Selasa, 10 Agustus 2021

Pali Itivuttaka

Teks Itivuttaka ini berasal dari terjemahan Inggris milik Bhikkhu Sujato. Saya (Arya Karniawan) yang menerjemahkan Itivuttaka ini.  Jika terdapat kesalahan dalam terjemahan ini, jangan sungkan komen di kolom komentar. Mungkin ada yang bertanya kenapa saya menerjemahkan Itivuttaka. Alasan pertama adalah Itivuttaka ini adalah kanon yang sangat unik karena satu-satunya kanon yang diyakini berasal dari umat awam dan seorang wanita, yang berhasil dibakukan  menjadi satu kanon terpisah bahkan ketika Buddhisme masih menggunakan sistem Anga (sistem sebelum Nikaya). Kedua, edisi Itivuttaka yang ada sebelumnya berasal dari terjemahan John D. Ireland yang usianya sudah 24 tahun. Terjemahan itu sudah cukup lama sehingga seringkali menyulitkan pembaca dalam memahami maknanya. Berangkat dari alasan-alasan itulah, saya menerjemahkan Itivuttaka ini. Saya memilih versi milik Bhikkhu Sujato karena ini adalah versi terbaru (dirilis tahun 2021) dan bebas copyright tentunya. Perlu diperhatikan, saya sedikit melakukan ‘improvisasi’ pada terjemahan saya, tidak bermaksud mengurangi rasa hormat saya pada beliau, hal ini saya lakukan agar mempermudah pembaca memahami makna dan tidak mengurangi isi sutta semaksimal mungkin.

Copyright Itivuttaka ini adalah:

Translated by Arya Karniawan2021.
Diterjemahkan dari teks milik Bhikkhu Sujato.
Anda dipersilahkan menyalin, merubah bentuk, mencetak, mempublikasi, dan mendistribusikan karya ini dalam media apapun, dengan syarat: (1) tidak diperjualbelikan; (2) Dinyatakan dengan jelas bahwa segala turunan dari karya ini (termasuk terjemahan) diturunkan dari dokumen sumber ini; dan (3) menyertakan teks lisensi ini lengkap dalam semua salinan atau turunan dari karya ini. Jika tidak, maka hak penggunaan tidak diberikan.
Prepared by Arya Karniawan.

Itivuttaka

 

Dihafalkan oleh Khujjuttarā

Diterjemahkan dari bahasa Pali ke bahasa Inggris oleh Bhikkhu Sujato

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia oleh Arya Karniawan

 

Buku Pertama

 

Bagian Pertama

 

Iti 1. Keserakahan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.


“Para Bhikkhu, tinggalkanlah satu hal dan Aku menjamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali. Apakah satu hal itu? Keserakahan adalah satu hal itu. Tinggalkanlah, dan Aku jamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali.”


Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:


“Ketika dikuasai oleh keserakahan

Makhluk-makhluk pergi ke suatu tempat yang buruk

Setelah dengan benar memahami keserakahan,

Dengan kebijaksanaan meninggalkannya.

Ketika mereka telah meninggalkannya,

Mereka tidak akan pernah kembali ke dunia ini.”


Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 2. Kebencian

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, tinggalkanlah satu hal dan Aku menjamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali. Apakah satu hal itu? Kebencian adalah satu hal itu. Tinggalkanlah, dan Aku jamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ketika dikuasai oleh kebencian

Makhluk-makhluk pergi ke suatu tempat yang buruk

Setelah dengan benar memahami kebencian,

Dengan kebijaksanaan meninggalkannya.

Ketika mereka telah meninggalkannya,

Mereka tidak akan pernah kembali ke dunia ini.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 3. Delusi

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, tinggalkanlah satu hal dan Aku menjamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali. Apakah satu hal itu? Delusi adalah satu hal itu. Tinggalkanlah, dan Aku jamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ketika dikuasai oleh delusi

Makhluk-makhluk pergi ke suatu tempat yang buruk

Setelah dengan benar memahami delusi,

Dengan kebijaksanaan meninggalkannya.

Ketika mereka telah meninggalkannya,

Mereka tidak akan pernah kembali ke dunia ini.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 4. Kemarahan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, tinggalkanlah satu hal dan Aku menjamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali. Apakah satu hal itu? Kemarahan adalah satu hal itu. Tinggalkanlah, dan Aku jamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ketika dikuasai oleh kemarahan

Makhluk-makhluk pergi ke suatu tempat yang buruk

Setelah dengan benar memahami kemarahan,

Dengan kebijaksanaan meninggalkannya.

Ketika mereka telah meninggalkannya,

Mereka tidak akan pernah kembali ke dunia ini.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 5. Penghinaan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, tinggalkanlah satu hal dan Aku menjamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali. Apakah satu hal itu? Penghinaan adalah satu hal itu. Tinggalkanlah, dan Aku jamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ketika dikuasai oleh penghinaan

Makhluk-makhluk pergi ke suatu tempat yang buruk

Setelah dengan benar memahami penghinaan,

Dengan kebijaksanaan meninggalkannya.

Ketika mereka telah meninggalkannya,

Mereka tidak akan pernah kembali ke dunia ini.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 6. Kesombongan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, tinggalkanlah satu hal dan Aku menjamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali. Apakah satu hal itu? Kesombongan adalah satu hal itu. Tinggalkanlah, dan Aku jamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ketika dikuasai oleh kesombongan

Makhluk-makhluk pergi ke suatu tempat yang buruk

Setelah dengan benar memahami kesombongan,

Dengan kebijaksanaan meninggalkannya.

Ketika mereka telah meninggalkannya,

Mereka tidak akan pernah kembali ke dunia ini.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 7. Sepenuhnya Memahami Segalanya

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, tanpa secara langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami segalanya, tanpa melepaskannya dan meninggalkannya, kalian tidak akan mengakhiri penderitaan. Dengan secara langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami segalanya, setelah melepaskannya dan meninggalkannya, kalian akan mengakhiri penderitaan”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ia yang mengetahui segalanya sebagai segalanya,

tidak tertarik pada apapun.

Mereka sepenuhnya memahami segalanya,

dan telah bangkit atas segala penderitaan”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 8. Sepenuhnya Memahami Kesombongan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, tanpa secara langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami kesombongan, tanpa melepaskannya dan meninggalkannya, kalian tidak akan mengakhiri penderitaan. Dengan secara langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami kesombongan, setelah melepaskannya dan meninggalkannya, kalian akan mengakhiri penderitaan”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Orang-orang itu terperangkap dalam kesombongan,

terikat oleh kesombongan, bersenang dalam eksistensi.

Tidak sepenuhnya memahami kesombongan,

Mereka kembali ke dalam kehidupan mendatang.”

 

“Ia yang telah meninggalkan kesombongan,

terbebas dalam akhir dari kesombongan,

mengalahkan ikatan kesombongan,

telah bangkit atas segala penderitaan”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 9. Sepenuhnya Memahami Keserakahan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, tanpa secara langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami keserakahan, tanpa melepaskannya dan meninggalkannya, kalian tidak akan mengakhiri penderitaan. Dengan secara langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami keserakahan, setelah melepaskannya dan meninggalkannya, kalian akan mengakhiri penderitaan”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ketika dikuasai oleh keserakahan

Makhluk-makhluk pergi ke suatu tempat yang buruk

Setelah dengan benar memahami keserakahan,

Dengan kebijaksanaan meninggalkannya.

Ketika mereka telah meninggalkannya,

Mereka tidak akan pernah kembali ke dunia ini.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 10. Sepenuhnya Memahami Kebencian

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, tanpa secara langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami kebencian, tanpa melepaskannya dan meninggalkannya, kalian tidak akan mengakhiri penderitaan. Dengan secara langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami kebencian, setelah melepaskannya dan meninggalkannya, kalian akan mengakhiri penderitaan”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ketika dikuasai oleh kebencian

Makhluk-makhluk pergi ke suatu tempat yang buruk

Setelah dengan benar memahami kebencian,

Dengan kebijaksanaan meninggalkannya.

Ketika mereka telah meninggalkannya,

Mereka tidak akan pernah kembali ke dunia ini.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Bagian Kedua

 

Iti 11. Sepenuhnya Memahami Delusi

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, tanpa secara langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami delusi, tanpa melepaskannya dan meninggalkannya, kalian tidak akan mengakhiri penderitaan. Dengan secara langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami delusi, setelah melepaskannya dan meninggalkannya, kalian akan mengakhiri penderitaan”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ketika dikuasai oleh delusi

Makhluk-makhluk pergi ke suatu tempat yang buruk

Setelah dengan benar memahami delusi,

Dengan kebijaksanaan meninggalkannya.

Ketika mereka telah meninggalkannya,

Mereka tidak akan pernah kembali ke dunia ini.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 12. Sepenuhnya Memahami  Kemarahan

 

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, tanpa secara langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami kemarahan, tanpa melepaskannya dan meninggalkannya, kalian tidak akan mengakhiri penderitaan. Dengan secara langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami kemarahan, setelah melepaskannya dan meninggalkannya, kalian akan mengakhiri penderitaan”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ketika dikuasai oleh kemarahan

Makhluk-makhluk pergi ke suatu tempat yang buruk

Setelah dengan benar memahami kemarahan,

Dengan kebijaksanaan meninggalkannya.

Ketika mereka telah meninggalkannya,

Mereka tidak akan pernah kembali ke dunia ini.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 13. Sepenuhnya Memahami Penghinaan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, tanpa secara langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami penghinaan, tanpa melepaskannya dan meninggalkannya, kalian tidak akan mengakhiri penderitaan. Dengan secara langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami penghinaan, setelah melepaskannya dan meninggalkannya, kalian akan mengakhiri penderitaan”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ketika dikuasai oleh penghinaan

Makhluk-makhluk pergi ke suatu tempat yang buruk

Setelah dengan benar memahami penghinaan,

Dengan kebijaksanaan meninggalkannya.

Ketika mereka telah meninggalkannya,

Mereka tidak akan pernah kembali ke dunia ini.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 14. Rintangan Ketidak-tahuan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, Aku tidak melihat suatu rintangan, dirintangi olehnya orang-orang mengembara dan bertrasmigrasi untuk waktu yang lama seperti rintangan ketidak-tahuan. Dirintangi oleh ketidak-tahuan, orang-orang mengembara dan bertransmigrasi untuk waktu yang lama.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Tidak ada suatu apapun

yang merintangi orang-orang seperti ketidak-tahuan.

Terliputi oleh delusi,

mereka bertransmigrasi siang dan malam

 

Ia yang telah meninggalkan delusi,

menghancurkan kumpulan kegelapan,

tidak lagi mengembara,

penyebab tidak ditemukan dalam dirinya.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 15. Belenggu Nafsu Keinginan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, Aku tidak melihat suatu belenggu, terbelenggu olehnya orang-orang mengembara dan bertransmigrasi untuk waktu yang lama seperti belenggu nafsu keinginan. Terbelenggu oleh nafsu keinginan, orang-orang mengembara dan bertransmigrasi untuk waktu yang lama.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Nafsu keinginan adalah suatu rekan seseorang

Ketika mereka bertransmigrasi dalam perjalanan panjang ini.

Mereka pergi dari keadaan ini ke keadaan lain,

tetapi tidak keluar dari transmigrasi.

 

Mengetahui bahaya ini,

nafsu keinginan adalah penyebab penderitaan—

membersihkan nafsu keinginan, bebas dari kemelekatan,

seorang Bhikkhu akan berjalan dengan penuh perhatian.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 16. Sutta Pertama tentang Seorang yang Masih Berlatih

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Dengan mempertimbangkan faktor-faktor internal, para Bhikkhu, Aku tidak melihat suatu hal yang sangat membantu seperti perhatian dengan saksama bagi seorang Bhikkhu yang masih berlatih, yang belum mencapai keinginan luhur mereka, namun hidup dengan beraspirasi pada Keamanan Tertinggi. Seorang Bhikkhu yang melaksanakan perhatian dengan saksama meninggalkan yang tidak terampil dan mengembangkan yang terampil.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Tidak ada yang begitu membantu

bagi seorang Bhikkhu yang masih berlatih

Beraspirasi untuk Tujuan Tertinggi

Seperti perhatian dengan saksama.

Berusaha dengan saksama, seorang Bhikkhu

mencapai akhir dari penderitaan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 17. Sutta Kedua tentang Seorang yang Masih Berlatih

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Dengan mempertimbangkan faktor-faktor eksternal, para Bhikkhu, Aku tidak melihat suatu hal yang sangat membantu seperti pertemanan yang baik bagi seorang Bhikkhu yang masih berlatih, yang belum mencapai keinginan luhur mereka, namun hidup dengan beraspirasi pada Keamanan Tertinggi. Seorang Bhikkhu yang memiliki teman-teman baik meninggalkan yang tidak terampil dan mengembangkan yang terampil.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Seorang Bhikkhu dengan teman-teman yang baik

adalah mulia dan terhormat

ketika teman-temannya berbicara,

sadar dan penuh perhatian.

Secara bertahap mereka akan mencapai

Akhir dari segala belenggu.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 18. Perpecahan dalam Saṅgha

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Satu hal, para Bhikkhu, muncul di dunia demi kesengsaraan dan penderitaan orang-orang, demi kerugian, kesengsaraan, dan penderitaan bagi para dewa dan manusia. Apakah satu hal itu? Perpecahan dalam Saṅgha. Ketika Saṅgha terpecah, mereka berselisih, menghina, mencekal, dan menolak satu sama lain. Hal ini tidak menginspirasi keyakinan pada mereka yang tidak berkeyakinan, dan hal ini menyebabkan mereka yang berkeyakinan untuk merubah pikirannya.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Seorang pemecah-belah menetap selama satu kappa

di suatu tempat yang merugikan, di neraka

Mengambil sikap menentang Dhamma,

mendukung kubu-kubu, mereka menghancurkan perlindungan mereka.

Setelah menyebabkan perpecahan di suatu Saṅgha yang harmonis,

mereka terbakar di neraka selama satu kappa.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 19. Keharmonisan dalam Saṅgha

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Satu hal, para Bhikkhu, muncul di dunia demi kesejahteraan dan kebahagiaan orang-orang, demi manfaat, kesejahteraan, dan kebahagiaan bagi para dewa dan manusia. Apakah satu hal itu? Keharmonisan dalam Saṅgha. Ketika Saṅgha harmonis, mereka tidak berselisih, menghina, mencekal, dan menolak satu sama lain. Hal ini menginspirasi keyakinan pada  mereka yang tidak berkeyakinan, dan hal meningkatkan keyakinan pada mereka yang berkeyakinan.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Suatu Saṅgha yang harmonis adalah kebahagiaan,

seperti dukungan bagi mereka yang harmonis.

Mengambil sikap sesuai Dhamma,

mendukung keharmonisan, mereka tidak menghancurkan perlindungan.

Setelah menyebabkan keharmonisan pada Saṅgha,

mereka bergembira di surga selama satu kappa.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 20. Suatu Pikiran yang Buruk

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, ketika Aku telah memahami pikiran dari seseorang yang berpikiran buruk, Aku mengerti: ‘Jika orang ini akan meninggal sekarang, ia akan terlempar ke neraka.’ Mengapa demikian? Karena pikiran mereka buruk. Keburukan pikiran adalah alasan mengapa beberapa makhluk, ketika tubuhnya hancur, setelah kematian, terlahir kembali suatu tempat yang merugikan, suatu tempat yang buruk, alam rendah, neraka.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Mengetahui pikiran buruk

dari seseorang,

Sang Buddha menjelaskan hal ini

dihadapan para Bhikkhu.

 

Jika orang tersebut

akan mati pada saat itu,

mereka akan terlahir kembali di neraka,

karena mereka berpikiran buruk.

 

Seseorang yang demikian tentu akan terlempar

seolah-olah mereka dibawa dan ditempatkan di sana.

Karena berpikiran buruk adalah alasannya

makhluk-makhluk pergi ke suatu tempat yang buruk.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Bagian Ketiga

 

Iti 21. Suatu Pikiran yang Murni

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, ketika Aku telah memahami pikiran dari seseorang yang berpikiran murni, Aku mengerti: ‘Jika orang ini akan meninggal sekarang, ia akan naik ke surga.’ Mengapa demikian? Karena pikiran mereka murni. Kemurnian pikiran adalah alasan mengapa beberapa makhluk, ketika tubuhnya hancur, setelah kematian, terlahir kembali suatu tempat yang baik, suatu alam surgawi.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Mengetahui pikiran murni

dari seseorang,

Sang Buddha menjelaskan hal ini

dihadapan para Bhikkhu.

 

Jika orang tersebut

akan mati pada saat itu,

mereka akan terlahir kembali di surga,

karena mereka berpikiran murni.

 

Seseorang yang demikian tentu akan naik

seolah-olah mereka dibawa dan ditempatkan di sana.

Karena berpikiran murni adalah alasannya

makhluk-makhluk pergi ke suatu tempat yang baik.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 22. Manfaat Cinta Kasih

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, janganlah takut pada perbuatan baik. Karena ‘perbuatan baik’ adalah suatu istilah untuk kebahagiaan, untuk apa yang disenangi, diharapkan, dan menyenangkan. Aku ingat menjalani untuk waktu yang lama akibat yang disenangi, diharapkan, dan menyenangkan dari perbuatan baik yang dilakukan dalam waktu yang lama. Akibatnya, selama tujuh kappa penyusutan dan pengembangan alam semesta Aku tidak kembali lagi ke dunia ini. Ketika penyusutan kappa Aku pergi ke alam cahaya gemilang. Ketika mengembang Aku terlahir kembali di istana Brahmā yang kosong.

 

Di sana Aku adalah Brahmā, Maha Brahmā, tak terkalahkan, sang juara, penglihat semesta, pemegang kekuatan. Aku adalah Sakka, Raja para Dewa, tiga puluh enam kali. Sebanyak ratusan kali Aku adalah seorang Raja, seorang Raja Pemutar Roda, seorang Raja yang adil dan berprinsip. KekuasaanKu meluas ke seluruh empat penjuru, Aku mencapai stabilitas dalam negara, dan Aku memiliki tujuh pusaka. Apalagi kerajaan regional!

 

Kemudian Aku berpikir, ‘Dari perbuatanKu yang manakah buah dan akibat ini, bahwa Aku sekarang begitu kuat dan perkasa?’ Kemudian Aku berpikir, ‘Ini adalah buah dan akibat dari tiga jenis perbuatan: memberi, pengendalian diri, dan pengekangan.’”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Seseorang harus mempraktekkan hanya perbuatan baik,

yang mana akibat kebahagiaan terbentang.

Memberi dan perilaku bermoral,

Mengembangkan pikiran cinta kasih:

 

Setelah mengembangkan ini semua

tiga hal penghasil kebahagiaan,

Orang bijaksana itu terlahir kembali

di suatu dunia yang menyenangkan, dan berbahagia.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 23. Kedua Jenis Manfaat

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Satu hal ini, para Bhikkhu, ketika telah dikembangkan dan dilatih, memastikan manfaat baik demi kehidupan ini dan kehidupan mendatang. Apakah satu hal ini? Ketekunan dalam kualitas yang terampil. Ini adalah satu hal yang, ketika telah dikembangkan dan dilatih, memastikan manfaat baik demi kehidupan ini dan kehidupan mendatang.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Orang bijaksana memuji ketekunan

dalam berbuat kebajikan.

Menjadi tekun, seorang yang bijaksana

mengamankan kedua manfaat:

 

manfaat kehidupan ini,

dan manfaat di kehidupan mendatang.

Seorang yang arif, memahami maknanya

disebut sebagai bijaksana.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 24. Setumpuk Tulang-Belulang

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, seseorang menjelajah dan bertransmigrasi selama satu kappa akan mengumpulkan setumpuk tulang-belulang sebesar gunung Vepulla, jika mereka dikumpulkan bersama dan tidak hilang.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Jika tulang-belulang dari seseorang

Selama satu kappa ketika dikumpulkan,

mereka membentuk sebuah tumpukan sebesar sebuah gunung:

demikianlah yang dikatakan Pertapa Agung.

 

Dan hal itu dikatakan menjadi

sebesar gunung Vepulla,

lebih tinggi dari puncak Burung Hering

di dekat pegunungan Magadha.

 

Namun ketika, dengan pemahaman benar,

seseorang melihat Kebenaran Mulia—

Penderitaan, asal-mula penderitaan,

lenyapnya penderitaan,

dan Jalan Mulia berunsur delapan

yang mengarah pada penenangan penderitaan.

 

Setelah menjelajah tujuh kali paling banyak,

orang itu

mengakhiri penderitaan,

dengan akhir segala belenggu.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 25. Kebohongan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, bagi seseorang yang melampaui satu hal, tidak ada perbuatan buruk yang tidak mereka lakukan, Aku katakan. Apakah satu hal itu? Itu adalah: mengucapkan suatu kebohongan yang disengaja.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ketika seseorang, dengan angkuh menolak alam nanti,

melampaui hanya dalam satu hal—

kebohongan—

tidak ada kejahatan yang tidak mereka lakukan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 26. Memberi

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, jika makhluk-makhluk hanya mengetahui, seperti yang Ku-ketahui, buah dari memberi dan berbagi, mereka tidakakan makan tanpa memberi terlebih dahulu, dan noda kekikiran tidak akan menempati pikiran mereka. Mereka akan tidak makan tanpa berbagi bahkan suapan terakhir mereka, butiran terakhir mereka, sepanjang terdapat seseorang untuk menerimanya. Karena makhluk-makhluk tidak mengetahui, seperti yang Ku-ketahui, buah dari memberi dan berbagi, maka mereka makan tanpa memberi, dan noda kekikiran menempati pikiran mereka.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Jika makhluk-makhluk hanya mengetahui

Seberapa besarnya buah

dari memberi dan berbagi

seperti yang diajarkan oleh Pertapa Agung!

 

Menyingkirkan noda kekikiran,

dengan batin dan bersih dan berkeyakinan,

mereka sepatutnya akan memberi kepada Para Mulia,

di mana suatu pemberian sangat berbuah.

 

Setelah memberikan makanan yang berlimpah

kepada yang patut sebagai suatu persembahan,

setelah meninggal dari alam manusia,

para pemberi pergi ke surga.

 

Dan ketika mereka telah tiba di surga,

mereka menikmati seluruh kenikmatan yang mereka inginkan.

Para penderma menikmati

buah dari memberi dan berbagi.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 27. Meditasi Cinta Kasih

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, semua dasar untuk berbuat kebajikan duniawi, tidak ada yang berharga seperenam-belas dari kebebasan batin melalui cinta kasih.Melampaui mereka, kebebasan batin melalui cinta kasih bersinar, bergemerlap, dan bercahaya.

 

Seperti bagaimana cahaya semua bintang tidak berharga seperenam-belas cahaya bulan. Melampaui mereka, cahaya bulan dengn cinta kasih bersinar, bergemerlap, dan bercahaya. Dengan cara yang sama, semua dasar untuk berbuat kebajikan duniawi, tidak ada yang berharga seperenam-belas dari kebebasan batin melalui cinta kasih. Melampaui mereka,  kebebasan batin melalui cinta kasih bersinar, bergemerlap, dan bercahaya.

 

Seperti saat setelah musim hujan ketika langit menjadi bersih dan tanpa awan. Dan ketika matahari terbit, ia mengusir seluruh kegelapan dari langit karena ia bersinar, bergemerlap,dan bercahaya. Dengan cara yang sama, semua dasar untuk berbuat kebajikan duniawi, tidak ada yang berharga seperenam-belas dari kebebasan batin melalui cinta kasih. Melampaui mereka,  kebebasan batin melalui cinta kasih bersinar, bergemerlap, dan bercahaya.

 

Seperti bagaimana setelah musim hujan langit menjadi bersih dan tanpa awan. Saat fajar menyingsing, bintang pagi bersinar dan bercahaya. Dengan cara yang sama, semua dasar untuk berbuat kebajikan duniawi, tidak ada yang berharga seperenam-belas dari kebebasan batin melalui cinta kasih. Melampaui mereka, kebebasan batin melalui cinta kasih bersinar, bergemerlap, dan bercahaya.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ia yang penuh perhatian mengembangkan

cinta kasih tanpa batas

melemahkan belenggu-belenggu,

melihat akhir dari kemelekatan.

 

Mencintai hanya satu makhluk dengan batin yang tanpa kebencian

membuatmu menjadi seorang yang baik.

Berbelas-kasihan pada semua makhluk,

seorang Yang Mulia membuat kebajikan yang berlimpah.

 

Para Raja kerajaan menaklukkan lahan ini

dan berkeliling dengan memberikan pengorbanan—

pengorbanan kuda, pengorbanan manusia,

pengorbanan ‘melempar kayu’  ‘minuman kerajaan Soma’, dan ‘melepaskan’.

 

Ini tidak berharga seperenam-belas bagian

dari pikiran yang terkembang dengan cinta kasih,

seperti cahaya bintang tidak dapat melawan bulan.

 

Janganlah membunuh atau menyebabkan orang lain membunuh,

janganlah menaklukkan atau mendorong orang lain menaklukkan,

dengan cinta kasih kepada semua makhluk—

Engkau tidak akan memiliki permusuhan pada siapapun.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Buku Kedua

 

Bagian Pertama

 

Iti 28. Hidup Dalam Penderitaan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, ketika seorang Bhikkhu memiliki dua kualitas mereka hidup tidak bahagia di kehidupan sekarang—dengan kesedihan, penderitaan, dan demam—dan ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, dapat diharapkan mereka terlahir kembali dalam keadaan yang buruk. Apakah dua itu? Tidak menjaga pintu indera dan makan terlalu banyak. Ketika seorang Bhikkhu memiliki dua kualitas ini mereka hidup tidak bahagia di kehidupan sekarang—dengan kesedihan, penderitaan, dan demam—dan ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, dapat diharapkan mereka terlahir kembali dalam keadaan yang buruk.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Mata, telinga, hidung,

lidah, tubuh, dan juga pikiran:

seorang Bhikkhu yang meninggalkan

pintu-pintu indera ini tanpa penjagaan—

 

Tidak makan secukupnya

indera-indera tidak terkendali—

memperoleh penderitaan

baik jasmani dan batin.

 

Terbakar di jasmani,

terbakar di batin,

siang ataupun malam

orang demikian hidup dalam penderitaan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 29. Hidup Dalam Kebahagiaan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, ketika seorang Bhikkhu memiliki dua kualitas mereka hidup bahagia di kehidupan sekarang—tanpa kesedihan, penderitaan, dan demam—dan ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, dapat diharapkan mereka terlahir kembali dalam keadaan yang baik. Apakah dua itu? Menjaga pintu indera dan makan secukupnya. Ketika seorang Bhikkhu memiliki dua kualitas ini mereka hidup bahagia di kehidupan sekarang—tanpa kesedihan, penderitaan, dan demam—dan ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, dapat diharapkan mereka terlahir kembali dalam keadaan yang baik.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Mata, telinga, hidung,

lidah, tubuh, dan juga pikiran:

seorang Bhikkhu yang membuat

pintu-pintu indera ini terjaga dengan baik—

 

Makan secukupnya

terkendali dalam indera-indera—

memperoleh kebahagiaan

baik jasmani dan batin.

 

Tidak terbakar di jasmani,

tidak terbakar di batin,

siang ataupun malam

orang demikian hidup dalam kebahagiaan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 30. Memalukan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Dua hal ini, para Bhikkhu, adalah memalukan. Apakah dua itu? Ketika seseorang tidak melakukan hal-hal yang baik dan terampil yang menjaga keselamatan mereka, namun telah melakukan hal-hal yang buruk, jahat, dan merusak. Dengan berpikir, ‘Aku belum melakukan hal-hal yang baik’, mereka menjadi malu. Dengan berpikir ‘Aku telah meakukan hal-hal yang buruk’, mereka menjadi malu. Ini adalah dua hal yang memalukan.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Setelah melakukan hal-hal buruk

melalui jasmani,

ucapan, dan pikiran,

dan apapun yang jahat;

 

tidak melakukan perbuatan baik,

dan telah melakukan banyak keburukan,

ketika tubuhnya hancur, orang dungu itu

terlahir kembali di neraka.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 31. Tidak Memalukan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Dua hal ini, para Bhikkhu, adalah tidak memalukan. Apakah dua itu? Ketika seseorang telah melakukan hal-hal yang baik dan terampil yang menjaga keselamatan mereka, namun tidak melakukan hal-hal yang buruk, jahat, dan merusak. Dengan berpikir, ‘Aku telah melakukan hal-hal yang baik’, mereka menjadi tidak malu. Dengan berpikir ‘Aku tidak meakukan hal-hal yang buruk’, mereka menjadi tidak malu. Ini adalah dua hal yang tidak memalukan.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Setelah meninggalkan perilaku buruk

melalui jasmani,

ucapan, dan pikiran,

dan apapun yang jahat;

 

tidak melakukan perbuatan buruk,

dan telah melakukan banyak kebajikan,

ketika tubuhnya hancur, orang bijaksana itu

terlahir kembali di surga.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 32. Sutta Pertama tentang Moralitas

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, seseorang dengan dua kualitas terlempar ke neraka. Apakah dua itu? Perilaku buruk dan pandangan buruk. Seseorang yang memiliki dua kualitas ini terlempar ke neraka.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Jika seseorang memiliki

dua kualitas ini—

perilaku buruk

dan pandangan buruk—

ketika jasmani mereka hancur, orang dungu itu

terlahir kembali di neraka.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 33. Sutta Kedua tentang Moralitas

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, seseorang dengan dua kualitas naik ke surga. Apakah dua itu? Perilaku terbaik dan pandangan terbaik. Seseorang yang memiliki dua kualitas ini naik ke surga.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Jika seseorang memiliki

dua kualitas ini—

perilaku terbaik

dan pandangan terbaik—

ketika jasmani mereka hancur, orang bijaksana itu

terlahir kembali di surga.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 34. Ketekunan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, tanpa menjadi tekun dan berhati-hati seorang Bhikkhu tidak dapat mencapai Pencerahan, Pemadaman, dan keamanan Tertinggi. Namun jika seorang Bhikkhu tekun dan berhati-hati mereka dapat mencapai Pencerahan, Pemadaman, dan Keamanan Tertinggi.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

Tidak tekun ataupun berhati-hati

malas, kurang bersemangat,

penuh ketumpulan dan kantuk,

tidak teliti, kurang menghargai orang lain,

seorang Bhikkhu demikian tidak mampu

menyentuh Pencerahan Tertinggi.

 

Seseorang yang penuh perhatian, siaga, dan meditatif,

tekun, berhati-hati, dan rajin,

setelah memotong belenggu kelahiran dan usia tua,

akan merealisasikan Pencerahan Tertinggi di kehidupan ini.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 35. Sutta Pertama tentang Menipu dan Menjilat

 

 Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, kehidupan suci ini bukan untuk hidup demi menipu orang-orang atau menjilat mereka, atau demi manfaat kepemilikan, penghormatan, popularitas, atau berpikir, ‘Jadi biarlah orang-orang tahu tentangku!’ Kehidupan suci ini adalah hidup demi pengendalian dan meninggalkan.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Sang Bhagava mengajarkan kehidupan suci

bukan karena tradisi,

namun demi pengendalian dan meninggalkan,

dan karena itu memuncak dalam Pemadaman.

 

Inilah Jalan yang diikuti oleh yang berjiwa besar,

para Pertapa Agung.

Mereka yang mempraktekannya

seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha

melakukan instruksi Sang Guru,

mencapai akhir penderitaan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 36. Sutta Kedua tentang Menipu dan Menjilat

 

 Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, kehidupan suci ini bukan untuk hidup demi menipu orang-orang atau menjilat mereka, atau demi manfaat kepemilikan, penghormatan, popularitas, atau berpikir, ‘Jadi biarlah orang-orang tahu tentangku!’ Kehidupan suci ini adalah hidup demi pengetahuan langsung dan pemahaman sepenuhnya.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Sang Bhagava mengajarkan kehidupan suci

bukan karena tradisi,

namun demi pandangan terang dan pemahaman,

dan karena itu memuncak dalam Pemadaman.

 

Inilah Jalan yang diikuti oleh yang berjiwa besar,

para Pertapa Agung.

Mereka yang mempraktekannya

seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha

melakukan instruksi Sang Guru,

mencapai akhir penderitaan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 37. Kebahagiaan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, ketika seorang Bhikkhu memiliki dua kualitas mereka penuh sukacita dan kebahagiaan pada kehidupan ini, dan mereka telah meletakan dasar-dasar untuk mengakhiri kekotoran. Apakah dua itu? Terinspirasi pada tempat-tempat yang menginspirasi, dan membuat suatu usaha yang sesuai ketika terinspirasi. Ketika seorang Bhikkhu memiliki dua kualitas mereka penuh sukacita dan kebahagiaan pada kehidupan ini, dan mereka telah meletakan dasar-dasar untuk mengakhiri kekotoran.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Pada tempat-tempat yang menginspirasi

orang bijaksana harus terinspirasi;

seorang Bhikkhu yang tekun dan siaga

harus memeriksa dengan kebijaksanaan.

 

Seorang Bhikkhu yang hidup demikian, dengan semangat ketekunan,

damai dan stabil,

setia pada ketenangan batin

mencapai akhir dari penderitaan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Bagian Kedua

 

Iti 38. Pikiran

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Dua pikiran, para Bhikkhu, sering muncul pada Sang Tathāgata, Sang Arahant, Sammā Sambuddha:  Pikiran keamanan, dan keterasingan. Sang Tathāgata menyukai kebaikan dan bersenang di dalamnya, demikianlah pikiran ini sering muncul padaNya: ‘Melalui perilaku ini, Aku tidak akan melukai makhluk apapun yang kuat ataupun lemah.’

 

Sang Tathāgata menyukai keterasingan dan bersenang di dalamnya, demikianlah pikiran ini sering muncul padaNya: ‘Apa yang tidak terampil telah ditinggalkan.’

 

Demikianlah, para Bhikkhu, kalian juga harus menyukai kebaikan dan bersenang di dalamnya, kemudian pikiran ini akan sering muncul pada kalian: ‘Melalui perilaku ini, aku tidak akan melukai makhluk apapun yang kuat ataupun lemah.’

 

Kalian juga harus menyukai keterasingan dan bersenang di dalamnya, kemudian pikiran ini akan sering muncul pada kalian: ‘Ápakah yang tidak terampil? Apakah yang belum ditinggalkan? Apakah yang harus aku tinggalkan?’”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Dua pikiran muncul padaNya,

Sang Tathāgata, pemikul apa yang tidak dapat dipikul:

yang pertama diucapkan adalah pikiran keamanan,

kemudian yang kedua dijelaskan adalah keterasingan.

 

Penghalau kegelapan, Pertapa Agung telah melampaui:

Yang telah mencapai, menguasai, tanpa kekotoran.

Di tengah-tengah semua itu, Ia terbebas dalam akhir nafsu keinginan;

Sang Bijaksana itu memikul tubuh terakhirNya.

Ia telah mengalahkan Māra, aku nyatakan, dan pergi melampaui usia tua.

 

Berdiri tinggi di atas gunung bebatuan,

engkau dapat melihat orang-orang di sekeliling.

Dengan cara yang sama, Sang Penglihat Segalanya, Sang Bijaksana,

Setelah menaiki Kuil Kebenaran,

menyingkirkan kesedihan, melihat pada orang-orang

diliputi kesedihan, tertindas oleh kelahiran dan usia tua.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 39. Mengajar

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, Sang Tathāgata, Sang Arahant, Sammā Sambuddha memiliki dua pendekatan untuk mengajarkan Dhamma: Apakah dua itu? ‘Melihat kejahatan sebagai kejahatan’—ini adalah pendekatan pertama untuk mengajarkan Dhamma. ‘Setelah melihat kejahatan sebagai kejahatan, menjadi tidak terdelusi, terlepaskan, dan terbebas darinya’—ini adalah pendekatan kedua untuk mengajarkan Dhamma. Sang Tathāgata, Sang Arahant, Sammā Sambuddha memiliki dua pendekatan untuk mengajarkan Dhamma.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Melihat dua pendekatan untuk

menjelaskan Dhamma

digunakan oleh Sang Tathāgata, Sang Buddha,

yang berbelas-kasihan pada semua makhluk:

 

melihat bahwa hal itu jahat,

dan menjadi terlepas terhadapnya.

Kemudian, dengan pikiran yang bebas dari keinginan,

engkau akan mengakhiri penderitaan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 40. Pengetahuan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, ketidak-tahuan adalah awal dari pencapaian kualitas-kualitas yang tidak terampil, dengan kurangnya kehati-hatian dan kebijaksanaan yang mengikutinya. Pengetahuan adalah awal dari pencapaian kualitas-kualitas yang terampil, dengan kehati-hatian dan kebijaksanaan yang mengikutinya.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Nasib buruk dari apapun jenisnya,

di dunia ini ataupun nanti,

semuanya berakar pada ketidak-tahuan,

dibentuk oleh keserakahan dan keinginan.

 

Karena salah satu keinginan jahat adalah

tidak berhati-hati, kurang menghargai orang lain,

mereka membuat banyak kamma buruk,

yang mengantarkan mereka ke suatu tempat yang buruk.

 

Karenanya, menghalau keinginan

dan keserakahan dan ketidak-tahuan,

seorang Bhikkhu membangkitkan pengetahuan

akan membuang semua nasib buruk.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 41. Kehilangan Kebijaksanaan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Makhluk-makhluk itu benar-benar kehilangan, para Bhikkhu, yang telah kehilangan Kebijaksanaan Mulia. Mereka hidup dengan tidak bahagia pada kehidupan ini—dengan kesedihan, penderitaan, dan demam—dan ketika jasmani hancur, setelah kematian, dapat diharapkan mereka terlahir kembali dalam keadaan yang buruk. Makhluk-makhluk itu tidak kehilangan  yang tidak kehilangan Kebijaksanaan Mulia. Di kehidupan ini mereka bahagia—bebas dari kesedihan, penderitaan, dan demam—dan ketika jasmani hancur, setelah kematian, dapat diharapkan mereka terlahir kembali dalam keadaan yang baik.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Melihat dunia dengan para dewanya,

kehilangan kebijaksanaan,

terbiasa pada batin dan jasmani,

membayangkan kebijaksanaan ini.

 

Kebijaksanaan adalah yang terbaik di dunia,

karena itu menuju pada penembusan,

melalui yang memahami dengan benar

akhir dari kelahiran kembali dan kemenjadian yang berkelanjutan.

 

Para dewa dan manusia iri terhadap mereka,

Para Sambuddha, selalu penuh perhatian,

tertawa dalam kebijaksanaan,

membawa tubuh terakhir mereka.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 42. Hal-hal yang Cerah

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Dua hal yang cerah ini, para Bhikkhu, melindungi dunia. Apakah dua itu? Kehati-hatian dan kebijaksanaan. Jika dua hal yang cerah ini tidak melindungi dunia, di sana akan tidak ada pengenalan status ibu, bibi, atau istri dan rekan-rekan dari para guru dan orang-orang yang dihormati. Dunia akan menjadi kacau balau, seperti kambing dan domba, ayam dan babi, dan anjing dan serigala. Namun karena dua hal terang melindungi dunia, ada pengenalan status ibu, bibi, atau istri dan rekan-rekan dari para guru dan orang-orang yang dihormati.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Mereka yang padanya kehati-hatian dan malu

tidak pernah ditemukan sama sekali,

setelah kehilangan akar-akar cerah mereka,

dan terus berlanjut dalam kelahiran dan kematian.

 

Mereka yang padanya kehati-hatian dan malu

selalu dengan benar ditegakkan,

berkembang dalam kehidupan suci;

menjadi tenang, mereka tidak akan terlahir lagi.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 43. Tidak Terlahir

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Terdapat, para Bhikkhu, yang tidak terlahir, tidak terbentuk, tidak terbuat, dan tidak terkondisi. Jika tidak ada yang tidak terlahirkan, tidak terbentuk, tidak terbuat, dan tidak terkondisi, maka di sini kalian tidak akan menemukan jalan keluar dari kelahiran, pembentukan, pembuatan, dan pengkondisian. Namun karena ada yang tidak terlahirkan, tidak terbentuk, tidak terbuat, dan tidak terkondisi, jalan keluar dari kelahiran, pembentukan, pembuatan, dan pengkondisian ditemukan.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Apa yang terlahir, terbentuk, dan muncul,

terbuat, terkondisi, tidak bertahan lama,

terbungkus dalam usia tua dan kematian,

lemah, sebuah sarang penyakit,

 

dibangun oleh makanan dan arus menuju kelahiran kembali:

tidaklah cocok untuk bersenang didalamnya.

Keluar darinya adalah kedamaian,

melampaui jangkauan logika, tetap,

 

tidak terlahir dan tidak muncul,

tanpa kesedihan, keadaan tanpa noda,

penghentian segala sesuatu yang menyakitkan,

penenangan kondisi-kondisi, kebahagiaan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 44. Bidang Pemadaman

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Terdapat, para Bhikkhu, dua bidang pemadaman ini. Apakah dua itu? Bidang pemadaman dengan sesuatu yang tersisa, dan bidang pemadaman dengan tanpa sisa.

 

Dan apakah bidang pemadaman dengan sesuatu yang tersisa? Yaitu ketika seorang Bhikkhu adalah seorang Arahant, dengan berhentinya kekotoran-kekotoran batin, yang telah menyelesaikan perjalanan spiritualnya, telah melakukan apa yang harus dilakukan, meletakan beban, mencapai tujuan sejati mereka sendiri, sepenuhnya mengakhiri belenggu-belenggu kelahiran kembali, dan dengan benar terbebas melalui pencerahan. Lima indera mereka masih tersisa. Sepanjang indera-indera mereka belum lenyap mereka akan terus mengalami hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, merasakan kesenangan dan kesakitan. Akhir dari keserakahan, kebencian, dan delusi didalam diri mereka disebut bidang pemadaman dengan sesuatu yang tersisa.

 

Dan apakah bidang pemadaman dengan tanpa sisa? Yaitu ketika seorang Bhikkhu adalah seorang Arahant, dengan berhentinya kekotoran-kekotoran batin, yang telah menyelesaikan perjalanan spiritualnya, telah melakukan apa yang harus dilakukan, meletakan beban, mencapai tujuan sejati mereka sendiri, sepenuhnya mengakhiri belenggu-belenggu kelahiran kembali, dan dengan benar terbebas melalui pencerahan. Bagi mereka, segala yang dirasakan, tidak lagi disenangi, akan menjadi dingin di sini. Inilah yang disebut bidang pemadaman dengan tanpa sisa. Inilah dua bidang pemadaman.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Dua bidang pemadaman ini telah dijelaskan

oleh Sang Penglihat, Yang Tidak Melekat, Yang Tenang.

Satu bidang berhubungan dengan kehidupan sekarang—

apa yang tersisa ketika arus menuju kelahiran kembali telah berakhir.

Apa yang tanpa sisa berhubungan dengan apa yang setelah kehidupan ini,

di mana segala keadaan eksistensi berhenti.

 

Mereka yang telah sepenuhnya memahami keadaan tanpa kondisi—

pikiran mereka terbebas, arus menuju kelahiran kembali telah berakhir—

mencapai intisari Dhamma, mereka bersenang dalam pengakhiran,

Yang Tenang telah meninggalkan semua keadaan eksistensi.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 45. Pengasingan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Nikmatilah pengasingan, para Bhikkhu, senangilah pengasingan. Berkomitmenlah pada ketenangan internal batin, janganlah lalai dari konsentrasi, diberkahi dengan kebijaksanaan, dan gubuk-gubuk yang sunyi. Seorang Bhikkhu yang menikmati pengasingan dapat mengharapkan salah satu dari dua hasil: Pencerahan dalam kehidupan ini, atau jika masih ada yang tersisa, yang tidak akan kembali.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Dengan pikiran yang damai, siaga,

penuh perhatian dan meditatif,

mereka dengan benar melihat Dhamma,

tidak mengarah pada kenikmatan indera.

 

Bersenang dalam ketekunan, damai,

melihat ketakutan dalam kelalaian,

orang demikian tidak akan jatuh,

dan telah dekat pada pemadaman.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 46. Manfaat Pelatihan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, hiduplah dengan pelatihan sebagai manfaat, dengan kebijaksanaan sebagai pengawas, dengan kebebasan sebagai inti, dan dengan perhatian penuh sebagai penguasa. Seorang Bhikkhu yang hidup demikian dapat mengharapkan salah satu dari dua hasil:

Pencerahan dalam kehidupan ini, atau jika masih ada yang tersisa, yang tidak akan kembali.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Pelatihan memenuhi, bukanlah aspek kejatuhan,

terlihat langsung oleh kebijaksanaan, melihat akhir kelahiran kembali,

Orang bijaksana itu membawa tubuh terakhirnya;

Mereka telah mengalahkan Māra, aku nyatakan, dan pergi melampaui usia tua.

 

Karena itu jadilah senantiasa menikmati konsentrasi, tercerap dalam samādhi,

bersemangat, melihat akhir kelahiran kembali.

Setelah mengalahkan Māra dengan pasukannya, para Bhikkhu,

pergi melampaui kelahiran dan kematian.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 47. Bangunlah

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Bermeditasi dengan penuh keawasan, para Bhikkhu, penuh perhatian dan sadar, bergembira dan jernih, dan kerap kali melihat kualitas yang terampil dalam keadaan itu. Seorang Bhikkhu yang bermeditasi demikian dapat mengharapkan salah satu dari dua hasil: Pencerahan dalam kehidupan ini, atau jika masih ada yang tersisa, yang tidak akan kembali.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Dengarkanlah, yang terjaga!

Dan mereka yang tidur, Bangunlah!

Keawasan lebih baik dari tidur,

yang terjaga tidak memiliki ketakutan.

 

Mereka yang awas, penuh perhatian dan sadar,

tercerap dalam samādhi, bergembira dan jernih,

kerap kali dengan benar menyelidiki Dhamma:

menyatu, mereka menghancurkan kegelapan.

 

Itulah kenapa kalian engkau harus mengembangkan keawasan,

Seorang Bhikkhu yang tekun dan siaga, memiliki konsentrasi,

setelah memotong belenggu kelahiran dan usia tua,

akan menyentuh Pencerahan Tertinggi di sana.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 48. Lemparan Merugikan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, dua jenis orang melakukan lemparan pada suatu tempat yang merugikan, lemparan pada neraka, jika mereka tidak meninggalkan kesalahan ini. Apakah dua itu? Seseorang yang tidak suci, namun mengklaim sebagai selibat; dan seseorang yang membuat tuduhan tak berdasar tentang ketidak-sucian terhadap seseorang yang kehidupan selibatnya murni. Ini adalah dua jenis orang yang melakukan lemparan pada suatu tempat yang merugikan, lemparan pada neraka, jika mereka tidak meninggalkan kesalahan ini.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Seorang pembohong pergi ke neraka,

Seperti seseorang yang menyangkal apa yang mereka lakukan,

Keduanya sama di alam nanti,

orang-orang yang berperilaku rendah.

 

Banyak yang membungkus leher mereka dalam jubah kuning

yang tidak terkendali dan jahat.

Menjadi jahat, mereka terlahir kembali di neraka.

karena perbuatan buruk mereka.

 

Akan lebih baik bagi mereka yang tidak bermoral dan tidak terkendali

untuk memakan bola besi panas,

membara, seperti api yang terbakar,

daripada memakan makanan satu bangsa.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 49. Kesalah-pahaman

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Dikuasai oleh dua kesalah-pahaman, para Bhikkhu, beberapa dewa dan manusia terjebak, beberapa melewati batas, sementara mereka yang dengan penglihatan melihat.

 

Dan bagaimana beberapa terjebak? Karena cinta, kesenangan, dan kenikmatan pada eksistensi, ketika Dhamma sedang diajarkan demi penghentian eksistensi, pikiran beberapa dewa dan manusia tidak antusias, berkeyakinan, menetap, dan memutuskan. Inilah bagaimana beberapa terjebak.

 

Dan bagaimana beberapa melewati batas? Beberapa, menjadi takut, menolak, dan jijik dengan eksistensi, bersenang dalam pengakhiran eksistensi: ‘Ketika diri ini dibasmi dan dihancurkan ketika tubuh hancur, dan tidak ada setelah kematian: Ini damai, ini luhur, ini nyata.’ Inilah bagaimana beberapa melewati batas.

 

Dan bagaimana mereka yang dengan penglihatan melihat? Ketika seorang Bhikkhu melihat apa  yang telah terjadi sebagai yang terjadi. Melihat demikian, mereka mempraktekkan demi kekecewaan, pelepasan, dan penghentian sehubungan dengan apa yang terjadi. Inilah bagaimana mereka yang dengan penglihatan melihat.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Mereka yang melihat apa yang telah terjadi sebagai yang terjadi,

melampaui apa yang telah terjadi,

terbebas sesuai dengan kebenaran,

dengan mengakhiri nafsu keinginan untuk terus eksis.

 

Mereka sepenuhnya memahami apa yang telah terjadi,

menyingkirkan nafsu keinginan untuk kelahiran kembali pada keadaan ini atau itu,

dengan menghilangnya apa yang telah terjadi,

seorang Bhikkhu tidak kembali untuk kehidupan mendatang.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Buku Ketiga

 

Bagian Pertama

 

Iti 50. Akar

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga akar dari yang tidak terampil ini. Apakah tiga itu? Keserakahan, kebencian, dan delusi. Itulah ketiga akar dari yang tidak terampil.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ketika keserakahan, kebencian, dan delusi,

telah muncul didalam seseorang,

mereka melukai seseorang berpikiran jahat,

seperti sebuah buluh menghancurkan buahnya sendiri.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 51. Elemen-Elemen

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga elemen ini. Apakah tiga itu? Elemen bentuk, tanpa bentuk, dan pemadaman. Ini adalah tiga elemen itu.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Memahami elemen bentuk,

tidak melekat dalam tanpa bentuk,

mereka yang terbebas dalam pemadaman,

mereka adalah penghancur kematian.

 

Setelah secara langsung merasakan elemen tanpa kematian,

bebas dari kemelekatan;

setelah merealisasikan pelepasan

dari kemelekatan, Yang Tanpa Kekotoran,

Sammā Sambuddha mengajarkan

keadaan tanpa dukacita, dan tanpa kekotoran.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 52. Sutta Pertama tentang Perasaan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga jenis perasaan ini. Apakah tiga itu? Perasaan menyenangkan, menyakitkan, dan netral. Inilah tiga jenis perasaan.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Hening, sadar,

seorang siswa Buddha yang penuh perhatian

memahami perasaan-perasaan,

penyebab perasaan-perasaan,

 

di mana mereka padam,

dan Sang Jalan menuju akhir dari mereka.

Dengan berakhirnya perasaan, seorang Bhikkhu

menjadi tanpa kerinduan, padam.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 53. Sutta Kedua tentang Perasaan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga jenis perasaan ini. Apakah tiga itu? Perasaan menyenangkan, menyakitkan, dan netral. Perasaan menyenangkan harus dilihat sebagai penderitaan, Perasaan menyakitkan harus dilihat sebagai sebuah anak panah. Perasaan netral harus dilihat sebagai tidak kekal. Ketika seorang Bhikkhu telah melihat ketiga perasaan dengan cara demikian, mereka disebut sebagai seorang Bhikkhu yang telah memotong nafsu keinginan, terlepas dari belenggu, dan dengan benar memahami kesombongan telah mengakhiri penderitaan.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Seorang Bhikkhu yang melihat kesenangan sebagai menyakitkan,

dan penderitaan sebagai sebuah anak panah,

dan kedamaian itu, perasaan netral

sebagai tidak kekal

 

melihat dengan benar.

Dan ketika terbebas sehubungan dengan itu,

pertapa yang damai itu, dengan penglihatan yang sangat baik,

telah pergi melampaui semua kemelekatan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 54. Sutta Pertama tentang Pencarian

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga jenis pencarian ini. Apakah tiga itu? Pencarian nafsu indera, pencarian kemenjadian, pencarian jalan spiritual. Ini adalah tiga jenis pencarian.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Hening, sadar,

seorang siswa Buddha yang penuh perhatian

memahami pencarian-pencarian,

penyebab pencarian-pencarian,

 

di mana mereka padam,

dan Sang Jalan menuju akhir dari mereka.

Dengan berakhirnya pencarian, seorang Bhikkhu

menjadi tanpa kerinduan, padam.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 55. Sutta Kedua tentang Pencarian

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga jenis pencarian ini. Apakah tiga itu? Pencarian nafsu indera, pencarian kemenjadian, pencarian jalan spiritual. Ini adalah tiga jenis pencarian.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Pencarian pada nafsu indera, pada suatu kelahiran kembali yang baik,

dan pencarian pada suatu jalan spiritual;

berpegang teguh pada gagasan ‘inilah kebenaran’,

dan kumpulan dasar untuk pandangan-pandangan—

 

Bagi ia yang terasing dari segala hasrat,

terbebas dengan penghentian nafsu keinginan,

pencarian telah dilepaskan,

dan sudut-sudut pandang itu telah dihapuskan.

Dengan akhir pencarian, seorang Bhikkhu

terbebas dari harapan dan kebimbangan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 56. Sutta Pertama tentang Kekotoran

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga jenis kekotoran ini. Apakah tiga itu? Kekotoran nafsu indera, kekotoran untuk terlahir kembali, dan ketidak-tahuan. Ini adalah tiga jenis kekotoran.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Hening, sadar,

seorang siswa Buddha yang penuh perhatian

memahami kekotoran-kekotoran,

penyebab kekotoran-kekotoran,

 

di mana mereka padam,

dan Sang Jalan menuju akhir dari mereka.

Dengan berakhirnya kekotoran, seorang Bhikkhu

menjadi tanpa kerinduan, padam.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 57. Sutta Kedua tentang Kekotoran

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga jenis kekotoran ini. Apakah tiga itu? Kekotoran nafsu indera, kekotoran untuk terlahir kembali, dan ketidak-tahuan. Ini adalah tiga jenis kekotoran.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Seseorang yang telah mengakhiri kekotoran nafsu indera;

yang ketidak-tahuannya telah pudar,

dan yang keinginannya untuk terlahir kembali telah selesai—

merdeka, bebas dari kemelekatan,

mereka membawa tubuh terakhir mereka,

setelah mengalahkan Māra dengan pasukannya.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 58. Nafsu Keinginan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga jenis nafsu keinginan ini. Apakah tiga itu? Nafsu keinginan untuk kenikmatan indera, nafsu keinginan untuk terlahir kembali, dan nafsu keinginan untuk akhir eksistensi. Inilah ketiga jenis nafsu keinginan itu.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Terbelenggu oleh nafsu keinginan, pikiran penuh keinginan,

untuk terlahir kembali dalam keadaan ini dan itu,

tercucuk oleh kuk Māra, orang-orang ini

tidak menemukan keamanan dari kuk.

Makhluk-makhluk terus bertransmigrasi,

dengan kelahiran dan kematian tanpa akhir.

 

Mereka yang meninggalkan nafsu keinginan,

menyingkirkan nafsu keinginan untuk terlahir dalam keadaan ini dan itu,

mereka adalah yang benar-benar telah menyeberang di dunia ini,

setelah mencapai akhir dari kekotoran.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 59. Pengaruh Māra

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, seorang Bhikkhu dengan tiga kualitas ini telah terlepas dari pengaruh Māra dan bersinar seperti matahari. Apakah tiga itu? Yaitu ketika mereka memiliki seluruh cakupan dari penguasaan moralitas, konsentrasi, dan kebijaksanaan. Seorang Bhikkhu dengan tiga kualitas ini telah terlepas dari pengaruh Māra dan bersinar seperti matahari.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Siapapun yang telah terlatih dengan baik

moralitas, konsentrasi, dan kebijaksanaan

telah terlepas dari pengaruh Māra

dam bersinar seperti matahari.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Bagian Kedua

 

Iti 60. Dasar untuk Berbuat Kebajikan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, ini adalah tiga dasar untuk berbuat kebajikan. Apakah tiga itu? Memberi, perilaku bermoral, dan meditasi adalah tiga dasar untuk berbuat kebajikan. Inilah tiga dasar untuk berbuat kebajikan.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Seseorang seharusnya mempraktikkan hanya perbuatan bajik,

yang mengeluarkan hasil kebahagiaan.

Memberi dan perilaku bermoral,

mengembangkan pikiran cinta kasih:

 

setelah mengembangkan hal-hal ini

tiga hal yang menghasilkan kebahagiaan,

Sang Bijaksana itu terlahir kembali

dalam suatu dunia yang menyenangkan, dan berbahagia.

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 61. Mata

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga jenis mata ini. Apakah tiga itu? Mata daging, mata dewa, dan mata kebijaksanaan. Ini adalah tiga jenis mata.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Mata daging, mata dewa,

mata kebijaksanaan yang tertinggi:

tiga mata ini

telah diajarkan oleh Yang Tertinggi.

 

Kemunculan mata daging

adalah jalan bagi mata dewa.

Ketika pengetahuan muncul—

Mata kebijaksanaan yang tertinggi—

seseorang yang memperoleh mata itu

terbebas dari segala penderitaan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 62. Indriya

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga jenis indriya. Apakah tiga itu? Indriya memahami bahwa pencerahan seseorang tidak lama lagi. Indriya pencerahan. Indriya seseorang yang telah tercerahkan. Ini adalah tiga indriya.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Sebagai seorang yang masih belajar berlatih,

mengikuti jalan yang lurus,

pertama mereka tahu tentang akhir;

pencerahan mengikuti dalam kehidupan yang sama.

 

Kemudian pengetahuan datang

kepada orang itu, terbebas melalui pencerahan,

dengan akhir dari belenggu-belenggu kelahiran kembali:

‘Kebebasanku tak tergoyahkan.’

 

Piawai dalam indriya-indriya,

damai, mencintai keadaan yang damai,

mereka membawa tubuh terakhir mereka,

setelah menaklukan Māra dan pasukannya.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 63. Masa

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga jenis masa. Apakah tiga itu? Masa lalu, masa depan, dan saat ini. Ini adalah tiga masa.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Makhluk-makhluk yang mencerap gagasan,

menjadi kokoh dalam gagasan.

Tidak memahami gagasan,

mereka jatuh kedalam kuk Kematian.

 

Tetapi setelah sepenuhnya memahami gagasan,

mereka tidak menganggap sebagai seorang penggagas.

karena mereka telah menyentuh pembebasan dengan pikiran mereka,

keadaan kedamaian yang tertinggi.

 

Ulung dalam penglihatan,

damai, mencintai keadaan yang damai,

penguasa pengetahuan itu teguh dalam prinsip;

mereka menggunakan perhitungan, tetapi tidak dapat diukur.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 64. Perilaku Buruk

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga perilaku buruk ini. Apakah tiga itu? Perilaku buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Ini adalah tiga perilaku buruk.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Setelah melakukan hal-hal buruk

melalui jasmani,

ucapan, dan pikiran,

dan apapun yang rusak;

 

tidak melakukan perbuatan baik,

dan banyak melakukan keburukan,

ketika tubuh mereka hancur, orang dungu itu

terlahir kembali di neraka.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 65. Perilaku Baik

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga perilaku baik ini. Apakah tiga itu? Perilaku baik melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Ini adalah tiga perilaku baik.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Setelah meninggalkan perilaku buruk

melalui jasmani,

ucapan, dan pikiran,

dan apapun yang rusak;

 

tidak melakukan perbuatan buruk,

dan banyak melakukan kebajikan,

ketika tubuh mereka hancur, orang bijaksana itu

terlahir kembali di surga.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 66. Kemurnian

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga kemurnian ini. Apakah tiga itu? Kemurnian jasmani, ucapan, dan pikiran. Ini adalah tiga kemurnian.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Kemurnian jasmani, kemurnian ucapan,

dan batin yang murni tanpa kekotoran.

Seorang yang murni, diberkahi oleh kemurnian,

telah meninggalkan segalanya, mereka katakan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 67. Kecerdasan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga kecerdasan ini. Apakah tiga itu? Kecerdasan jasmani, ucapan, dan pikiran. Ini adalah tiga kecerdasan.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Seorang bijaksana dalam jasmani, seorang bijaksana dalam ucapan,

seorang bijaksana dalam pikiran yang tanpa noda;

seorang bijaksana, diberkahi oleh kecerdasan,

telah mencuci segala hal buruk, mereka katakan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 68. Sutta Pertama tentang Keserakahan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Siapapun yang tidak meninggalkan keserakahan, kebencian, dan delusi disebut terjebak. Mereka tertangkap didalam jerat Māra, dan Yang Jahat dapat melakukan apapun dengan mereka. Siapapun yang telah meninggalkan keserakahan, kebencian, dan delusi disebut terbebas. Mereka telah terlepas dari jerat Māra, dan Yang Jahat tidak dapat melakukan apapun dengan mereka.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Bagi mereka yang keserakahan, kebencian, dan ketidak-tahuan

telah menghilang,

bagi mereka yang telah mengembangkan diri mereka;

yang suci, yang merealisasi, yang tercerahkan,

melampaui permusuhan dan ketakutan,

mereka telah meninggalkan segalanya, mereka katakan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 69. Sutta Kedua tentang Keserakahan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Siapapun yang tidak meninggalkan keserakahan, kebencian, dan delusi disebut belum menyeberangi samudera dengan ombak-ombak dan pusaran airnya, hiu-hiu dan monster-monsternya. Siapapun yang telah meninggalkan keserakahan, kebencian, dan delusi disebut telah menyeberangi samudera dengan ombak-ombak dan pusaran airnya, hiu-hiu dan monster-monsternya. Menyeberangi dan pergi melampauinya, Brāhmana itu berdiri di daratan.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Bagi mereka yang keserakahan, kebencian, dan ketidak-tahuan

telah menghilang,

setelah menyeberangi samudera yang sulit diseberangi,

dengan hiu-hiu dan monster-monsternya, ombak-ombak dan bahaya-bahayanya.

 

Mereka telah terbebas dari ikatan mereka, meninggakan kematian, dan tidak memiliki kemelekatan.

Mereka telah meninggalkan penderitaan, sehingga tidak ada lagi kehidupan selanjutnya.

Mereka telah tiba pada akhir, dan tidak terukur;

dan mereka telah membingungkan Raja Kematian, Aku katakan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Bagian Ketiga

 

Iti 70. Memiliki Pandangan Salah

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, Aku telah melihat makhluk-makhluk yang terlibat dalam perilaku buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran, yang berbuat buruk kepada Para Mulia, yang memiliki pandangan salah dan berperilaku sesuai dengannya. Saat hancurnya tubuh, setelah kematian, mereka terlahir kembali di suatu alam rendah, suatu tujuan yang buruk, suatu dunia yang menyedihkan, neraka.

 

Sekarang, Aku tidak mengatakan ini karena Aku telah mendengarnya dari beberapa pertapa atau Brāhmana lain. Aku hanya mengatakan ini karena Aku  telah mengetahui, melihat, dan merealisasikannya untuk-Ku sendiri.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ketika pikiran telah dengan salah diarahkan,

dan perkataan dengan keliru telah diucapkan,

dan perbuatan salah melalui jasmani telah dilakukan,

seseorang di sini

 

tidak terpelajar, pelaku perbuatan buruk,

meskipun hidup mereka mungkin singkat,

ketika tubuh mereka hancur, orang dungu itu

terlahir kembali di neraka.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 71. Memiliki Pandangan Benar

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, Aku telah melihat makhluk-makhluk yang terlibat dalam perilaku baik melalui jasmani, ucapan, dan pikiran, yang tidak berbuat buruk kepada Para Mulia, yang berpandangan benar dan berperilaku sesuai dengannya. Saat hancurnya tubuh, setelah kematian, mereka terlahir kembali di suatu tujuan yang baik, suatu alam surgawi.

 

Sekarang, Aku tidak mengatakan ini karena Aku telah mendengarnya dari beberapa pertapa atau Brāhmana lain. Aku hanya mengatakan ini karena Aku  telah mengetahui, melihat, dan merealisasikannya untukKu sendiri.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ketika pikiran telah dengan benar diarahkan,

dan perkataan dengan benar telah diucapkan,

dan perbuatan benar melalui jasmani telah dilakukan,

seseorang di sini

 

terpelajar, pelaku perbuatan bajik,

meskipun hidup mereka mungkin singkat,

ketika tubuh mereka hancur, orang bijaksana itu

terlahir kembali di surga.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 72. Elemen-elemen Pembebasan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga elemen pembebasan ini. Apakah tiga itu? Pelepasan keduniawian adalah pembebasan dari kenikmatan indera. Tanpa bentuk adalah pembebasan dari bentuk. Penghentian adalah pembebasan dari apapun yang terbentuk, terkondisi, dan muncul bergantungan. Ini adalah tiga elemen pembebasan.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Mengetahui pembebasan dari kenikmatan indera,

dan melampaui bentuk,

ia yang selalu tekun menyentuh

penenangan segala aktivitas.

 

Bhikkhu itu melihat dengan benar,

dan ketika terbebas sehubungan dengan hal itu,

bijaksanawan yang damai itu, dengan pandangan terang yang sangat baik,

telah pergi melampaui segala kemelekatan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 73. Lebih Damai

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, keadaan tanpa bentuk adalah lebih damai dari keadaan bentuk; penghentian adalah lebih damai dari keadaan tanpa bentuk.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ada makhluk-makhluk di alam bentuk bercahaya,

dan yang lainnya menetap di tanpa bentuk.

Tidak memahami penghentian,

mereka kembali dalam kehidupan mendatang.

 

Namun bagi mereka yang sepenuhnya memahami kenikmatan indera,

tidak terjebak dalam tanpa bentuk,

mereka yang terbebas dalam penghentian,

mereka adalah penghancur kematian.

 

Setelah secara langsung merasakan elemen tanpa kematian,

bebas dari kemelekatan;

setelah merealisasikan pelepasan

dari kemelekatan, Yang Tanpa Kekotoran,

Sammā Sambuddha mengajarkan

keadaan tanpa dukacita, dan tanpa kekotoran.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 74. Seorang Anak

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Tiga jenis anak ini ditemukan di dunia. Apakah tiga itu? Ia yang lebih baik kelahirannya, ia yang setara dalam kelahirannya, ia yang gagal dalam kelahirannya.

 

Dan bagaimana seorang anak lebih baik kelahirannya? Yaitu ketika orang tua seorang anak tidak pergi berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Mereka membunuh makhluk hidup, mencuri, melakukan perbuatan asusila, berbohong, dan mengonsumsi minuman beralkohol yang menyebabkan kelalaian. Mereka tidak bermoral, berkarakter buruk. Namun anak mereka telah pergi berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Mereka tidak membunuh makhluk hidup, mencuri, melakukan perbuatan asusila, berbohong, dan mengonsumsi minuman beralkohol yang menyebabkan kelalaian. Mereka bermoral, berkarakter baik. Itulah bagaimana seorang anak lebih baik kelahirannya.

 

Dan bagaimana seorang anak setara dalam kelahirannya? Yaitu ketika orang tua seorang anak telah pergi berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Mereka tidak membunuh makhluk hidup, mencuri, melakukan perbuatan asusila, berbohong, dan mengonsumsi minuman beralkohol yang menyebabkan kelalaian. Mereka bermoral, berkarakter baik. Dan anak mereka telah pergi berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Mereka tidak membunuh makhluk hidup, mencuri, melakukan perbuatan asusila, berbohong, dan mengonsumsi minuman beralkohol yang menyebabkan kelalaian. Mereka bermoral, berkarakter baik. Itulah bagaimana seorang anak setara dalam kelahirannya.

 

Dan bagaimana seorang anak gagal dalam kelahirannya? Yaitu ketika orang tua seorang anak telah pergi berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Mereka tidak membunuh makhluk hidup, mencuri, melakukan perbuatan asusila, berbohong, dan mengonsumsi minuman beralkohol yang menyebabkan kelalaian. Mereka bermoral, berkarakter baik. Namun anak mereka tidak pergi berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Mereka membunuh makhluk hidup, mencuri, melakukan perbuatan asusila, berbohong, dan mengonsumsi minuman beralkohol yang menyebabkan kelalaian. Mereka tidak bermoral, berkarakter buruk. Itulah bagaimana seorang anak gagal dalam kelahirannya. Ini adalah tiga jenis anak yang ditemukan di dunia.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Yang bijaksana berharap untuk seorang anak

yang lebih baik atau setara dalam kelahirannya;

bukan ia yang gagal dalam kelahirannya,

memalukan keluarga mereka.

 

Ini adalah anak-anak di dunia

yang menjadi umat awam;

berkeyakinan, piawai dalam moralitas,

berlimpah, menyingkirkan kekikiran.

Seperti bulan terbebas dari sebuah awan

mereka bersinar dalam kumpulan-kumpulan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 75. Hujan Tanpa Awan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga orang yang ditemukan di dunia. Apakah tiga itu? Seseorang yang seperti suatu awan tanpa hujan, seseorang yang seperti hujan lokal, dan seseorang yang menghujani segalanya.

 

Dan bagaimana seseorang seperti suatu awan tanpa hujan? Yaitu ketika beberapa orang tidak memberi ke siapapun sama sekali—apakah para pertapa dan Brāhmana, orang miskin, gelandangan, pengembara, ataupun pengemis—hal-hal seperti makanan, minuman, pakaian, kendaraan; kalung bunga, parfum, dan kosmetik; dan tempat tidur, rumah, dan pencahayaan. Itulah bagaimana seseorang seperti suatu awan tanpa hujan.

 

Dan bagaimana seseorang yang seperti hujan lokal? Yaitu ketika beberapa orang memberi ke beberapa orang namun tidak ke orang lain—apakah para pertapa dan Brāhmana, orang miskin, gelandangan, pengembara, ataupun pengemis—hal-hal seperti makanan, minuman, pakaian, kendaraan; kalung bunga, parfum, dan kosmetik; dan tempat tidur, rumah, dan pencahayaan. Itulah bagaimana seseorang yang seperti hujan lokal.

 

Dan bagaimana seseorang yang menghujani segalanya? Yaitu ketika beberapa orang memberi ke semuanya—apakah para pertapa dan Brāhmana, orang miskin, gelandangan, pengembara, ataupun pengemis—hal-hal seperti makanan, minuman, pakaian, kendaraan; kalung bunga, parfum, dan kosmetik; dan tempat tidur, rumah, dan pencahayaan. Itulah bagaimana seseorang yang menghujani segalanya. Ini adalah tiga orang yang ditemukan di dunia.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Mereka tidak membagi makanan dan minuman

yang mereka peroleh

dengan para pertapa dan Brāhmana,

dengan orang miskin, gelandangan, atau pengembara.

Mereka seperti suatu awan tanpa hujan,

mereka mengatakan, orang yang terkejam.

 

Mereka tidak memberi ke beberapa,

ke beberapa mereka menyediakan.

Mereka hujan lokal,

demikianlah kata orang bijaksana.

 

Berbelas kasihan kepada semua makhluk,

orang itu mendistribusikan

makanan yang berlimpah kepada yang membutuhkan,

dengan mengatakan, “Memberi! Memberi!”

 

Awan hujan menurunkan hujan,

setelah petir dan gemuruh,

membasahi bumi dengan air,

merendam pegunungan dan lembah.

 

Bahkan demikian, orang seperti itu,

setelah mengumpulkan kekayaan

dengan cara yang sah,

melalui kerja keras mereka sendiri,

dengan benar memuaskan dengan makanan dan minuman

pada mereka yang  jatuh dalam kemiskinan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 76. Mengharapkan Kebahagiaan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, seseorang yang bijaksana, yang mengharapkan tiga jenis kebahagiaan harus merawat moralitas mereka. Apakah tiga itu? “Semoga aku dipuji!” “Semoga aku menjadi kaya!” “Ketika tubuhku hancur, setelah kematian, semoga aku terlahir kembali di suatu tempat yang baik, suatu alam surgawi!” Seorang yang bijaksana yang mengharapkan tiga jenis kebahagiaan harus melindungi moralitas mereka.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

Mengharapkan tiga jenis kebahagiaan—

pujian, kemakmuran,

dan untuk bersenang di surga setelah kematian—

orang bijaksana akan menjaga moralitas mereka.

 

Meskipun engkau tidak melakukan kesalahan,

jika engkau bergaul dengan ia yang melakukannya,

engkau akan dianggap salah,

dan reputasi burukmu berkembang.

 

Pertemanan apapun yang engkau buat,

dengan siapa engkau bergaul,

itulah bagaimana engkau terbentuk,

karena itulah ketika engkau berbagi kehidupanmu.

 

Ia yang berteman dan ia yang ditemani,

ia yang dihubungi dan ia yang menghubungi orang lain,

seperti sebuah anak panah yang dilumuri racun

yang mengkontaminasi tempat anak panah.

Seorang bijaksana, takut akan kontaminasi,

tidak akan mempunyai teman-teman yang jahat.

 

Seseorang yang membungkus

ikan busuk dalam beberapa helai rumput

membuat rumput-rumput itu bau—

begitu pula ketika bergaul dengan orang dungu.

 

Namun seseorang yang membungkus

serbuk cendana dalam dedaunan

membuat daun-daun itu harum—

begitu pula ketika bergaul dengan orang bijaksana.

 

Karenanya, mengetahui mereka akan berakhir

seperti pembungkus, orang bijaksana

akan menghindari yang jahat,

dan berteman dengan yang baik.

Yang jahat membawamu ke neraka,

yang baik menolongmu ke suatu tempat yang baik.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 77. Rapuh

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Tubuh ini rapuh, para Bhikkhu, kesadaran sangat dapat memudar, dan segala kemelekatan adalah tidak kekal, penderitaan, dan mudah hancur.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Mengetahui bahwa tubuh ini rapuh,

kesadaran itu memudar,

dan melihat bahaya dalam kemelekatan,

mereka pergi melampaui kelahiran dan kematian.

Setelah mencapai kedamaian tertinggi,

batin terkembang, mereka menunggu waktu mereka.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 78. Berkumpulnya Elemen-eleman

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, makhluk-makhluk datang bersama dan berkumpul karena suatu elemen: Mereka yang memiliki suatu sikap yang buruk datang bersama dan berkumpul dengan mereka yang memiliki suatu sikap yang buruk.

 

Mereka yang memiliki suatu sikap yang baik datang bersama dan berkumpul dengan mereka yang memiliki suatu sikap yang baik.

 

Di masa lalu, juga, makhluk-makhluk datang bersama dan berkumpul karena suatu elemen. Mereka yang memiliki suatu sikap yang buruk datang bersama dan berkumpul dengan mereka yang memiliki suatu sikap yang buruk. Mereka yang memiliki suatu sikap yang baik datang bersama dan berkumpul dengan mereka yang memiliki suatu sikap yang baik.

 

Di masa depan, juga, makhluk-makhluk datang bersama dan berkumpul karena suatu elemen. Mereka yang memiliki suatu sikap yang buruk datang bersama dan berkumpul dengan mereka yang memiliki suatu sikap yang buruk. Mereka yang memiliki suatu sikap yang baik datang bersama dan berkumpul dengan mereka yang memiliki suatu sikap yang baik.

 

Saat ini, juga, makhluk-makhluk datang bersama dan berkumpul karena suatu elemen. Mereka yang memiliki suatu sikap yang buruk datang bersama dan berkumpul dengan mereka yang memiliki suatu sikap yang buruk. Mereka yang memiliki suatu sikap yang baik datang bersama dan berkumpul dengan mereka yang memiliki suatu sikap yang baik.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Bersosialisasi meningkatkan keterikatan;

mereka memotongnya dengan mengasingkan diri.

Jika engkau tersesat di tengah-tengah samudera,

dan engkau menaiki batang kayu kecil, engkau akan tenggelam.

 

Begitu juga, seseorang yang hidup dengan baik

tenggelam dengan bergantung pada orang yang malas.

Karenanya engkau harus menghindari

seorang malas demikian yang kurang bersemangat.

 

Berdiam dengan Para Mulia

yang terasing dan tekun

selalu bersemangat,

bijaksanawan yang mempraktekan konsentrasi.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 79. Kejatuhan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Tiga hal ini mengarah pada kejatuhan seorang Bhikkhu yang masih berlatih. Apakah tiga itu? Yaitu ketika seorang Bhikkhu menyukai bekerja, berbicara, dan tidur. Tiga hal ini mengarah pada kejatuhan seorang Bhikkhu yang masih berlatih.

 

Tiga hal ini tidak mengarah pada kejatuhan seorang Bhikkhu yang masih berlatih. Apakah tiga itu? Yaitu ketika seorang Bhikkhu tidak menyukai bekerja, berbicara, dan tidur. Tiga hal ini tidak mengarah pada kejatuhan seorang Bhikkhu yang masih berlatih.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Gelisah, mereka menyukai

bekerja, berbicara, dan tidur.

Seorang Bhikkhu demikian tidak dapat

menyentuh Pencerahan Tertinggi.

 

Itulah mengapa seseorang sebaiknya memiliki sedikit tugas,

penuh keawasan dan stabil.

Seorang Bhikkhu demikian dapat

menyentuh Pencerahan Tertinggi.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Bagian Keempat

 

Iti 80. Pemikiran

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga pemikiran yang tidak terampil ini. Apakah tiga itu? Pemikiran untuk dipandang; untuk mendapatkan kepemilikan materi, kehormatan, dan reputasi; dan untuk disukai orang lain. Ini adalah tiga pemikiran yang tidak terampil.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Seseorang yang tertarik pada keinginan untuk dipandang,

dengan kepemilikan, kehormatan, dan reputasi,

dengan berbagi kebahagiaan dengan teman-teman,

adalah jauh dari akhir kekotoran.

 

Namun seseorang yang meninggalkan anak dan kumpulan,

pernikahan dan pendapatan—

seorang Bhikkhu demikian dapat

menyentuh Pencerahan Tertinggi.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 81. Penghargaan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Aku telah melihat, para Bhikkhu, makhluk-makhluk yang pikirannya dikuasai dan diliputi oleh kehormatan. Ketika tubuh mereka hancur, setelah kematian, mereka terlahir kembali di suatu tempat yang merugikan, suatu tempat yang buruk, alam rendah, neraka.

 

Aku telah melihat makhluk-makhluk yang pikirannya dikuasai dan diliputi oleh tidak dihormati. Ketika tubuh mereka hancur, setelah kematian, mereka terlahir kembali di suatu tempat yang merugikan, suatu tempat yang buruk, alam rendah, neraka.

 

Aku telah melihat makhluk-makhluk yang pikirannya dikuasai dan diliputi oleh kehormatan dan tidak dihormati. Ketika tubuh mereka hancur, setelah kematian, mereka terlahir kembali di suatu tempat yang merugikan, suatu tempat yang buruk, alam rendah, neraka.

 

Sekarang, Aku tidak mengatakan ini karena Aku telah mendengarnya dari beberapa pertapa atau Brāhmana lain. Aku hanya mengatakan ini karena Aku telah mengetahui, melihat, dan merealisasikannya untukKu sendiri.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Apakah mereka dihormati,

atau tidak dihormati, atau keduanya,

konsentrasi mereka tidak tergoyahkan

karena mereka hidup dengan tekun.

 

Mereka dengan gigih mempraktikkan konsentrasi

dengan pandangan halus dan kebijaksanaan.

Bergembira didalam akhir kemelekatan,

mereka disebut sebagai seorang yang baik.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 82. Tangisan Para Dewa

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, tiga tangisan ini diserukan diantara para dewa pada suatu kesempatan. Apakah tiga itu? Ketika seorang Siswa Mulia mencukur rambut dan janggutnya, memakai jubah kuning, dan pergi dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah, para dewa menangis: ‘Siswa Mulia ini berkeinginan untuk bergabung dalam pertempuran melawan Māra!’ Ini adalah kesempatan pertama sebuah tangisan diserukan diantara para dewa.

 

Lebih jauh, ketika seorang Siswa Mulia bermeditasi mengupayakan pengembangan tujuh kualitas yang mengarah pada pencerahan, para dewa menangis: ‘Siswa Mulia ini bergabung dalam pertempuran melawan Māra!’ Ini adalah kesempatan kedua sebuah tangisan diserukan diantara para dewa.

 

Lebih jauh, ketika seorang Siswa Mulia merealisasikan kebebasan batin yang tanpa kekotoran dan kebebasan dengan kebijaksanaan dalam hidup ini, dan mereka berdiam setelah merealisasikannya dengan pandangan terang mereka sendiri karena akhir dari kekotoran, para dewa menangis: ‘Siswa Mulia ini telah memenangkan kemenangan dalam pertempuran, menetapkan dirinya sebagai yang terunggul didalam pertempuran!’ Ini adalah kesempatan ketiga sebuah tangisan diserukan diantara para dewa.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Melihat pemenang pertempuran—

seorang siswa Sammā Sambuddha,

seorang yang hebat, menyingkirkan kenaifan—

bahkan para dewa menghormatinya:

 

‘Hormat padamu, O Yang Berdarah Murni!

Engkau memenangkan sebuah pertempuran yang sulit dimenangkan!

Setelah mengalahkan pasukan kematian,

kebebasanmu tidak terhalangi.’

 

Dan begitulah para dewa menghormati ia,

yang telah mencapai cita-cita luhur mereka.

Karena mereka tidak melihat apapun dalam diri mereka dalam hal

mereka dapat jatuh kedalam jerat kematian.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 83. Lima Tanda Peringatan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, ketika seorang dewa akan meninggal dari alam dewa, lima tanda peringatan muncul. Kalung bunga mereka layu; pakaian mereka menjadi kotor; mereka berkeringat dari ketiak; paras tubuh mereka memburuk; dan mereka tidak lagi bersenang dalam singgasana surgawi. Ketika para dewa lain tahu bahwa dewa itu akan meninggal, mereka mengharapkan ia baik dalam tiga cara: “Tuan, semoga engkau pergi dari sini ke suatu tempat yang baik!

 

Ketika engkau telah pergi ke suatu tempat yang baik, semoga engkau diberkahi dengan nasib baik!

 

Ketika engkau diberkahi dengan nasib baik, semoga engkau memiliki dasar yang baik!

 

Ketika Ia berkata demikian, seseorang dari para Bhikkhu berkata kepada Sang Bhagava: “Bhante, Apakah yang dianggap oleh para dewa sebagai pergi ke suatu tempat yang baik?

 

Apakah yang dianggap mereka sebagai diberkahi dengan nasib baik?

 

Apakah yang dianggap mereka sebagai memiliki dasar yang baik?”

 

“Adalah kelahiran manusia, para Bhikkhu, yang para dewa anggap sebagai  pergi ke suatu tempat yang baik.

 

Ketika seorang manusia memperoleh keyakinan dalam Dhamma dan Vinaya yang dibabarkan oleh Sang Tathāgata, itulah yang para dewa anggap sebagai diberkahi dengan nasib baik.

 

Ketika keyakinan dalam Sang Tathāgata itu telah menetap, berakar, dan tertanam dalam; ketika keyakinan itu kuat dan tidak dapat dialihkan oleh pertapa atau Brāhmana atau dewa atau Māra atau Brahmā atau dengan siapapun di dunia, itulah yang para dewa anggap sebagai memiliki dasar yang baik.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ketika, dengan memudarnya kehidupan,

sesosok dewa meninggal dari alam dewa,

para dewa menyerukan tiga tangisan

harapan yang baik:

 

‘Tuan, pergilah dari sini ke suatu tempat yang baik,

dalam kumpulan para manusia.

Sebagai seorang manusia, mendapatkan keyakinan terunggul

dalam Dhamma Sejati.

 

Semoga keyakinan milikmu itu menetap,

dengan akar yang tertanam dalam,

tidak bimbang sepanjang usia

dalam Dhamma Sejati yang dibabarkan dengan baik.

 

Setelah meninggalan perilaku buruk

melalui jasmani,

ucapan, dan pikiran,

dan hal apapun yang jahat;

 

dan setelah melakukan banyak kebajikan,

melalui jasmani,

ucapan, dan pikiran,

tak terbatas, bebas dari kemelekatan;

 

kemudian, setelah membuat begitu banyak kebajikan duniawi

dengan memberikan pemberian,

mengukuhkan rekan-rekan lain

dalam Dhamma Sejati, kehidupan suci.

 

Karena belas kasih demikian

maka ketika para dewa tahu seorang dewa

akan meninggal, mereka mengharapkan kebaikannya:

‘Kembalilah, dewa, lagi dan lagi!’

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 84. Demi Kesejahteraan Banyak Orang

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Tiga orang, para Bhikkhu, muncul di dunia demi kesejahteraan dan kebahagiaan banyak orang, demi manfaat, kesejahteraan, dan kebahagiaan bagi para dewa dan manusia. Apakah tiga itu? Yaitu ketika Sang Tathāgata muncul di dunia, Sang Arahant, Sammā Sambuddha, sempurna dalam pengetahuan dan perilaku, suci, pengetahu dunia, pembimbing terbaik bagi mereka yang ingin berlatih, guru para dewa dan manusia, tercerahkan, terberkahi. Ia mengajarkan Dhamma yang baik di awal, baik di tengah, dan baik di akhir, penuh makna dan diutarakan dengan baik. Dan Ia menerangkan suatu praktek spiritual yang sepenuhnya lengkap dan murni. Ini adalah orang pertama yang muncul di dunia demi kesejahteraan dan kebahagiaan banyak orang, demi belas kasihan kepada dunia, demi manfaat, kesejahteraan, dan kebahagiaan bagi para dewa dan manusia.

 

Lebih jauh, yaitu ketika seorang Bhikkhu adalah seorang Arahant, dengan berhentinya kekotoran-kekotoran batin, yang telah menyelesaikan perjalanan spiritualnya, telah melakukan apa yang harus dilakukan, meletakan beban, mencapai tujuan sejati mereka sendiri, sepenuhnya mengakhiri belenggu-belenggu kelahiran kembali, dan dengan benar terbebas melalui pencerahan. Mereka mengajarkan Dhamma yang baik di awal, baik di tengah, dan baik di akhir, penuh makna dan diutarakan dengan baik. Dan mereka menerangkan suatu praktek spiritual yang sepenuhnya lengkap dan murni. Ini adalah orang kedua yang muncul di dunia demi kesejahteraan dan kebahagiaan banyak orang, demi belas kasihan kepada dunia, demi manfaat, kesejahteraan, dan kebahagiaan bagi para dewa dan manusia.

 

Lebih jauh, yaitu ketika seorang siswa dari Sang Guru demikian adalah seorang yang masih berlatih, seorang praktisi yang terpelajar dengan aturan moral dan pelatihan yang lengkap. Mereka mengajarkan Dhamma yang baik di awal, baik di tengah, dan baik di akhir, penuh makna dan diutarakan dengan baik. Dan mereka menerangkan suatu praktek spiritual yang sepenuhnya lengkap dan murni. Ini adalah orang ketiga yang muncul di dunia demi kesejahteraan dan kebahagiaan banyak orang, demi belas kasihan kepada dunia, demi manfaat, kesejahteraan, dan kebahagiaan bagi para dewa dan manusia.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Sang Guru adalah yang pertama, Sang Pertapa Agung,

mengikuti-Nya adalah para siswa yang telah mengembangkan dirinya,

dan kemudian seorang yang masih berlatih, seorang praktisi,

terpelajar, dengan aturan moral dan pelatihan yang lengkap.

 

Tiga ini adalah yang utama diantara para dewa dan manusia,

sinar cahaya, menyatakan Dhamma!

Mereka mendobrak pintu menuju tanpa kematian,

membebaskan banyak orang dari belenggu.

 

Mengikuti Sang Jalan yang diajarkan dengan baik,

oleh Pemimpin Rombongan Yang Tak Terkalahkan,

mereka yang tekun dalam Dhamma Sang Sugata

merealisasikan akhir penderitaan pada kehidupan ini.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 85. Memperhatikan Keburukan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, bermeditasilah dengan memperhatikan keburukan tubuh. Biarkan perhatian penuh pada pernafasan menjadi mantap di sana, di dalam dirimu. Bermeditasilah dengan memperhatikan ketidak-kekalan pada semua kondisi. Ketika kalian bermeditasi dengan memperhatikan keburukan tubuh, kalian akan meninggalkan keinginan pada tubuh. Ketika perhatian penuh pada pernafasan menjadi mantap di sana, di dalam dirimu, di sana tidak akan ada pikiran atau harapan eksternal yang menyusahkan. Ketika kalian bermeditasi dengan memperhatikan ketidak-kekalan pada semua kondisi, ketidak-tahuan ditinggalkan dan pengetahuan muncul.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Memperhatikan keburukan tubuh,

perhatian penuh pada pernafasan

seseorang selalu tekun melihat

penenangan segala aktivitas.

 

Bhikkhu itu melihat dengan benar,

dan ketika terbebas sehubungan dengan hal itu,

bijaksanawan yang damai itu, dengan pandangan terang yang sangat baik,

telah pergi melampaui segala kemelekatan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 86. Berlatih Sesuai Dhamma

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Sehubungan dengan seorang Bhikkhu yang berlatih sesuai Dhamma, ini sesuai dengan Dhamma untuk menyatakan bahwa inilah apa yang dimaksud untuk berlatih sesuai Dhamma. Ketika berbicara, mereka berbicara sesuai dengan Dhamma, bukan bertentangan. Ketika berpikir, mereka berpikir sesuai dengan Dhamma, bukan bertentangan. Dan menolak keduanya, mereka bermeditasi dengan tetap seimbang, penuh perhatian, dan sadar.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Bersenang dalam Dhamma, menikmati Dhamma,

merenungkan Dhamma,

seorang Bhikkhu yang mengingat kembali Dhamma

tidak jatuh dari Dhamma Sejati.

 

Apakah berjalan atau berdiri,

duduk atau berbaring,

dengan pikiran yang terkumpul di dalam,

mereka mencapai hanya kedamaian.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 87. Penghancur Pandangan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, tiga pikiran tidak terampil ini adalah penghancur pandangan, penglihatan, dan pengetahuan. Mereka menghalangi kebijaksanaan, mereka berpihak pada penderitaan, dan mereka tidak menuju pada pemadaman. Apakah tiga itu? Pikiran nafsu indera, kebencian, dan kekejaman. Inilah tiga pikiran tidak terampil yang adalah penghancur pandangan, penglihatan, dan pengetahuan. Mereka menghalangi kebijaksanaan, mereka berpihak pada penderitaan, dan mereka tidak menuju pada pemadaman.

 

Tiga pikiran terampil ini adalah pembuat pandangan, penglihatan, dan pengetahuan. Mereka menumbuhkan kebijaksanaan, mereka berpihak pada penghiburan, dan mereka menuju pada pemadaman. Apakah tiga itu? Pikiran pelepasan keduniawian, niat baik, dan tanpa kekejaman. Inilah tiga pikiran terampil yang adalah pembuat pandangan, penglihatan, dan pengetahuan. Mereka menumbuhkan kebijaksanaan, mereka berpihak pada penghiburan, dan mereka menuju pada pemadaman.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Memikirkan tiga pikiran terampil,

dan menyingkirkan yang tidak terampil.

Mengakhiri pikiran dan anggapan demikian,

seperti hujan pada debu,

dengan batin yang tenang akan pemikiran,

engkau akan menyentuh keadaan damai saat ini.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 88. Noda Internal

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga noda internal ini, musuh internal, lawan internal, pembunuh internal, dan rival internal. Apakah tiga itu? Keserakahan, kebencian, dan delusi. Ini adalah tiga noda internal, musuh internal, lawan internal, pembunuh internal, dan rival internal.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Keserakahan membuat kerusakan;

keserakahan mengacaukan pikiran.

Orang itu tidak mengenali

bahaya yang muncul didalamnya.

 

Orang serakah tidak mengetahui kebaikan.

Orang serakah tidak melihat kebenaran.

Ketika seseorang diliputi keserakahan,

hanya kegelapan yang membutakan yang tersisa.

 

Mereka yang meninggalkan keserakahan,

tidak akan serakah bahkan ketika diprovokasi.

Keserakahan jatuh dalam dirinya

seperti tetesan air dari daun teratai.

 

Kebencian membuat kerusakan;

Kebencian mengacaukan pikiran.

Orang itu tidak mengenali

bahaya yang muncul didalamnya.

 

Orang yang membenci tidak mengetahui kebaikan.

Orang yang membenci tidak melihat kebenaran.

Ketika seseorang diliputi kebencian,

hanya kegelapan yang membutakan yang tersisa.

 

Mereka yang meninggalkan kebencian,

tidak akan marah bahkan ketika diprovokasi.

Kebencian jatuh dalam dirinya

seperti daun palem dari batang pohonnya.

 

Delusi membuat kerusakan;

Delusi mengacaukan pikiran.

Orang itu tidak mengenali

bahaya yang muncul didalamnya.

 

Orang yang terdelusi tidak mengetahui kebaikan.

Orang yang terdelusi tidak melihat kebenaran.

Ketika seseorang diliputi delusi,

hanya kegelapan yang membutakan yang tersisa.

 

Mereka yang meninggalkan delusi,

tidak akan terdelusi bahkan ketika diprovokasi.

Mereka menghilangkan semua delusi,

seperti terbitnya matahari menghilangkan kegelapan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 89. Tentang Devadatta

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, dikuasai dan diliputi oleh tiga hal yang berlawanan dengan Dhamma Sejati, Devadatta pergi ke suatu tempat yang merugikan, ke neraka, menetap  di sana selama satu kappa,

tidak dapat dibatalkan. Apakah tiga itu? Keinginan jahat, para Bhikkhu, Devadatta telah dikuasai dan diliputi, pergi ke suatu tempat yang merugikan, ke neraka, menetap  di sana selama satu kappa, tidak dapat dibatalkan. Pertemanan yang buruk, para Bhikkhu, Devadatta telah dikuasai dan diliputi, pergi ke suatu tempat yang merugikan, ke neraka, menetap  di sana selama satu kappa, tidak dapat dibatalkan. Ketika masih ada yang harus diselesaikan, berhenti di tengah jalan setelah mencapai beberapa kehormatan yang remeh. Dikuasai dan diliputi oleh tiga hal ini, yang berlawanan dengan Dhamma Sejati, Devadatta pergi ke suatu tempat yang merugikan, ke neraka, menetap  di sana selama satu kappa, tidak dapat dibatalkan.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Tentu saja, tidak ada mereka yang berkeinginan jahat terlahir kembali di dunia ini. Dan dengan ini juga engkau harus mengetahui tempat di mana mereka yang berkeinginan jahat pergi.

 

Ia yang dianggap bijaksana, dianggap sebagai terkembang dengan baik, kemuliaannya berdiri tegak seperti api, Devadatta yang terkenal.

 

Tergoda oleh kelalaian, ia menyerang Sang Tathāgata. Ia terjatuh ke neraka Avīci, memiliki empat pintu dan menakutkan.

 

Ketika seseorang menghianati yang tidak bersalah, yang tidak melakukan kesalahan, perbuatan buruk mereka berdampak pada ia yang berbatin rusak, kurang menghormati orang lain.

 

Engkau mungkin berpikir untuk mengotori samudera dengan satu kendi racun, namun itu tidak akan bekerja, karena samudera itu terlalu besar.

 

Begitu juga ketika seseorang menyerang Sang Tathāgata dengan kata-kata—Yang Sempurna, dalam pikiran kedamaian—kata-kata tidak akan berdampak.

 

Seorang Bijaksana akan bertemen dengan Seseorang seperti ini, dan selalu mengikuti-Nya. Seorang Bhikkhu yang berjalan di Sang Jalan mencapai akhir dari penderitaan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Bagian Kelima

 

Iti 90. Jenis Keyakinan Terbaik

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, tiga jenis keyakinan ini adalah yang terbaik. Apakah tiga itu? Para Bhikkhu, Sang Tathāgata, Sang Arahant, Sammā Sambuddha, disebut sebagai yang terbaik dari semua makhluk hidup—apakah mereka tanpa kaki, dengan dua kaki, empat kaki, atau banyak kaki; dengan bentuk atau tanpa bentuk; dengan persepsi atau tanpa persepsi atau dengan bukan persepsi juka bukan tanpa persepsi. Mereka yang memiliki keyakinan pada Sang Buddha memiliki keyakinan pada yang terbaik. Setelah berkeyakinan pada yang terbaik, hasilnya adalah yang terbaik.

 

Pelenyapan disebut sebagai yang terbaik dari segala sesuatu apakah terkondisi atau tidak terkondisi. Inilah, padamnya kesombongan, penghapusan dahaga, penghancuran kemelekatan, penghancuran lingkaran, akhir dari nafsu keinginan, pelenyapan, penghentian, pemadaman. Mereka yang memiliki keyakinan pada ajaran pelenyapan memiliki keyakinan pada yang terbaik. Setelah berkeyakinan pada yang terbaik, hasilnya adalah yang terbaik.

 

Saṅgha siswa Sang Tathāgata disebut sebagai yang terbaik dari segala komunitas dan kelompok. Terdiri dari empat pasang, delapan individu. Inilah Saṅgha siswa Sang Bhagava yang layak menerima persembahan yang didedikasikan kepada para dewa, layak menerima ramah-tamah, layak menerima pemberian religius, layak disapa dengan merangkapkan tangan, dan ladang menanam jasa kebajikan terbaik bagi dunia. Mereka yang memiliki keyakinan pada Saṅgha memiliki keyakinan pada yang terbaik. Setelah berkeyakinan pada yang terbaik, hasilnya adalah yang terbaik. Ini adalah tiga jenis keyakinan yang terbaik.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Bagi mereka yang, mengetahui ajaran terbaik,

berdasarkan pada keyakinan mereka pada yang terbaik—

berkeyakinan pada Sang Buddha,

yang paling layak untuk suatu  pemberian religius;

 

berkeyakinan pada ajaran terbaik,

sukacita dari pelenyapan dan penenangan;

berkeyakinan pada Saṅgha yang terbaik,

ladang menanam jasa yang tertinggi—

 

memberikan pemberian pada yang terbaik,

pertumbuhan jasa kebajikan yang terbaik:

usia kehidupan, kecantikan,

popularitas, reputasi, kebahagiaan, dan kekuatan yang terbaik.

 

Seorang yang cerdas memberikan kepada yang terbaik,

menetap pada ajaran terbaik.

Ketika mereka menjadi sesosok dewa atau manusia,

mereka bergembira pada pencapaian yang terbaik.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 91. Gaya Hidup

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, bergantung pada derma makanan ini adalah gaya hidup yang keras. Dunia mengutuk kalian: ‘Kalian pengemis, berjalan dengan mangkuk di tangan!’ Namun orang baik yang bersungguh-sungguh menjalaninya untuk suatu alasan yang baik. Bukan karena mereka telah dipaksa demikian oleh raja-raja atau para pencuri, atau karena mereka dalam hutang atau diancam, atau demi memperoleh penghidupan. Namun, karena mereka berpikir: ‘Aku tenggelam oleh kelahiran kembali, usia tua, dan kematian; oleh dukacita, ratap tangis, kesakitan, kesedihan, dan penderitaan. Aku tenggelam oleh penderitaan, jatuh dalam lumpur penderitaan. Semoga saja aku dapat menemukan akhir dari seluruh kumpulan penderitaan ini.’ Itulah bagaimana orang baik telah pergi meninggalkan keduniawian. Namun mereka mendambakan kenikmatan indera; mereka tergila-gila padanya, penuh niat buruk dan kehendak jahat. Mereka tidak penuh perhatian, kurangnya keawasan situasional dan konsentrasi, dengan pikiran yang berkelana dan indriya-indriya yang tidak terlatih. Misalkan terdapat suatu kayu untuk menyalakan tumpukan pemakaman, terbakar pada kedua sisinya, dan dilumuri dengan tinja di tengahnya. Kayu itu tidak dapat digunakan sebagai kayu bakar entah di desa atau di hutan. Aku katakan bahwa orang tersebut seperti itu. Mereka telah melewatkan kesenangan kehidupan duniawi, dan tidak memenuhi tujuan dari kehidupan suci.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Mereka telah meninggalkan kenikmatan kehidupan duniawi,

dan melewati tujuan dari kehidupan suci.

Menghancurkannya, mereka membuangnya,

dan binasa seperti suatu kayu pemakaman.

 

Banyak orang yang membungkus lehernya dalam jubah kuning

tidak terkendali dan jahat.

Karena jahat, mereka terlahir kembali di neraka

karena perbuatan buruk mereka.

 

Akan lebih baik bagi mereka yang tidak bermoral dan tidak terkendali

untuk memakan bola besi panas,

membara, seperti api yang terbakar,

daripada memakan makanan suatu bangsa.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 92. Ujung Jubah

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, misalkan seorang Bhikkhu memegang ujung jubah-Ku dan mengikuti di belakang-Ku langkah demi langkah. Namun mereka mendambakan kenikmatan indera; mereka tergila-gila padanya, penuh niat buruk dan kehendak jahat. Mereka tidak penuh perhatian, kurangnya keawasan situasional dan konsentrasi, dengan pikiran yang berkelana dan indriya-indriya yang tidak terlatih. Maka mereka jauh dari-Ku dan Aku jauh dari mereka. Mengapa demikian? Karena Bhikkhu itu tidak melihat Dhamma. Tidak melihat Dhamma, mereka tidak melihat-Ku.

 

Misalkan seorang Bhikkhu yang tinggal ratusan Yojana jauhnya. Namun mereka tidak mendambakan kenikmatan indera; mereka tidak tergila-gila padanya, atau penuh niat buruk dan kehendak jahat. Mereka telah menegakan perhatian penuh, keawasan situasional dan konsentrasi, dengan pikiran yang menyatu dan indriya-indriya yang terkendali. Maka mereka dekat dengan-Ku, dan Aku dekat dengan mereka. Mengapa demikian? Karena Bhikkhu itu melihat Dhamma. Dengan melihat Dhamma, mereka melihat-Ku.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ia yang penuh akan keinginan dan kesusahan

dapat dengan dekat mengikuti-Ku di belakang,

namun lihatlah bagaimana jauhnya mereka—

yang kacau dari Yang Tenang,

yang terbakar dari Yang Padam,

yang serakah dari Yang Tidak Serakah.

 

Seorang bijaksana yang memahami,

dan secara langsung mengetahui Dhamma,

menumbuhkan ketenangan,

seperti sebuah danau yang tidak dikacaukan oleh angin.

 

Lihatlah bagaimana dekatnya mereka—

yang tenang pada Yang Tenang,

yang padam pada Yang Padam,

yang tidak serakah pada Yang Tidak Serakah.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 93. Api

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga api ini. Apakah tiga itu? Api keserakahan, kebencian, dan delusi. Ini adalah tiga api itu.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Api keserakahan mambakar suatu makhluk,

bernafsu, tergila-gila dengan kenikmatan indera;

ketika, jatuh kedalam api kebencian,

seseorang membunuh makhluk-makhluk hidup;

 

dan, dibingungkan oleh api delusi,

mereka melewatkan Dhamma Para Mulia.

Tanpa mengenali tiga api ini,

orang-orang terperangkap dalam identitas.

 

Mereka mengisi barisan-barisan neraka,

lahir sebagai suatu binatang,

atau Asura dan hantu,

tidak terbebas dari jerat Māra.

 

Namun bagi mereka yang berkomitmen siang dan malam

pada Dhamma Sang Buddha:

mereka memadamkan api keserakahan,

selalu mempersepsikan kebusukan;

 

ketika orang-orang tertinggi itu

memadamkan api kebencian dengan cinta kasih;

dan api delusi dengan kebijaksanaan

hal itu mengarah pada penembusan.

 

Setelah memadamkan api-api itu, siaga,

tanpa lelah sepanjang siang dan malam,

mereka menjadi padam sepenuhnya,

sepenuhnya melampaui penderitaan.

 

Penglihat Kebenaran Mulia, penguasa pengetahuan,

sang bijaksana, memahami dengan benar,

secara langsung mengetahui akhir kelahiran kembali,

mereka tidak kembali ke kehidupan selanjutnya.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 94. Memeriksa

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, seorang Bhikkhu harus memeriksa dalam cara apapun sehingga kesadaran mereka tidak terpecah atau tersebar secara eksternal atau melekat secara internal, dan mereka tidak gelisah karena melekat. Ketika (memahami) inilah masalahnya dan mereka tidak lagi gelisah, bagi mereka tidak ada asal mula penderitaan—kelahiran kembali, usia tua, dan kematian di masa depan.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Bagi seseorang yang meninggalkan tujuh ikatan,

seorang Bhikkhu yang memotong pengikat,

transmigrasi melalui kelahiran telah selesai,

sekarang tidak akan ada lagi kehidupan mendatang.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 95. Memperoleh Kenikmatan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat tiga cara untuk memperoleh kenikmatan indera. Apakah tiga itu? Beberapa kenikmatan indera hadir begitu saja; beberapa adalah untuk mereka yang senang untuk menciptakan; dan beberapa adalah untuk mereka yang mengendalikan ciptaan yang lain. Ini adalah tiga cara untuk memperoleh kenikmatan indera.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Kenikmatan indera yang hadir begitu saja,

Para dewa yang mengendalikan ciptaan yang lain,

Para dewa yang senang untuk menciptakan,

dan mereka yang menuruti kenikmatan indera—

Mereka pergi dari keadaan ini ke keadaan lain,

namun tidak keluar dari transmigrasi.

 

Mengetahui bahaya ini

dalam menuruti kenikmatan indera, seorang yang bijaksana

akan menolak semua kenikmatan indera,

baik manusiawi dan surgawi.

 

Setelah memotong arus yang sulit untuk diseberangi,

yang terikat pada hal-hal yang seolah-olah menyenangkan,

mereka menjadi sepenuhnya padam,

sepenuhnya melampaui penderitaan.

 

Penglihat Kebenaran Mulia, penguasa pengetahuan,

sang bijaksana, memahami dengan benar,

secara langsung mengetahui akhir kelahiran kembali,

mereka tidak kembali ke kehidupan selanjutnya.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 96 Melekat pada Kenikmatan Indera

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, seseorang yang melekat baik pada kenikmatan indera dan kelahiran kembali adalah seorang yang kembali lagi, yang kembali pada keadaan eksistensi ini. Seseorang yang terlepas dari kenikmatan indera namun masih melekat pada kelahiran kembali adalah seorang yang tidak kembali, yang tidak kembali pada keadaan eksistensi ini. Seseorang yang terlepas dari kenikmatan indera maupun kelahiran kembali adalah seorang Arahant, yang telah mengakhiri kekotoran.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Melekat pada kenikmatan indera

dan keinginan untuk terlahir kembali pada kehidupan mendatang;

makhluk-makhluk terus bertransmigrasi,

dengan kelahiran dan kematian selanjutnya.

 

Mereka yang meninggalkan kenikmatan indera

tanpa mencapai akhir kekotoran,

dan tetap melekat untuk terlahir kembali,

disebut sebagai yang tidak akan kembali.

 

Mereka yang telah memotong keraguan,

dan mengakhiri kesombongan dan kehidupan mendatang;

mereka adalah orang-orang di dunia ini yang benar-benar menyeberang,

setelah mencapai akhir dari kekotoran.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 97. Moralitas Baik

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, dalam Dhamma dan Vinaya ini seorang Bhikkhu yang baik dalam moralitas, baik dalam praktek, dan baik dalam kebijaksanaan disebut seorang yang sempurna, terlatih, tertinggi.

 

Dan bagaimana seorang Bhikkhu baik dalam moralitas? Yaitu ketika seorang Bhikkhu bermoral, terkendali dalam Pātimokkha, baik dalam tingkah lakunya dan mencari derma makan di tempat yang sesuai. Melihat bahaya dalam kesalahan terkecil, mereka menjaga aturan yang mereka latih. Itulah bagaimana seorang Bhikkhu baik dalam moralitas. Seperti itulah seseorang baik dalam moralitas.

 

Dan bagaimana seorang Bhikkhu baik dalam praktek? Yaitu ketika seorang Bhikkhu bermeditasi mengupayakan pengembangan tujuh kualitas yang mengarah pada pencerahan. Itulah bagaimana seorang Bhikkhu baik dalam praktek. Seperti itulah seseorang baik dalam moralitas dan baik dalam praktek.

 

Dan bagaimana seorang Bhikkhu baik dalam kebijaksanaan? Yaitu ketika seorang Bhikkhu merealisasikan kebebasan batin yang tanpa kekotoran dan kebebasan dengan kebijaksanaan dalam kehidupan ini. Dan mereka berdiam setelah merealisasinya dengan pandangan terang mereka sendiri karena akhir kekotoran. Itulah bagaimana seorang Bhikkhu baik dalam kebijaksanaan;

 

Seperti itulah seseorang baik dalam moralitas, baik dalam praktek, dan baik dalam kebijaksanaan, yang dalam Dhamma dan Vinaya ini disebut seorang yang sempurna, terlatih, tertinggi.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Yang tidak melakukan kesalahan

dari jasmani, ucapan atau pikiran,

disebut seseorang yang baik dalam moralitas,

seorang Bhikkhu yang bersungguh-sungguh.

 

Yang telah dengan baik mengembangkan tujuh

faktor yang mengarah pada pencerahan

disebut seorang yang baik dalam praktek,

seorang Bhikkhu yang rendah hati.

 

Yang memahami bagi dirinya sendiri

dalam kehidupan ini akhir dari penderitaan

disebut seorang yang baik dalam kebijaksanaan,

seorang Bhikkhu yang tanpa noda.

 

Seseorang yang unggul dalam tiga hal ini,

tidak terganggu, dengan keraguan terpotong,

tidak melekat pada apapun di dunia,

telah meninggalkan segalanya, mereka katakan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 98. Memberi

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Terdapat, para Bhikkhu, dua pemberian ini. Suatu pemberian benda-benda materi dan suatu pemberian Dhamma. Yang terbaik dari dua pemberian ini adalah pemberian Dhamma.

 

Terdapat dua tindakan berbagi ini. Berbagi benda-benda materi dan berbagi Dhamma. Yang terbaik dari dua tindakan berbagi ini adalah berbagi Dhamma.

 

Terdapat dua dukungan ini. Dukungan dalam benda-benda materi dan dukungan dalam Dhamma. Yang terbaik dari dua dukungan ini adalah dukungan dalam Dhamma.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Hal itu disebut sebagai yang tertinggi, pemberian termewah,

dan tindakan berbagi yang dipuji oleh Sang Bhagava;

apakah seorang yang bijaksana dan berpikir sehat, berkeyakinan pada ladang yang terbaik,

tidak akan menabur suatu pemberian yang tepat pada waktunya?

 

Bagi mereka yang tekun dalam Ajaran Sang Sugata,

baik mereka yang berbicara dan mereka yang mendengarkan,

berkeyakinan dalam Ajaran Sang Sugata,

suatu pemberian demikian memurnikan tujuan tertinggi.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 99. Tiga Pengetahuan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, Aku menggambarkan seorang Brāhmana yang menguasai pengetahuan tiga Veda dalam hal ajaran, bukan dengan pelafalan resitasi semata.

 

Bagaimana demikian? Yaitu ketika seorang Bhikkhu mengingat banyak jenis kehidupan lampau. Yaitu: satu, dua, tiga, empat, lima, sepuluh, dua puluh, tiga puluh, empat puluh, lima puluh, seratus, seribu, seratus ribu kelahiran kembali; banyak kappa dunia menyusut, banyak kappa dunia mengembang, banyak kappa dunia menyusut dan mengembang. Mereka mengingat: ‘Di sana, aku bernama ini, suku ku adalah itu, aku terlihat seperti ini, dan itulah makananku. Inilah bagaimana aku merasakan kesenangan dan kesakitan, dan inilah bagaimana hidupku berakhir. Ketika aku meninggal dari tempat itu aku terlahir kembali di suatu tempat lainnya. Di sana, juga, aku dinamai ini, suku ku adalah itu, aku terlihat seperti ini, dan itulah makananku. Inilah bagaimana aku merasakan kesenangan dan kesakitan, dan inilah bagaimana hidupku berakhir. Ketika aku meninggal dari tempat itu, aku terlahir kembali di sini.’ Dan begitulah mereka mengingat banyak kehidupan lampau mereka, dengan fitur-itur dan detailnya. Ini adalah pengetahuan pertama yang mereka capai. Ketidak-tahuan telah dihancurkan dan pengetahuan muncul; kegelapan telah dihancurkan dan cahaya muncul, seperti yang terjadi bagi seorang meditator yang rajin, tekun, dan teguh.

 

Lebih jauh, dengan mata dewa yang dimurnikan dan melebihi kemampuan manusia, seorang Bhikkhu melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan terlahir kembali—rendah dan mulia, cantik dan buruk, dalam suatu tempat yang baik atau suatu tempat yang buruk. Mereka memahami bagaimana makhluk-makhluk terlahir kembali berdasarkan perbuatan mereka: ‘Makhluk-makhluk tersayang ini melakukan hal-hal buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Mereka berkata buruk kepada Para Mulia; mereka memiliki pandangan salah; dan mereka memilih bertindak karena pandangan salah itu. Ketika tubuh mereka hancur, setelah kematian, mereka terlahir kembali dalam suatu tempat yang merugikan, suatu tempat yang buruk, alam rendah, neraka. Namun makhluk-makhluk tersayang ini, melakukan hal-hal baik melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Mereka tidak pernah berkata buruk kepada Para Mulia; mereka memiliki pandangan benar; dan mereka memilih bertindak karena pandangan benar itu. Ketika tubuh mereka hancur, setelah kematian, mereka terlahir kembali dalam suatu tempat yang baik, suatu alam surgawi.’ Dan begitulah, dengan mata dewa yang dimurnikan dan melebihi kemampuan manusia, mereka melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan terlahir kembali—rendah dan mulia, cantik dan buruk, dalam suatu tempat yang baik atau suatu tempat yang buruk. Mereka memahami bagaimana makhluk-makhluk terlahir kembali berdasarkan perbuatan mereka. Ini adalah pengetahuan kedua yang mereka capai. Ketidak-tahuan telah dihancurkan dan pengetahuan muncul; kegelapan telah dihancurkan dan cahaya muncul, seperti yang terjadi bagi seorang meditator yang rajin, tekun, dan teguh.

 

Lebih jauh, seorang Bhikkhu merealisasikan kebebasan batin yang tanpa kekotoran dan kebebasan dengan kebijaksanaan dalam kehidupan ini, dan mereka berdiam setelah merealisasinya dengan pandangan terang mereka sendiri karena akhir kekotoran. Ini adalah pengetahuan ketiga yang mereka capai. Ketidak-tahuan telah dihancurkan dan pengetahuan muncul; kegelapan telah dihancurkan dan cahaya muncul, seperti yang terjadi bagi seorang meditator yang rajin, tekun, dan teguh. Itulah bagaimana Aku menggambarkan seorang Brāhmana yang menguasai pengetahuan tiga Veda dalam hal ajaran, bukan dengan pelafalan resitasi semata.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Mereka mengetahui kehidupan lampau mereka,

melihat surga dan tempat yang merugikan,

dan setelah mencapai akhir kelahiran kembali;

orang bijakana itu memiliki pandangan terang yang sempurna.

 

Karena tiga pengetahuan ini

seorang Brāhmana adalah seorang penguasa tiga pengetahuan.

Itulah yang Ku-sebut seorang penguasa tiga-pengetahuan,

dan bukan beberapa pelafal belaka.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Buku Keempat

 

Bagian Pertama

 

Iti 100. Persembahan Dhamma Suci

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Aku, para Bhikkhu, adalah seorang Brāhmana, menjalankan kedermawanan, selalu bertangan terbuka, membawa tubuh terakhir-Ku, seorang Penyembuh, seorang Ahli Bedah. Kalian adalah anak-anak sah-Ku, lahir dari mulut-Ku, lahir dari Dhamma, diciptakan oleh Dhamma, pewaris Dhamma, bukan dalam benda-benda materi.

 

Terdapat dua pemberian ini. Suatu pemberian benda-benda materi dan suatu pemberian Dhamma. Yang terbaik dari dua pemberian ini adalah pemberian Dhamma.

 

Terdapat dua tindakan berbagi ini. Berbagi benda-benda materi dan berbagi Dhamma. Yang terbaik dari dua tindakan berbagi ini adalah berbagi Dhamma.

 

Terdapat dua dukungan ini. Dukungan dalam benda-benda materi dan dukungan dalam Dhamma. Yang terbaik dari dua dukungan ini adalah dukungan dalam Dhamma.

 

Terdapat dua persembahan ini. Persembahan benda-benda materi dan persembahan Dhamma. Yang terbaik dari dua persembahan ini adalah persembahan Dhamma.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Sang Tathāgata, berbelas-kasihan kepada semua makhluk,

tanpa kekikiran mempersembahkan Dhamma.

Makhluk-makhluk memuja-Nya, Yang Utama diantara para dewa dan manusia,

Yang telah pergi melampaui kelahiran kembali.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 101. Mudah untuk Ditemukan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, empat barang-barang sepele ini adalah mudah untuk ditemukan dan tanpa cela. Apakah empat itu? Jubah kain buangan, para Bhikkhu, adalah barang sepele, mudah untuk ditemukan, dan tanpa cela. Suatu gumpalan derma-makanan, para Bhikkhu, adalah barang sepele, mudah untuk ditemukan, dan tanpa cela. Kediaman di akar suatu pohon, para Bhikkhu, adalah barang sepele, mudah untuk ditemukan, dan tanpa cela. Air kencing yang difermentasi sebagai obat, para Bhikkhu, adalah barang sepele, mudah untuk ditemukan, dan tanpa cela. Empat barang-barang sepele ini mudah untuk ditemukan dan tanpa cela. Ketika seorang Bhikkhu puas dengan barang-barang sepele yang mudah ditemukan, mereka memiliki satu faktor kehidupan suci, Aku katakan.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Ketika engkau puas dengan apa yang tanpa cela,

barang sepele, dan mudah untuk ditemukan,

engkau tidak menjadi terganggu

tentang tempat tinggal, jubah,

makanan, dan minuman,

dan engkau tidak terhalangi di manapun.

 

Kualitas-kualitas ini dikatakan sebagai

keseluruhan kehidupan pertapa.

Mereka dikuasai oleh seorang Bhikkhu,

yang puas dan tekun.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 102. Akhir Kekotoran

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, Aku katakan bahwa akhir kekotoran adalah untuk seseorang yang mengetahui dan melihat, bukan untuk seseorang yang tidak mengetahui dan melihat. Bagi seseorang yang mengetahui dan melihat apa? Akhir kekotoran adalah untuk seseorang yang mengetahui dan melihat penderitaan, asalnya, lenyapnya, dan Sang Jalan. Akhir kekotoran adalah untuk seseorang yang mengetahui dan melihat ini.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Sebagai seorang yang masih berlatih yang berlatih,

mengikuti jalan yang lurus,

pertama mereka tahu tentang akhir;

pencerahan mengikuti di kehidupan yang sama.

 

Kemudian pada seseorang yang terbebas melalui pencerahan

pengetahuan akhir muncul,

pengetahuan kebebasan tertinggi,

dengan akhir belenggu-belenggu.

 

Ini bukanlah untuk yang malas,

orang dungu tidak mengerti,

pemadaman direalisasikan

dengan terbebas dari segala ikatan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 103. Para Pertapa dan Brāhmana

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat para pertapa dan Brāhmana yang tidak benar-benar mengerti tentang penderitaan, sumbernya, lenyapnya, dan Sang Jalan. Aku tidak menganggap mereka sebagai para pertapa dan Brāhmana yang sebenarnya. Para yang mulia itu tidak merealisasikan tujuan kehidupan sebagai seorang pertapa atau Brāhmana, dan tidak berdiam setelah merealisasikannya dengan pandangan terang mereka sendiri.

 

Terdapat para pertapa dan Brāhmana yang benar-benar mengerti tentang penderitaan, sumbernya, lenyapnya, dan Sang Jalan. Aku menganggap mereka sebagai para pertapa dan Brāhmana yang sebenarnya. Para yang mulia itu telah merealisasikan tujuan kehidupan sebagai seorang pertapa atau Brāhmana, dan berdiam setelah merealisasikannya dengan pandangan terang mereka sendiri.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Terdapat mereka yang tidak memahami penderitaan

dan penyebab penderitaan,

dan di mana semua penderitaan

lenyap tanpa sisa;

Dan mereka tidak mengetahui Sang Jalan

yang mengarah pada pemadaman penderitaan.

 

Mereka kekurangan kebebasan batin,

begitu juga dengan kebebasan melalui kebijaksanaan.

Tidak dapat mengakhiri,

mereka akan tetap terlahir kembali dan tumbuh menua.

 

Namun terdapat mereka yang memahami penderitaan

dan penyebab penderitaan,

dan di mana semua penderitaan

lenyap tanpa sisa;

Dan mereka memahami Sang Jalan

yang mengarah pada pemadaman penderitaan.

 

Mereka diberkahi dengan kebebasan batin,

begitu juga dengan kebebasan melalui kebijaksanaan.

Dapat mengakhiri,

mereka tidak akan terlahir kembali dan tumbuh menua.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 104. Sempurna Dalam Moralitas

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, contohlah seorang Bhikkhu yang sempurna dalam moralitas, konsentrasi, kebijaksanaan, kebebasan, dan pengetahuan dan penglihatan akan kebebasan. Mereka menasehati dan menginstruksi. Mereka mengedukasi, mendukung, menyemangati, menginspirasi, dan dapat dengan benar menjelaskan Dhamma Sejati. Bahkan melihat para Bhikkhu demikian adalah sangat membantu, Aku katakan. Bahkan untuk mendengar mereka, mendatangi mereka, memberi hormat kepada mereka, mengingat mereka, atau pergi meninggalkan keduniawian setelah mereka adalah sangat membantu, Aku katakan. Bagi mereka yang seringkali memikirkan dan berkumpul dengan para Bhikkhu demikian, spektrum moralitas mereka yang tidak terpenuhi menjadi terpenuhi. Spektrum konsentrasi mereka yang tidak terpenuhi menjadi terpenuhi. Spektrum kebijaksanaan mereka yang tidak terpenuhi menjadi terpenuhi. Spektrum kebebasan mereka yang tidak terpenuhi menjadi terpenuhi. Spektrum pengetahuan dan penglihatan akan kebebasan mereka yang tidak terpenuhi menjadi terpenuhi. Para Bhikkhu demikian disebut ‘guru’, ‘pemimpin karavan’, ‘pembuang sifat buruk’, ‘penghalau kegelapan’, ‘pembawa cahaya’, ‘menerangi’, ‘cahaya’, ‘pembawa pelita’, ‘pembawa sinar’, ‘para mulia’, dan ‘penglihat’.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Inilah alasan untuk berbahagia

bagi mereka yang memahami:

yaitu, bagi mereka yang telah mengembangkan diri sendiri,

para mulia hidup sesuai Dhamma.

 

Mereka menerangi Dhamma Sejati,

memancarkan sinar,

para bijaksana pembawa cahaya,

penglihat dengan sifat buruk yang dibuang.

 

Setelah mendengar instruksi mereka,

orang bijaksana, memahami dengan benar,

secara langsung mengetahui akhir kelahiran kembali,

mereka tidak akan kembali ke kehidupan mendatang.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 105. Kemunculan Nafsu Keinginan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, terdapat empat hal yang membangkitkan nafsu keinginan pada seorang Bhikkhu. Apakah empat itu? Demi jubah, derma-makanan, tempat tinggal, atau kelahiran kembali dalam keadaan ini dan itu. Inilah empat hal yang membangkitkan nafsu keinginan pada seorang Bhikkhu.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Nafsu keinginan adalah suatu rekan seseorang

Ketika mereka bertransmigrasi dalam perjalanan panjang ini.

Mereka pergi dari keadaan ini ke keadaan lain,

tetapi tidak terbebas dari transmigrasi.

 

Mengetahui bahaya ini,

nafsu keinginan adalah penyebab penderitaan—

membersihkan nafsu keinginan, bebas dari kemelekatan,

seorang Bhikkhu akan berjalan dengan penuh perhatian.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 106. Dengan Brahmā

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, suatu keluarga di mana anak-anak menghormati orang tua mereka di rumah mereka disebut sebagai hidup bersama dengan Brahmā. Suatu keluarga di mana anak-anak menghormati orang tua mereka di rumah mereka disebut sebagai hidup bersama dengan para dewa tetua. Suatu keluarga di mana anak-anak menghormati orang tua mereka di rumah mereka disebut sebagai hidup bersama dengan guru pertama. Suatu keluarga di mana anak-anak menghormati orang tua mereka di rumah mereka disebut sebagai hidup bersama dengan mereka yang layak menerima persembahan yang didedikasikan kepada para dewa.

 

‘Brahmā’ adalah istilah bagi orang tua kalian. ‘Para dewa tetua’ adalah istilah bagi orang tua kalian. ‘Guru pertama’ adalah istilah bagi orang tua kalian. ‘Mereka yang layak menerima persembahan yang didedikasikan kepada para dewa’ adalah istilah bagi orang tua kalian. Mengapa demikian? Orang tua sangat membantu bagi anak-anak mereka, mereka membesarkannya, mengasuhnya, dan menunjukkan dunia kepada mereka.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Orang tua disebut ‘Brahmā’

dan ‘guru pertama’.

Mereka layak menerima persembahan yang didedikasikan kepada para dewa dari anak-anak mereka,

karena mereka mencintai keturunannya.

 

Karenanya seorang yang bijaksana

akan memuja mereka dan menghormati mereka

dengan makanan dan minuman,

pakaian dan tempat tidur,

meminyaki dan memandikan,

dan dengan mencuci kaki mereka.

 

Karena mereka menjaga

orang tua mereka seperti ini,

mereka dipuji di dunia ini oleh para bijaksana,

dan mereka pergi untuk bergembira di alam surga.

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 107. Sangat Membantu

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, para Brāhmana dan perumah tangga sangat membantu bagi kalian, karena mereka menyediakan kalian dengan jubah, derma-makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan dan perlengkapannya untuk yang sakit. Dan kalian sangat membantu bagi Brāhmana dan perumah tangga, karena kalian mengajarkan mereka Dhamma yang baik di awal, baik di tengah, dan baik di akhir, penuh makna dan diutarakan dengan baik. Dan kalian menerangkan suatu praktek spiritual yang sepenuhnya lengkap dan murni. Itulah bagaimana Jalan spiritual ini dijalani dalam saling bergantung untuk menyeberangi banjir dan mengakhiri penderitaan sepenuhnya.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Yang berdiam di rumah dan yang tanpa rumah,

bergantung satu sama lain,

menemukan kesuksesan dalam Dhamma Sejati,

keamanan tertinggi.

 

Yang tanpa rumah menerima kebutuhan

dari yang berdiam di rumah:

jubah dan tempat tinggal

untuk berlindung dari kondisi-kondisi kasar.

 

Bersandar pada Sang Sugata,

umat awam yang senang di rumah

menempatkan keyakinan dalam para Arahant,

para meditator dari kebijaksanaan mulia.

 

Setelah mempraktekan Dhamma di sini,

jalan yang mengarah pada suatu tempat yang baik,

mereka bersenang dalam alam surgawi,

menikmati semua kenikmatan yang mereka inginkan.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 108. Para Penipu

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, para Bhikkhu itu yang adalah penipu, keras kepala, penjilat, curang, kurang ajar, dan terpecah: mereka bukanlah para Bhikkhu pengikut-Ku. Mereka telah meninggalkan Dhamma dan Vinaya ini, dan mereka tidak mencapai pertumbuhan, peningkatan, atau kematangan dalam Dhamma dan Vinaya ini. Namun para Bhikkhu itu yang apa adanya, tidak menjilat, bijaksana, penurut, dan tenang: mereka adalah para Bhikkhu pengikut-Ku. Mereka tidak meninggalkan Dhamma dan Vinaya ini, dan mereka mencapai pertumbuhan, peningkatan, atau kematangan dalam Dhamma dan Vinaya ini.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Mereka yang adalah penipu, keras kepala, penjilat, dan curang,

kurang ajar dan terpecah:

mereka tidak tumbuh dalam Dhamma

yang diajarkan oleh Sammā Sambuddha.

 

Namun mereka yang adalah apa adanya, tidak menjilat, bijaksana,

penurut, dan tenang:

mereka tumbuh dalam Dhamma

yang diajarkan oleh Sammā Sambuddha.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 109 Sebuah Sungai

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Misalkan seseorang terbawa oleh suatu arus sungai yang terlihat baik dan menyenangkan. Jika seorang dengan penglihatan yang baik melihatnya, mereka akan berkata: ‘Tuan, bahkan walaupun arus sungai yang membawamu terlihat baik dan menyenangkan, di hilir sana adalah sebuah danau dengan ombak-ombak dan pusaran-pusaran air, hiu-hiu dan monster-monster. Ketika engkau tiba di sana hasilnya adalah kematian atau sakit yang mematikan.’ Maka, ketika mereka mendengar apa yang telah dikatakan, mereka akan mendayung melawan arus dengan menggunakan tangan dan kaki mereka.

 

Aku telah membuat perumpamaan ini untuk menjelaskan maknanya. Dan inilah maknanya. ‘Arus’ adalah istilah untuk nafsu keinginan.

 

‘Terlihat baik dan menyenangkan’ adalah istilah untuk enam bidang indera internal.

 

‘Sebuah danau hilir’ adalah istilah untuk lima belenggu yang lebih rendah.

 

‘Bahaya ombak-ombak’ adalah istilah untuk kemarahan dan penderitaan.

 

‘Pusaran air’ adalah istilah untuk lima jenis perangsang kenikmatan.

 

‘Hiu-hiu dan monster-monster’ adalah istilah untuk para wanita.

 

‘Melawan arus’ adalah istilah untuk pelepasaan keduniawian.

 

‘Mendayung dengan tangan dan kaki’ adalah istilah untuk menjadi bersemangat.

 

‘Seorang dengan penglihatan yang baik’ adalah istilah untuk Sang Tathāgata, Sang Arahant, Sammā Sambuddha.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Dalam kesakitan mereka meninggalkan kenikmatan indera,

beraspirasi pada keamanan di masa depan.

Dengan pemahaman mendalam dan batin yang terbebaskan dengan baik,

mereka merasakan kebebasan universal.

Penguasa pengetahuan itu yang telah menyelesaikan perjalanan spiritual,

dan pergi menuju akhir dunia, disebut ‘seseorang yang telah pergi melampaui’.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 110. Berjalan

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, misalkan seorang Bhikkhu yang memiliki sebuah pikiran nafsu, kejahatan, dan kekejaman ketika berjalan. Mereka mentolerirnya dan tidak meninggalkannya, mengusirnya, menyingkirkannya, dan melenyapkannya. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai ‘tidak tekun atau berhati-hati, selalu malas, dan kurang bersemangat’ ketika berjalan.

 

Misalkan seorang Bhikkhu yang memiliki sebuah pikiran nafsu, kejahatan, dan kekejaman ketika berdiri. Mereka mentolerirnya dan tidak meninggalkannya, mengusirnya, menyingkirkannya, dan melenyapkannya. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai ‘tidak tekun atau berhati-hati, selalu malas, dan kurang bersemangat’ ketika berdiri.

 

Misalkan seorang Bhikkhu yang memiliki sebuah pikiran nafsu, kejahatan, dan kekejaman ketika duduk. Mereka mentolerirnya dan tidak meninggalkannya, mengusirnya, menyingkirkannya, dan melenyapkannya. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai ‘tidak tekun atau berhati-hati, selalu malas, dan kurang bersemangat’ ketika duduk.

 

Misalkan seorang Bhikkhu yang memiliki sebuah pikiran nafsu, kejahatan, dan kekejaman ketika berbaring selagi sadar. Mereka mentolerirnya dan tidak meninggalkannya, mengusirnya, menyingkirkannya, dan melenyapkannya. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai ‘tidak tekun atau berhati-hati, selalu malas, dan kurang bersemangat’ ketika berbaring selagi sadar.

 

Misalkan seorang Bhikkhu yang memiliki sebuah pikiran nafsu, kejahatan, dan kekejaman ketika berjalan. Mereka tidak mentolerirnya, namun meninggalkannya, mengusirnya, menyingkirkannya, dan melenyapkannya. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai ‘tekun dan berhati-hati, selalu bersemangat dan gigih’ ketika berjalan.

 

Misalkan seorang Bhikkhu yang memiliki sebuah pikiran nafsu, kejahatan, dan kekejaman ketika berdiri. Mereka tidak mentolerirnya, namun meninggalkannya, mengusirnya, menyingkirkannya, dan melenyapkannya. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai ‘tekun dan berhati-hati, selalu bersemangat dan gigih’ ketika berdiri.

 

Misalkan seorang Bhikkhu yang memiliki sebuah pikiran nafsu, kejahatan, dan kekejaman ketika duduk. Mereka tidak mentolerirnya, namun meninggalkannya, mengusirnya, menyingkirkannya, dan melenyapkannya. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai ‘tekun dan berhati-hati, selalu bersemangat dan gigih’ ketika duduk.

 

Misalkan seorang Bhikkhu yang memiliki sebuah pikiran nafsu, kejahatan, dan kekejaman ketika berbaring selagi sadar. Mereka tidak mentolerirnya, namun meninggalkannya, mengusirnya, menyingkirkannya, dan melenyapkannya. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai ‘tekun dan berhati-hati, selalu bersemangat dan gigih’ ketika berbaring selagi sadar.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Apakah berjalan atau berdiri,

duduk atau berbaring,

seseorang yang memikirkan suatu pikiran buruk

berhubungan dengan kehidupan duniawi

 

disebut mempraktekan jalan yang salah,

tersesat diantara hal-hal yang mendelusi;

seorang Bhikkhu demikian tidak mampu

menyentuh pencerahan tertinggi.

 

Namun seseorang yang, apakah berdiri atau berjalan,

duduk atau berbaring,

telah menenangkan pikiran-pikirannya,

mencintai kedamaian pikiran;

seorang Bhikkhu demikian mampu

menyentuh pencerahan tertinggi.

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 111. Sempurna Dalam Moralitas

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, hiduplah dengan peraturan moralitas dan Pātimokkha. Hiduplah dengan terkendali dalam aturan perilaku,  latihlah dirimu sendiri dengan baik dan carilah derma makan di tempat yang sesuai. Melihat bahaya dalam kesalahan terkecil, menjaga aturan yang telah kalian ambil.

 

Ketika kalian telah melakukan ini, apa lagi yang harus dilakukan?

 

Misalkan seorang Bhikkhu telah menyingkirkan nafsu dan niat buruk ketika berjalan, dan telah meninggalkan ketumpulan dan kantuk, kegelisahan dan penyesalan, dan keraguan. Semangat mereka dibangkitkan dan tidak padam, perhatian penuh mereka ditegakan dan jelas, tubuh mereka tenang dan tidak terganggu, dan pikiran mereka tercerap dalam samādhi. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai ‘tekun dan berhati-hati, selalu bersemangat dan gigih’ ketika berjalan.

 

Misalkan seorang Bhikkhu telah menyingkirkan nafsu dan niat buruk ketika berdiri, dan telah meninggalkan ketumpulan dan kantuk, kegelisahan dan penyesalan, dan keraguan. Semangat mereka dibangkitkan dan tidak padam, perhatian penuh mereka ditegakan dan jelas, tubuh mereka tenang dan tidak terganggu, dan pikiran mereka tercerap dalam samādhi. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai ‘tekun dan berhati-hati, selalu bersemangat dan gigih’ ketika berdiri.

 

Misalkan seorang Bhikkhu telah menyingkirkan nafsu dan niat buruk ketika duduk, dan telah meninggalkan ketumpulan dan kantuk, kegelisahan dan penyesalan, dan keraguan. Semangat mereka dibangkitkan dan tidak padam, perhatian penuh mereka ditegakan dan jelas, tubuh mereka tenang dan tidak terganggu, dan pikiran mereka tercerap dalam samādhi. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai ‘tekun dan berhati-hati, selalu bersemangat dan gigih’ ketika duduk.

 

Misalkan seorang Bhikkhu telah menyingkirkan nafsu dan niat buruk ketika berbaring selagi sadar, dan telah meninggalkan ketumpulan dan kantuk, kegelisahan dan penyesalan, dan keraguan. Semangat mereka dibangkitkan dan tidak padam, perhatian penuh mereka ditegakan dan jelas, tubuh mereka tenang dan tidak terganggu, dan pikiran mereka tercerap dalam samādhi. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai ‘tekun dan bijaksana, selalu bersemangat dan gigih’ ketika atau ketika berbaring selagi sadar.”

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Berjalan dengan hati-hati, berdiri dengan hati-hati,

duduk dengan hati-hati, berbaring dengan hati-hati;

seorang Bhikkhu dengan hati-hati melekukan tangan dan kakinya,

dan dengan hati-hati merentangkannya.

 

Di atas, di bawah, dan di sekeliling,

sejauh bumi terbentang;

mereka mengamati kemunculan dan kejatuhan

dari fenomena seperti gugus-gugus kehidupan.

 

Bermeditasi dengan tekun seperti ini,

damai dan stabil,

berlatih dalam apa yang mengarah pada kedamaian batin,

selalu tetap penuh perhatian;

mereka menyebut seorang Bhikkhu demikian

‘selalu gigih’.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.

 

Iti 112. Dunia

 

Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.

 

“Para Bhikkhu, dunia telah dipahami oleh Sang Tathāgata; dan Ia terlepas dari dunia. Asal mula dunia telah dimengerti oleh Sang Tathāgata; dan Ia telah meninggalkan asal mula dunia. Lenyapnya dunia telah dipahami oleh Sang Tathāgata; dan Ia telah merealisasikan lenyapnya dunia. Praktek yang mengarah pada lenyapnya dunia telah dimengerti oleh Sang Tathāgata; dan Ia telah mengembangkan praktek yang mengarah pada lenyapnya dunia.

 

Di dunia ini—dengan para dewa, Māra, dan Brahmā, populasi ini dengan para pertapa dan Brāhmana-nya; para dewa dan manusia-nya—apakah yang dilihat, didengar, dipikir, diketahui, dicari, dan dieksplorasi oleh pikiran, semua itu telah dipahami oleh Sang Tathāgata. Itulah mengapa Ia disebut ‘Sang Tathāgata’.

 

Sejak malam ketika Sang Tathāgata memahami pencerahan terbaik nan tertinggi hingga malam Ia menjadi sepenuhnya padam—melalui prinsip alami pemadaman, tanpa apapun yang tersisa—semua yang Ia bicarakan, katakan, dan utarakan adalah nyata, bukan sebaliknya. Itulah mengapa ia disebut ‘Sang Tathāgata’.

 

Sang Tathāgata melakukan sesuai yang Ia katakan, dan berkata sesuai yang Ia lakukan. Karena begitu, itulah mengapa ia disebut ‘Sang Tathāgata’.

 

Di dunia ini—dengan para dewa, Māra, dan Brahmā, populasi ini dengan para pertapa dan Brāhmana-nya; para dewa dan manusia-nya—Sang  Tathāgata adalah Yang Tidak Terkalahkan, Sang Pemenang, Penglihat Dunia, Pemegang Kekuatan. Itulah mengapa Ia disebut ‘Sang Tathāgata’.

 

Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:

 

“Secara langsung mengetahui dunia sebagaimana adanya,

dan semua didalamnya,

Ia terlepas dari seluruh dunia,

terbebas dari seluruh dunia.

 

Orang Bijaksana itu adalah Pemenang

yang terbebas dari segala ikatan.

Ia telah mencapai kedamaian tertinggi:

pemadaman, tidak takut pada bagian apapun.

 

Ia adalah Sang Buddha, dengan akhir kekotoran,

tak terganggu, dengan keraguan terpotong.

Ia telah mencapai akhir segala kamma,

terbebas dengan akhir kemelekatan.

 

Sang Bhagava adalah Sang Buddha,

Ia adalah Singa Tertinggi,

di seluruh dunia dengan para dewa-nya,

Ia memutar roda suci.

 

Dan juga para dewa dan manusia itu,

yang telah pergi berlindung kepada Sang Buddha,

datang bersama dan memuja-Nya,

bahkan para dewa memuja-Nya:

 

‘Jinak, Ia adalah Penjinak Terbaik,

damai, Ia adalah Pertapa diantara yang damai,

terbebas, Ia adalah Yang Terunggul diantara para pembebas,

menyeberang, Ia adalah Yang Terbaik dari para pemandu.’

 

Dan begitulah mereka memuja-Nya,

Berbatin besar dan telah menyingkirkan kenaifan,

Di dalam dunia dengan para dewa-nya,

Ia tidak ada bandingan-Nya.”

 

Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.


Tibetan Udānavarga

  Udānavarga ini dikompilasikan oleh Dharmatrāta. Diterjemahkan ke dalam bahasa Tibet oleh Pandita dari India bernama Vidyaprabhakara dan Lo...