada. [P-Dhp 312]
Duduk sendiri, berbaring sendiri,
berjalan sendiri, tekun,
Ia yang menyendiri yang bersenang
dalam dirinya sendiri akan bersenang di pinggir hutan. [P-Dhp 313]
° Siapapun yang mencela ajaran para
Arahat Orang-orang Mulia yang hidup dengan Dhamma,
Ia yang dungu, bergantung pada
pandangan salahnya,
Membuat dirinya sesuai dengan apa
yang di inginkan musuhnya. [P-Dhp 314]
° Siapapun yang mencela ajaran para
Arahat Orang-orang Mulia yang hidup dengan Dhamma,
Ia yang dungu, bergantung pada
pandangan salahnya,
Seperti bambu yang ketika berbuah,
membawa pada kehancurannya. [P-Dhp 315]
Pertama seseorang seharusnya
menguatkan dirinya sendiri dalam kebaikan dan Dhamma,
Lalu seseorang dapat menasehati
orang lain, (dengan berkata): ‘Engkau harus menjadi seperti saya’. [P-Dhp 316]
Pertama seseorang seharusnya
berkomitmen pada dirinya sendiri pada apa yang pantas,
Lalu ketika menasehati orang lain,
ia yang bijaksana seharusnya tidak memiliki kekotoran (apapun). [P-Dhp 317]
Ia seharusnya memperlakukan dirinya
sendiri seperti ia ingin menasehati orang lain (untuk berbuat),
Karena tidak terlatih, ia tentu
seharusnya melatih (dirinya sendiri), untuk itulah dikatakan diri sendiri
adalah sulit untuk di latih. [P-Dhp 318]
Menjinakkan diri sendiri adalah
lebih baik daripada menjinakan orang lain,
Bagi seseorang yang menaklukan
dirinya sendiri, yang hidup selalu terkendali dengan baik, [P-Dhp 319]
Bukan dewa, maupun gandhabba, atau
Māra bersama dengan Brahma,
Dapat mengubah penaklukan menjadi
kekalahan bagi ia yang seperti ini. [P-Dhp 320]
Diri sendiri adalah teman bagi diri
sendiri, apakah orang lain akan selalu ada?
Ketika diri sendiri terlatih dengan
baik, seseorang menemukan teman yang sulit di temukan. [P-Dhp 321]
Diri sendiri adalah pelindung bagi
diri sendiri, diri sendiri adalah tempat berlindung bagi diri sendiri,
Oleh karena itu seseorang seharusnya
mengendalikan dirinya sendiri, seperti pedagang (mengendalikan) kuda mulianya.
[P-Dhp 322]
Seseorang seharusnya terus
menjinakkan dirinya sendiri, itu akan menjadi hasil yang baik,
Menjadi jinak, menjadi damai,
menjadi lurus, dan dari itu menjadi jujur,
Kemudian, setelah dijinakan, menjadi
bahagia, tidak melekat dan mendingin. [P-Dhp 323]
Oleh diri sendiri seseorang
seharusnya mencela diri sendiri, oleh diri sendiri seseorang seharusnya menjadi
terkendali,
Ia yang menjaga dirinya sendiri,
penuh perhatian, akan hidup bahagia, Bhikṣu. [P-Dhp 324]
Seseorang seharusnya tidak
mengabaikan kebaikan dirinya sendiri untuk orang lain, betapapun besarnya;
Mengetahui lebih jauh apa yang baik
untuk dirinya sendiri seharusnya menjadi kebaikan tertinggi. [P-Dhp 325]
Bukan untuk kepentingan dirinya
sendiri dan bukan untuk kepentingan orang lain,
Tidak menginginkan surga, kekayaan,
atau kerajaan –
Ia seharusnya tidak menginginkan
kesuksesannya melalui kerusakan,
Ia seharusnya menjadi baik bajik,
bijaksana, dan benar. [P-Dhp 326]
Bab tentang Diri Sendiri
18. Bab
tentang Memberi
Orang-orang memberi berdasarkan pada
keyakinan mereka, berdasarkan pada kepercayaan mereka,
Disini ia yang menderita karena
makanan dan minuman (di berikan) untuk orang lain,
Tidak akan, baik siang atau malam,
mencapai pada konsentrasi (yang baik). [P-Dhp 327]
Bagi ia yang padanya (penderitaan)
ini di potong, di hancurkan pada akarnya, tergali,
Apakah, baik siang dan malam,
mencapai pada konsentrasi (yang baik). [P-Dhp 328]
Seperti kuda yang baik tersentuh
dengan cambuk,
Hidup bersemangat dan tekun dalam spiritual,
Memiliki keyakinan, moralitas, dan
semangat,
Berkonsentrasi dan pandangan terang
pada Dhamma,
Kokoh dengan baik dalam kesabaran,
kelembutan, dan konsentrasi,
Mereka telah sampai pada inti
kebijaksanaan dan pembelajaran. [P-Dhp 329]
Ia yang memperoleh keyakinan dan
kebijaksanaan yang tak terkalahkan dalam kehidupan ini,
Memiliki kekayaan besar di dunia,
kekayaan lainnya, meski besar, adalah tak berguna. [P-Dhp 330]
Ia yang berkeyakinan yang terkendali
pada moralitas, dan memiliki kekayaan dan reputasi,
Apapun tempat dimana ia berdiam, di
sana dan kemudian ia dipuji. [P-Dhp 331]
Keyakinan adalah sahabat perjalanan
seseorang,
Ia tidak akan menerima perjalanan
tanpa keyakinan,
Dari itu akan ada reputasi dan
kemasyuran untuknya,
Dan ketika ia meninggalkan tubuh ia
pergi ke surga. [P-Dhp 332]
Ia yang telah melampaui keyakinan
(belaka), yang mengetahui apa yang belum dibuat, apa yang telah terpotong,
Yang telah menghancurkan kesempatan,
yang telah membuang harapan dan keinginan, adalah tentu seseorang yang
tertinggi. [P-Dhp 333]
Adalah jarang kemunculan para
Buddha, adalah jarang pengajaran tentang Dhamma,
Adalah jarang untuk mendapatkan
keyakinan, adalah jarang kehidupan manusia. [P-Dhp 334]
Bagi ia yang dengan pikiran yang
tidak tetap, yang tidak mengenal Dhamma Sejati,
Yang kepercayaan dirinya goyah,
kebijaksanaan tidak terpenuhi. [P-Dhp 335]
° Bagi ia yang memiliki pikiran yang
kurang percaya diri, itu adalah keburukan atau ketakutan,
Dan sering kali tidak sabar, tidak
mungkin memahami Dhamma. [P-Dhp 336]
Ia yang telah menghapus
ketidaksabaran, ketidak senangan dari pikirannya,
Dengan pikiran percaya diri,
berbahagia, ia dapat mengerti kata-kata yang di ucapkan dengan baik. [P-Dhp
337]
Memperoleh (kelahiran sebagai
seorang) manusia, atau pergi ke surga,
Atau memiliki kekuasaan tunggal atas
bumi ini – lebih baik adalah buah pemasuk arus. [P-Dhp 338]
Ia yang berkeyakinan pada Tathāgata
adalah kokoh dengan baik dan tidak dapat berpindah,
Yang moralitasnya indah, dipuji oleh
Para Mulia, [P-Dhp 339]
Yang memiliki kepercayaan pada
Saṅgha, yang melihat dengan lurus,
Ia yang mereka katakan ‘tidak
miskin’, hidupnya tidak sia-sia. [P-Dhp 340]
Oleh karena itu (dengan) keyakinan,
moralitas, kepercayaan diri dan pandangan terang dalam Dhamma,
Seorang bijaksana seharusnya
mengabdikan dirinya pada esensi Ajaran Buddha. [P-Dhp 341]
Bab tentang Memberi
19. Bab
tentang Pikiran
Yang tidak tenang, pikiran yang
goyah, sulit di jaga, sulit di kendalikan,
Ia yang bijaksana meluruskannya,
seperti pembuat panah meluruskan anak panahnya. [P-Dhp 342]
Seperti ikan yang di lempar ke
daratan yang kering, di tarik dari perairan rumahnya,
Pikiran adalah tidak tenang,
(seseorang seharusnya) melepaskan pengaruh Māra. [P-Dhp 343]
° Mereka yang akan mengendalikan
pikiran yang jauh berkeliaran,
Adalah kesendirian, tanpa jasmani,
tersembunyi, memperoleh pelepasan dari belenggu Māra. [P-Dhp 344]
Pengendalian adalah baik,
Pengendalian pikiran membawa kebahagiaan. [P-Dhp 345]
Sulit dilihat, sangat halus,
melayang kemanapun ia mau,
Orang bijaksana seharusnya menjaga
pikirannya, karena terjaga itu membawa kebahagiaan. [P-Dhp 346]
Bagi ia dengan pikiran yang tidak
tergantung, bagi ia dengan pikiran yang tidak bingung,
Setelah meninggalkan yang baik dan
jahat, untuk terus waspada, tidak ada ketakutan. [P-Dhp 347]
Ia yang meminum air Dhamma yang
lezat, dengan pikiran bersih,
Orang bijaksana akan selalu
bersenang dalam Dhamma yang di ketahui oleh Orang Mulia. [P-Dhp 348]
Belum lama setelah kematian, aduh,
tubuh ini akan terbaring di tanah,
Ditolak, tanpa kesadaran, seperti
sepotong kayu yang tidak berguna. [P-Dhp 349]
Mengetahui tubuh ini adalah (rapuh)
seperti kendi,
Membuat pikiran seperti sebuah
benteng,
Seseorang seharusnya melawan Māra
dengan senjata kebijaksanaan,
Jagalah kesuksesan mu, dan jangan
menjadi melekat. [P-Dhp 350]
Sama seperti hujan menembus rumah
dengan atap jerami yang sedikit,
Begitulah nafsu indrawi menembus
pikiran yang belum berkembang. [P-Dhp 351]
Sama seperti hujan tidak menembus
rumah dengan atap jerami yang baik,
Begitulah nafsu indrawi tidak
menembus pikiran yang terkembang dengan baik. [P-Dhp 352]
Sama seperti hujan menembus rumah
dengan atap jerami yang sedikit,
Begitulah kebencian menembus pikiran
yang belum berkembang. [P-Dhp 353]
Sama seperti hujan tidak menembus
rumah dengan atap jerami yang baik,
Begitulah kebencian tidak menembus
pikiran yang terkembang dengan baik. [P-Dhp 354]
Sama seperti hujan menembus rumah
dengan atap jerami yang sedikit,
Begitulah delusi menembus pikiran
yang belum berkembang. [P-Dhp 355]
Sama seperti hujan tidak menembus
rumah dengan atap jerami yang baik,
Begitulah delusi tidak menembus
pikiran yang terkembang dengan baik. [P-Dhp 356]
Tidak melakukan apapun yang jahat,
melakukan apa yang baik,
Melatih pikirannya sendiri – inilah
ajaran para Buddha. [P-Dhp 357]
Bab tentang Pikiran
20. Bab
tentang Jalan
Jalan mulia berunsur delapan adalah
jalan terbaik, Empat kebenaran (adalah yang terbaik) dari kebenaran,
Tanpa nafsu adalah keadaan terbaik,
ia yang Melihat (adalah yang terbaik) dari seseorang. [P-Dhp 358]
Sang Jalan telah di nyatakan olehKu,
pencabutan anak panah dengan pengetahuan,
Tugasmu adalah memiliki semangat
pada apa yang di nyatakan Tathāgatā,
Memasuki jalan ini meditator akan
terbebaskan dari belenggu Māra. [P-Dhp 359]
Inilah Jalannya, tidak ada yang
lain, untuk pandangan terang dan untuk kemurnian,
Engkau seharusnya memasuki Jalan
ini, inilah yang membutakan bagi Māra,
Setelah memasuki Jalan ini engkau
akan mencapai akhir dari penderitaan. [P-Dhp 360]
Memotong hutan (kekotoran
batin) tidak hanya pohonnya, dari hutan
timbul bahaya,
Setelah memotong hutan dan semak
belukar, engkau akan pergi jauh tanpa hutan. [P-Dhp 361]
° Selama masih ada bagian kecil dari
nafsu,
Pada seseorang untuk kerabatnya
belum dipotong,
Pikiran adalah dalam belenggu di
sana,
Seperti anak sapi (dalam belenggu)
untuk susu ibunya. [P-Dhp 362]
Memotong (apapun) kemelekatan pada
diri sendiri,
Seperti teratai musim gugur (di
cabut) dengan tangan,
Mengembangkan sepenuhnya Jalan untuk
kedamaian dan,
Nibbāna yang diajarkan oleh Sang Sugata.
[P-Dhp 363]
Disini saya akan menjalankan vaśśā,
disini selama musim dingin dan panas,
Dengan cara seperti itu seorang
dungu berpikir, tidak memahami bahaya. [P-Dhp 364]
Ia yang pikirannya melekat dan
terobsesi oleh ternak dan anak,
Direnggut oleh kematian sama seperti
sebuah desa yang tertidur (dengan) banjir besar. [P-Dhp 365]
Anak-anak bukanlah perlindungan,
juga ayah, juga bahkan ibu,
Bagi ia yang menderita karena
Pembuat Akhir tidak ada tempat berlindung dalam keluarga. [P-Dhp 366]
Keluarga menangis dan meratap
bersama dengan cara ini,
Orang-orang (masih) berangkat,
tehadap nafsu mereka menyerahkan diri
mereka. [P-Dhp 367]
Memahami hal ini seorang yang arif,
bijaksana, terbebas dari keakuan,
Seharusnya terus menerus memurnikan
jalan yang menuju ke surga. [P-Dhp 368]
Oleh karena itu orang bijaksana yang
mencari kesejahtraannya sendiri,
Seharusnya terus menerus memurnikan
jalan yang menuju ke surga. [P-Dhp 369]
Diberkahi dengan keyakinan dan moralitas,
bijaksana, tersusun dengan baik
Seseorang terus menerus memurnikan
jalan, yang memberikan keamanan dalam dunia nanti. [P-Dhp 370]
Diberkahi dengan keyakinan dan
moralitas, bijaksana, tersusun dengan baik
Bersenang dalam mempraktekan Jalan,
bersenang dalam kedamaian internal. [P-Dhp 371]
Diberkahi dengan keyakinan dan
moralitas, selalu bersenang dalam menjadi bijaksana,
Seseorang bergerak maju seperti api
yang membakar belenggu, kecil atau besar,
Apakah itu kesombongan yang jahat
atau kemunafikan. [P-Dhp 372]
Semua kondisi adalah tidak kekal,
ketika seseorang melihat hal ini dengan kebijaksanaan,
Maka seseorang menjadi bosan dengan
penderitaan – Inilah Jalan menuju pemurnian. [P-Dhp 373]
Semua Dhamma adalah tanpa diri,
ketika seseorang melihat hal ini dengan kebijaksanaan,
Maka seseorang menjadi bosan dengan
penderitaan – Inilah Jalan menuju pemurnian. [P-Dhp 374]
Dari usaha memunculkan
kebijaksanaan, tanpa usaha kebijaksanaan di hancurkan,
Setelah memahami kedua jalan dari
pengembangan dan kemunduran,
Orang bijaksana seharusnya berlatih
agar kebijaksanaannya meningkat. [P-Dhp 375]
Bab tentang Jalan
21. Bab
tentang Ribuan
Walaupun ada seribu ucapan yang
terdiri dari kata-kata yang tidak berguna,
Lebih baik sebuah kata yang berguna,
mendengarkan satu hal yang membawa pada kedamaian. [P-Dhp 376]
Seseorang dapat mengucapkan seribu
syair yang terdiri dari kata-kata yang tidak berguna,
Lebih baik sebuah syair Dhamma,
mendengarkan satu hal yang membawa pada kedamaian. [P-Dhp 377]
Seseorang dapat menaklukkan seribu
orang seribu kali dalam pertempuran,
Tetapi setelah (menaklukan) hal
lain, dirinya sendiri, seseorang pasti akan menjadi yang terunggul dalam
pertempuran. [P-Dhp 378]
Seseorang mungkin memberi derma
tanpa memihak dengan seribu (uang koin) bulan demi bulan selama seratus
(tahun),
Dan ia mungkin menghormati seseorang
dengan diri yang terkembang untuk sesaat –
Penghormatan itu tentu lebih baik
dari pengorbanan seratus tahun itu. [P-Dhp 379]
Seseorang mungkin merawat api di
dalam hutan selama seratus tahun,
Dan ia mungkin menghormati seseorang
dengan diri yang terkembang untuk sesaat –
Penghormatan itu tentu lebih baik
dari pengorbanan seratus tahun itu. [P-Dhp 380]
Apapun derma atau pengorbanan di
dunia,
Seseorang mencari jasa dapat memberi
selama setahun,
Semua itu tidak kembali sampai
seperempat (dari jasa) –
Lebih baik penghormatan pada yang
lurus. [P-Dhp 381]
Seseorang mungkin memberi derma
tanpa memihak dengan seribu (uang koin) bulan demi bulan selama seratus
(tahun),
(Tetapi) itu tidaklah berharga
seperenam belas bagian dari memiliki kepercayaan pada Buddha. [P-Dhp 382]
Seseorang mungkin memberi derma
tanpa memihak dengan seribu (uang koin) bulan demi bulan selama seratus
(tahun),
(Tetapi) itu tidaklah berharga
seperenam belas bagian dari memiliki kepercayaan pada Dhamma. [P-Dhp 383]
Seseorang mungkin memberi derma
tanpa memihak dengan seribu (uang koin) bulan demi bulan selama seratus
(tahun),
(Tetapi) itu tidaklah berharga
seperenam belas bagian dari memiliki kepercayaan pada Saṅgha. [P-Dhp 384]
Seseorang mungkin memberi derma
tanpa memihak dengan seribu (uang koin) bulan demi bulan selama seratus (tahun),
(Tetapi) itu tidaklah berharga
seperenam belas bagian dari ia yang telah menguasai Dhamma. [P-Dhp 385]
Dari bulan ke bulan orang dungu
dapat memakan makanan dengan ujung rumput kusa,
(Tetapi) itu tidaklah berharga
seperenam belas bagian dari memiliki kepercayaan pada Buddha. [P-Dhp 386]
Dari bulan ke bulan orang dungu
dapat memakan makanan dengan ujung rumput kusa,
(Tetapi) itu tidaklah berharga
seperenam belas bagian dari memiliki kepercayaan pada Dhamma. [P-Dhp 387]
Dari bulan ke bulan orang dungu dapat
memakan makanan dengan ujung rumput kusa,
(Tetapi) itu tidaklah berharga
seperenam belas bagian dari memiliki kepercayaan pada Saṅgha. [P-Dhp 388]
Dari bulan ke bulan orang dungu
dapat memakan makanan dengan ujung rumput kusa,
(Tetapi) itu tidaklah berharga
seperenam belas bagian dari ia yang telah menguasai Dhamma. [P-Dhp 389]
Seseorang dapat hidup selama seratus
tahun, tanpa moralitas dan tidak tenang,
(Tetapi) kehidupan satu hari lebih
baik, bagi ia dengan moralitas dan samadhi. [P-Dhp 390]
Seseorang dapat hidup selama seratus
tahun, tanpa kebijaksanaan dan tidak tenang,
(Tetapi) kehidupan satu hari lebih
baik, bagi ia yang diberkahi dengan kebijaksanaan dan samadhi. [P-Dhp 391]
Seseorang dapat hidup selama seratus
tahun, malas, dengan kurang semangat,
(Tetapi) kehidupan satu hari lebih
baik, bagi ia dengan semangat di tegakan dan keteguhan. [P-Dhp 392]
Seseorang dapat hidup selama seratus
tahun, tanpa melihat kemunculan dan kehancuran,
(Tetapi) kehidupan satu hari lebih
baik, (bagi ia yang) melihat kemunculan dan kehancuran. [P-Dhp 393]
Seseorang dapat hidup selama seratus
tahun, tanpa melihat keadaan yang tertinggi,
(Tetapi) kehidupan satu hari lebih
baik, (bagi ia yang) melihat keadaan yang tertinggi. [P-Dhp 394]
Seseorang dapat hidup selama seratus
tahun, tanpa melihat keadaan tanpa kematian,
(Tetapi) kehidupan satu hari lebih
baik, (bagi ia yang) melihat keadaan tanpa kematian. [P-Dhp 395]
Seseorang dapat hidup selama seratus
tahun, tidak kokoh dalam Dhamma Sejati,
(Tetapi) kehidupan satu hari lebih
baik, bagi ia yang mengetahui Dhamma Sejati. [P-Dhp 396]
Seseorang dapat hidup selama seratus
tahun, tanpa mencapai penghancuran kekotoran,
(Tetapi) kehidupan satu hari lebih
baik, bagi ia yang mencapai penghancuran kekotoran. [P-Dhp 397]
Bab tentang Ribuan
22. Bab
tentang Ular
Ia yang tidak menemukan (apapun)
inti di dalam kemunculan,
Seperti seseorang memeriksa pohon
ara (tidak menemukan) bunga,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat
dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan)
yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 398]
Ia yang menghilangkan nafsu yang
telah muncul,
Seperti ia akan (menghilangkan)
racun ular yang menyebar dengan obat-obatan,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat
dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan)
yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 399]
Ia yang menghilangkan kebencian yang
telah muncul,
Seperti ia akan (menghilangkan)
racun ular yang menyebar dengan obat-obatan,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat
dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan)
yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 400]
Ia yang menghilangkan delusi yang
telah muncul,
Seperti ia akan (menghilangkan)
racun ular yang menyebar dengan obat-obatan,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat
dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan)
yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 401]
Ia yang menghilangkan kemarahan yang
telah muncul,
Seperti ia akan (menghilangkan)
racun ular yang menyebar dengan obat-obatan,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat
dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan)
yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 402]
Ia yang menghilangkan kesombongan
yang telah muncul,
Seperti ia akan (menghilangkan)
racun ular yang menyebar dengan obat-obatan,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat
dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan)
yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 403]
Ia yang memotong nafsu tanpa sisa,
Seperti seseorang yang mencabut
teratai yang tumbuh di danau,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat
dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan)
yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 404]
Ia yang memotong kebencian tanpa
sisa,
Seperti seseorang yang mencabut
teratai yang tumbuh di danau,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat
dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan)
yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 405]
Ia yang memotong delusi tanpa sisa,
Seperti seseorang yang mencabut
teratai yang tumbuh di danau,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat
dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan)
yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 406]
Ia yang memotong kemarahan tanpa
sisa,
Seperti seseorang yang mencabut
teratai yang tumbuh di danau,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat
dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan)
yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 407]
Ia yang memotong kesombongan tanpa
sisa,
Seperti seseorang yang mencabut
teratai yang tumbuh di danau,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat
dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan)
yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 408]
Ia yang memotong nafsu indra tanpa
sisa,
Setelah memotong belenggu dan
kemelekatan, seperti rumput kusa,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat
dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan)
yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 409]
Ia yang memotong nafsu indra tanpa
sisa,
Setelah mengeringkan arus yang cepat
mengalir,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat
dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan)
yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 410]
Ia yang tidak melampaui batas
ataupun tertinggal di belakang,
Yang sepenuhnya terbebas dari batas
dari rintangan ini,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat
dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan)
yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 411]
Ia yang tidak melampaui batas
ataupun tertinggal di belakang,
(Dengan berpikir:) “Semua ini tidak
benar,” sebuah kepalsuan,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat
dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan)
yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 412]
Untuk ia dengan tanpa nafsu yang
telah muncul,
Yang memiliki penyebab dari belenggu
untuk kemenjadian,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat
dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan)
yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 413]
Untuk ia dengan tanpa penderitaan
batin yang telah muncul,
Setelah mencabut semua akar
kejahatan,
Bhikṣu itu meninggalkan pantai dekat
dan jauh,
Seperti ular (yang meninggalkan)
yang tua, melepaskan kulitnya. [P-Dhp 414]
Bab tentang Ular
Lengkaplah lima ratus dua syair dari
Syair Dharma, Syair Tanpa Kematian.
Seperti yang saya lihat, itulah yang
saya tulis, (memberikan) perhatian kami (sepenuhnya).
Semoga ada kebaikan untuk semua
makhluk!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar