Diterjemahkan dari teks milik Bhante Anandajoti.
Anda dipersilahkan menyalin, merubah bentuk, mencetak, mempublikasi, dan mendistribusikan karya ini dalam media apapun, dengan syarat: (1) tidak diperjualbelikan; (2) Dinyatakan dengan jelas bahwa segala turunan dari karya ini (termasuk terjemahan) diturunkan dari dokumen sumber ini; dan (3) menyertakan teks lisensi ini lengkap dalam semua salinan atau turunan dari karya ini. Jika tidak, maka hak penggunaan tidak diberikan.
Prepared for SuttaCentral by Ayya Vimala.
Khotbah tentang Analisis Topik
Arthaviniścayasūtram
Uraian
Terpujilah Sang Buddha!
Demikianlah telah
saya dengar:
Pada suatu ketika
Sang Bhagavān sedang menetap
didekat Śrāvastī, di
rumah ibu Mṛgāra, di Taman Timur, bersama dengan 1250 Bhikṣu Saṅgha.
Di sana Sang Bhagavān, dengan suara yang tegas, dalam, merdu,
mulia tanpa cela, berbicara kepada para Bhikṣu (dengan
berkata:)
“Aku akan mengajarkan Dharma kepada kalian, para Bhikṣu, ajaran-ajaran itu yang baik di
awal, baik di tengah, dan baik di akhir, dengan maknanya, dengan kata-kata (yang benar), Aku akan mengenalkan kehidupan spiritual
yang lengkap, terpenuhi, sempurna, yaitu, khotbah Dharma yang dikenal
sebagai Analisis Topik. Dengarkan dengan baik dan hati-hati, gunakan pikiran
kalian, dan Aku akan berbicara.”
“Baiklah, Bhagavān,” para Bhikṣu menjawab Sang Bhagavān, dan Sang Bhagavān mengatakan ini:
“Apa, para Bhikṣu, khotbah Dharma yang dikenal sebagai Analisis Topik?
Itu adalah:
1. Lima kelompok
unsur kehidupan (batin dan jasmani),
2. Lima kelompok
unsur kehidupan (batin dan jasmani) yang menjadi landasan kemelekatan,
3. Delapan belas
unsur,
4. Dua belas
bidang indria,
5. Dua belas
faktor asal mula yang bergantungan,
6. Empat
kebenaran mulia,
7. Dua puluh dua
indriya,
8. Empat dhyānā,
9. Empat pencapaian
tanpa bentuk,
10. Empat
kediaman luhur,
11. Empat cara
praktik,
12. Empat
pengembangan konsentrasi,
13. Empat cara
perhatian benar,
14. Empat usaha
benar,
15. Empat
landasan kekuatan spiritual,
16. Lima indriya,
17. Lima
kekuatan,
18. Tujuh faktor pencerahan,
19. Jalan mulia
berunsur delapan,
20. Enam belas
cara perhatian penuh ketika bernafas,
21. Empat faktor
pemasuk arus,
22. Sepuluh
kekuatan Tathāgata,
23. Empat
kepercayaan diri,
24. Empat
pengetahuan analitis,
25. Delapan belas
kualitas luar biasa Sang Buddha,
26. Tiga puluh
dua tanda Manusia Luar Biasa,
27. Delapan puluh
tanda sekunder.
Inilah, para Bhikṣu, yang disebut sebagai khotbah Dharma yang dikenal sebagai Analisis Topik.
1. Lima Kelompok
Unsur Kehidupan
Disini, para Bhikṣu, apakah lima kelompok unsur kehidupan?
Itu adalah:
1. Kelompok unsur
bentuk,
2. Kelompok unsur
perasaan,
3. Kelompok unsur
persepsi,
4. Kelompok unsur
bentukan kehendak,
5. Kelompok unsur
kesadaran.
Inilah, para Bhikṣu, lima kelompok unsur kehidupan.
2. Lima Kelompok
Unsur Kehidupan Yang Menjadi Landasan Kemelekatan
Disini, para Bhikṣu, apakah lima kelompok unsur kehidupan (batin dan jasmani) yang menjadi
landasan kemelekatan?
Itu adalah:
1. Kelompok unsur
bentuk yang menjadi landasan kemelekatan,
2. Kelompok unsur
perasaan yang menjadi landasan kemelekatan,
3. Kelompok unsur
persepsi yang menjadi landasan kemelekatan,
4. Kelompok unsur
bentukan kehendak yang menjadi landasan kemelekatan,
5. Kelompok unsur
kesadaran yang menjadi landasan kemelekatan.
Inilah, , para Bhikṣu, lima kelompok unsur kehidupan (batin dan jasmani) yang menjadi landasan
kemelekatan.
3. Delapan Belas
Unsur
Disini, para Bhikṣu, apakah delapan belas unsur?
Itu adalah:
1. Unsur mata,
2. Unsur bentuk,
3. Unsur
kesadaran mata,
4. Unsur telinga,
5. Unsur suara,
6. Unsur
kesadaran telinga,
7. Unsur hidung,
8. Unsur
bau-bauan,
9. Unsur
kesadaran hidung,
10. Unsur lidah,
11. Unsur rasa
kecapan,
12. Unsur
kesadaran lidah,
13. Unsur tubuh,
14. Unsur objek
sentuhan,
15. Unsur
kesadaran tubuh,
16. Unsur pikiran,
17. Unsur
fenomena pikiran,
18. Unsur
kesadaran pikiran.
Inilah, para Bhikṣu, yang disebut sebagai delapan belas unsur.
4. Dua Belas
Bidang Indria
Disini, para Bhikṣu, apakah dua belas bidang indria?
Itu adalah:
1. Bidang
internal indria mata,
2. Bidang
eksternal indria bentuk,
3. Bidang
internal indria telinga,
4. Bidang
eksternal indria suara,
5. Bidang
internal indria hidung,
6. Bidang
eksternal indria bau-bauan,
7. Bidang
internal indria lidah,
8. Bidang
eksternal indria rasa kecapan,
9. Bidang
internal indria tubuh,
10. Bidang
eksternal indria objek sentuhan,
11. Bidang
internal indria pikiran,
12. Bidang
eksternal indria fenomena pikiran.
Inilah, para Bhikṣu, yang disebut sebagai dua belas bidang indria.
5. Dua Belas
Faktor Asal Mula Yang Bergantungan
Disini, para Bhikṣu, apakah dua belas faktor asal mula yang bergantungan?
Itu adalah:
1. Dengan ketidak
tahuan sebagai kondisi: bentukan-bentukan kehendak,
2. Dengan
bentukan-bentukan kehendak sebagai kondisi: kesadaran,
3. Dengan
kesadaran sebagai kondisi: batin dan jasmani,
4. Dengan batin
dan jasmani sebagai kondisi: enam landasan indria,
5. Dengan enam
landasan indria sebagai kondisi: kontak,
6. Dengan kontak
sebagai kondisi: perasaan,
7. Dengan
perasaan sebagai kondisi: ketagihan,
8. Dengan
ketagihan sebagai kondisi: kemelekatan,
9. Dengan
kemelekatan sebagai kondisi: penjelmaan,
10. Dengan
penjelmaan sebagai kondisi: kelahiran,
11. Dengan
kelahiran sebagai kondisi:
12. Penuaan, kematian, kesedihan, ratapan,
kesakitan, ketidak-senangan, dan keputus-asaan semua muncul, demikianlah
asal-mula dari keseluruhan kumpulan
besar penderitaan.
1. Tetapi, dari
lenyapnya ketidak tahuan, itu adalah lenyapnya bentukan-bentukan kehendak,
2. Dari lenyapnya
bentukan-bentukan kehendak, lenyapnya kesadaran,
3. Dari lenyapnya
kesadaran, lenyapnya batin dan jasmani,
4. Dari lenyapnya
batin dan jasmani, lenyapnya enam landasan indria,
5. Dari lenyapnya
enam landasan indria, lenyapnya kontak,
6. Dari lenyapnya
kontak, lenyapnya perasaan,
7. Dari lenyapnya
perasaan, lenyapnya ketagihan,
8. Dari lenyapnya
ketagihan, lenyapnya kemelekatan,
9. Dari lenyapnya
kemelekatan, lenyapnya penjelmaan,
10. Dari
lenyapnya penjelmaan, lenyapnya kelahiran,
11. Dari
lenyapnya kelahiran:
12. Penuaan, kematian, kesedihan, ratapan,
kesakitan, ketidak-senangan, dan keputus-asaan semua lenyap, demikianlah lenyapnya
keseluruhan kumpulan besar
penderitaan.
5.1 Ketidak Tahuan
Disini apakah
ketidak tahuan?
Itu adalah:
Tidak mengetahui
masa lalu, tidak mengetahui masa depan, tidak mengetahui saat ini, tidak
mengetahui internal, tidak mengetahui eksternal, tidak mengetahui internal dan
eksternal, tidak mengetahui apa itu (kehendak) perbuatan, tidak mengetahui
hasil, tidak mengetahui (kehendak) perbuatan dan hasilnya; tidak mengetahui
tindakan baik, tidak mengetahui tindakan buruk, tidak mengetahui apa itu
tindakan baik dan buruk; tidak mengetahui penyebab, tidak mengetahui hasilnya,
tidak mengetahui penyebab dan hasilnya; tidak mengetahui asal mula penyebab
dari segala sesuatu, tidak mengetahui kemunculan bergantungan, tidak mengetahui
kemunculan bergantungan segala sesuatu; tidak mengetahui Buddha, tidak
mengetahui Dharma, tidak mengetahui Saṁgha, tidak mengetahui penderitaan, tidak mengetahui asal mulanya, tidak
mengetahui lenyapnya, tidak mengetahui Sang Jalan, tidak mengetahui hal-hal
yang bajik dan tidak bajik, tidak mengetahui hal-hal yang tercela dan tidak
tercela; tidak mengetahui apa saja yang seharusnya dan tidak seharusnya
dipraktekkan, tidak mengetahui apa saja yang rendah dan unggul, (atau) gelap
dan terang.
Sehubungan dengan
enam bidang indria, kebutaan, atau kurangnya penembusan, kurangnya pemahaman,
kurangnya pengetahuan tentang arah segala sesuatu, sepenuhnya terdelusi,
kebingungan karena ketidak tahuan.
Inilah yang
dikatakan sebagai ketidak tahuan.
5.2 Bentukan Bentukan Kehendak
Dengan ketidak
tahuan sebagai kondisi: bentukan bentukan kehendak dikatakan.
Apakah bentukan
bentukan kehendak?
Ada tiga bentukan
kehendak:
1. Bentukan
tubuh,
2. Bentukan
ucapan,
3. Bentukan
batin.
1. Apakah
bentukan tubuh?
Napas-masuk
dan napas-keluar, hal-hal ini
adalah jasmaniah, (mereka)
bergantung pada tubuh, terhubung dengan tubuh, ada dengan bergantung pada
tubuh. Itulah sebabnya mengapa napas-masuk dan napas-keluar dikatakan sebagai bentukan tubuh.
2. Apakah
bentukan ucapan?
Setelah berpikir
dan memeriksa ia mengucapkan
kata-kata, bukan tanpa berpikir, bukan tanpa memeriksa. Itulah sebabnya mengapa
berpikir dan memeriksa dikatakan sebagai bentukan ucapan.
3. Apakah
bentukan batin?
Apapun niatan berhasrat,
niatan kebencian, niatan terdelusi (adalah), faktor batiniah, (mereka)
bergantung pada pikiran, terhubung pada pikiran, ada dengan bergantung pada
pikiran. Itulah sebabnya niatan dikatakan sebagai bentukan batin.
Inilah, para Bhikṣu, yang disebut sebagai tiga bentukan-bentukan kehendak.
5.3 Kesadaran
Dengan bentukan
bentukan kehendak sebagai kondisi: kesadaran dikatakan.
Apakah kesadaran?
Ada enam kelompok
kesadaran.
Apa enam itu?
Itu adalah:
1. Kesadaran
mata,
2. Kesadaran
telinga,
3. Kesadaran
hidung,
4. Kesadaran
lidah,
5. Kesadaran
tubuh,
6. Kesadaran
pikiran.
Inilah yang
disebut sebagai kesadaran didalam kelompok enam kesadaran.
5.4 Batin Dan Jasmani
Dengan kesadaran
sebagai kondisi: batin dan jasmani dikatakan.
Disini, apakah
itu batin?
Batin adalah
empat komponen tidak berbentuk.
Apa empat itu?
1. Komponen
perasaan,
2. Komponen
persepsi,
3. Komponen
bentukan bentukan kehendak,
4. Komponen
kesadaran.
Inilah batin.
Apakah itu
jasmani?
Apapun yang
berasal, dari semua ini: empat unsur utama, dan apapun yang berasal dari empat
unsur utama.
Apa empat itu?
1. Unsur tanah,
2. Unsur air,
3. Unsur api,
4. Unsur angin.
1. Apakah unsur
tanah?
Apapun yang berat
dan padat.
2. Apakah unsur
air?
Apapun yang cair
dan mengalir.
3. Apakah unsur
api?
Apapun yang panas
dan memasakkan.
4. Apakah unsur
angin?
Apapun yang
fleksibel, tersebar dan ringan dalam pergerakan.
Inilah jasmani
dan sebelumnya adalah batin.
Keduanya bersama
sama secara singkat yang disebut sebagai
batin dan jasmani.
5.5 Enam Landasan Indria
Dengan batin dan
jasmani sebagai kondisi: enam landasan indria dikatakan.
Apakah enam
landasan indria?
Adalah enam
landasan internal indria.
Itu adalah:
1. Landasan
indria mata,
2. Landasan
indria telinga,
3. Landasan
indria hidung,
4. Landasan
indria lidah,
5. Landasan
indria tubuh,
6. Landasan
indria pikiran.
Inilah yang
disebut sebagai enam landasan indria.
5.6 Kontak
Dengan enam
landasan indria sebagai kondisi: kontak dikatakan.
Apakah kontak?
Kelompok dari
enam kontak.
Apakah enam itu?
1. Kontak mata,
2. Kontak
telinga,
3. Kontak hidung,
4. Kontak lidah,
5. Kontak tubuh,
6. Kontak
pikiran.
Inilah yang
disebut sebagai kontak.
5.7 Perasaan
Dengan kontak
sebagai kondisi: perasaan dikatakan.
Apakah perasaan?
Enam kelompok
perasaan.
Apakah enam itu?
(1) Persaan yang
muncul dari kontak mata, yang menyenangkan, tidak menyenangkan, bukan tidak
senang dan bukan senang, dan juga (2-6) perasaan yang muncul dari kontak
telinga, hidung, lidah, tubuh, dan kontak pikiran, yang menyenangkan, tidak
menyenangkan, bukan tidak senang dan bukan senang.
Inilah yang
disebut sebagai perasaan.
5.8 Ketagihan
Dengan perasaan
sebagai kondisi: ketagihan dikatakan.
Apakah ketagihan?
Enam kelompok
ketagihan.
Apakah enam itu?
1. Ketagihan pada
bentuk,
2. Ketagihan pada
suara,
3. Ketagihan pada
bau-bauan,
4. Ketagihan pada
rasa kecapan,
5. Ketagihan pada
objek sentuhan,
6. Ketagihan pada
fenomena pikiran.
Inilah yang
disebut sebagai ketagihan.
5.9 Kemelekatan
Dengan ketagihan
sebagai kondisi: kemelekatan dikatakan.
Apakah kemelekatan?
Ada empat
kemelakan.
Apakah empat itu?
1. Kemelekatan
kenikmatan indria,
2. Kemelekatan
pada pandangan pandangan,
3. Kemelekatan
pada aturan dan praktek,
4. Kemelekatan
pada pandangan diri.
Inilah yang
disebut sebagai kemelekatan.
5.10 Penjelmaan
Dengan
kemelekatan sebagai kondisi: penjelmaan dikatakan.
Apakah
penjelmaan?
(Ada) tiga
penjelmaan.
Apakah tiga itu?
Itu adalah:
1. Penjelmaan di
alam nafsu,
2. Penjelmaan di
alam bentuk,
3. Penjelmaan di
alam tanpa bentuk.
Disini, apakah
penjelmaan di alam nafsu?
(alam nafsu)
tersebut adalah:
1. Neraka
Ada delapan jenis
neraka panas.
Apakah delapan
itu?
Itu adalah:
1. (Neraka)
“Hidup kembali” (Saṁjīva),
2. (Neraka)
“Benang hitam” (Kālasūtra),
3. (Neraka)
“Menghancurkan” (Saṁghāta).
4. (neraka) “Panas”
(Raurava),
5. (Neraka)
“Sangat panas” (Mahāraurava),
6. (Neraka)
“Penyesalan” (Tapana),
7. (Neraka)
“Cacian” (Pratāpana),
8. (Neraka)
“Tidak pernah berhenti” (Avīci).
Ada delapan jenis
neraka dingin.
(Apakah delapan
itu?)
Itu adalah:
1. (Neraka) “Tumor”
(Arbuda),
2. (Neraka)
“Tumor besar” (Nirarbuda),
3. (Neraka)
“Jeritan” (Aṭaṭa),
4. (Neraka)
“Keluhan” (Hahavaḥ),
5. (Neraka)
“Cuitan” (Huhuva),
6. (Neraka)
“Teratai biru” (Utpala),
7. (Neraka)
“Teratai merah” (Padma),
8. (Neraka)
“Teratai merah besar” (Mahāpadma).
2. Hantu (Pretaḥ),
3. Binatang,
4. Manusia,
5. Dewa.
Ada Dewa dewa di
enam alam nafsu.
Apakah enam itu?
1. Dewa dewa yang
dikenal sebagai “Empat Raja Besar” (Cātur-mahā-rājikā),
2. Dewa dewa
“Tiga Puluh Tiga Dewa” (Trayas-triṁśā),
3. (Dewa-dewa)
Yāma,
4. (Dewa-dewa)
“Puas” (Tuṣitā),
5. Dewa dewa yang
“Senang dalam Menciptakan” (Nirmāṇa-rataya),
6. Dewa dewa yang
“Menggunakan Kekuatan dari Ciptaan Dewa Lain” (Paranirmita-vaśavarti).
Disini, apakah
penjelmaan di alam bentuk?
Itu adalah:
1. Pengikut
Brahma (Brahma-kāyikā),
2. Mentri Brahma
(Brahma-purohitā),
3. Maha Brahma,
4. (Brahma)
Cahaya Terbatas (Parīttābhā),
5. (Brahma)
Cahaya Tak Terbatas (Apramāṇābhā),
6. (Brahma)
Pancaran Cahaya (Ābhāsvarā),
7. (Brahma)
Keindahan Terbatas (Parītta-Śubhā),
8. (Brahma)
Keindahan Bercahaya (Śubha-Kṛtsnā),
9. (brahma)
Gemilang (Anabhrakā),
10. (Brahma)
Terlahir dari Jasa (Puṇya-Prasavā),
11. (Brahma)
Hasil Meningkat (Bṛhat-Phalā),
12. (Brahma)
Tidak Lagi Meningkat (Abṛhā),
13. (Brahma)
Tanpa Gangguan (Atapā),
14. (Brahma)
Terlihat indah (Sudṛśā),
15. (Brahma)
Indah (Sudarśanā),
16. (Brahma) Yang
Tertinggi (Akaniṣṭhā).
Apakah penjelmaan
di alam tanpa bentuk?
Itu adalah:
1. Landasan Ruang
Tanpa Batas,
2. Landasan
Kesadaran Tanpa Batas,
3. Landasan Kekosongan,
4. Landasan Bukan
Persepsi juga Bukan Tiada Persepsi.
Dewa tanpa bentuk
muncul dalam empat cara sesuai (tingkatan dari) meditasi pikiran saja.
Inilah yang
disebut sebagai elemen tanpa bentuk.
Inilah tiga jenis
penjelmaan.
Inilah yang
disebut sebagai penjelmaan.
5.11 Kelahiran
Dengan penjelmaan
sebagai kondisi: kelahiran dikatakan.
Apakah kelahiran?
Untuk berbagai
makhluk dari berbagai kelas makhluk inilah (proses dari) kelahiran, menjadi
lahir, terlahir kembali, muncul, timbul, manifestas, memiliki
komponen-komponen, memiliki elemen-elemen, memiliki enam landasan indria,
pembuatan komponen-komponen pikiran, munculnya indriya kehidupan, disatukan
dalam masing-masing bagian.
Inilah yang
disebut sebagai kelahiran.
5.12 Penuaan dan Kematian
Dengan kelahiran
sebagai kondisi: penuaan dan kematian disebut.
Apakah penuaan?
Apapun yang
mengalami kebotakan, rambut memutih, kulit keriput, penuaan, kebungkukan,
kebengkokan, kelengkungan, pembengkokan, berderak di tenggorokan ketika nafas
masuk dan nafas keluar, bintik di anggota tubuh, ditopang dengan tongkat, tubuh
membungkuk kedepan, menurunnya kemampuan indria, terputusnya kondisi (untuk
hidup), saat menjadi kuno, kelesuhan, tidak enak badan, kelemahan, menyusut
jauh, sempurna menyusut.
Inilah yang disebut
usia tua.
Apakah kematian?
Untuk berbagai
makhluk dari berbagai kelas makhluk menjadi gugur, kejatuhan, menyusut jauh,
lenyapnya, pembuatan waktu, semakin menyusut usianya, berkurang jauh panas dan
vitalitasnya, berhentinya vitalitas kehidupan, terpisahnya komponen komponen.
Inilah yang
disebut kematian.
Kematian dan
penuaan, keduanya bersama secara singkat apa yang disebut sebagai penuaan dan
kematian.
Inilah, para Bhikṣu, dua belas faktor asal mula yang bergantungan.
6. Empat
Kebenaran Mulia
Disini, (para Bhikṣu,) apakah empat kebenaran mulia?
(Itu adalah:)
1. Kebenaran
mulia penderitaan,
2. Kebenaran
mulia asal mula penderitaan,
3. Kebenaran
mulia lenyapnya penderitaan,
4. Kebenaran
mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan,
6.1 Kebenaran Mulia Penderitaan
Disini, apakah
kebenaran mulia penderitaan?
(itu adalah:)
Kelahiran adalah
penderitaan,
usia tua adalah
penderitaan,
sakit adalah
penderitaan,
kematian adalah
penderitaan,
berpisah dari
yang disukai adalah penderitaan,
berkumpul dengan
yang tidak disukai adalah penderitaan,
tidak mendapatkan
apa yang diinginkan dan dicari adalah penderitaan,
singkatnya, lima
kelompok unsur kehidupan (batin dan jasmani) yang menjadi landasan kemelekatan
adalah penderitaan.
Inilah yang
disebut sebagai kebenaran mulia penderitaan.
6.2 Kebenaran Mulia Asal Mula Penderitaan
Apakah kebenaran
mulia asal mula penderitaan?
Itu adalah:
Adalah
ketagihan yang menuntun menuju penjelmaan baru, berhubungan dengan kesenangan dan nafsu, sangat menyenangi ini dan itu.
Inilah yang
disebut sebagai kebenaran mulia asal mula penderitaan.
6.3 Kebenaran Mulia Lenyapnya Penderitaan
Apakah kebenaran
mulia lenyapnya penderitaan?
Apapun ketagihan
yang menuntun menuju penjelmaan baru, berhubungan dengan kesenangan dan nafsu, sangat menyenangi ini dan itu, ditinggalkannya
tanpa sisa, melepaskan, membuangnya, dihancurkan, memudarnya, berhentinya,
ditenangkan dan dilenyapkan.
Inilah yang
disebut sebagai kebenaran mulia lenyapnya penderitaan.
6.4 Kebenaran Mulia Jalan Menuju Lenyapnya Penderitaan
Disini, apakah
kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan?
Itu adalah Jalan
Mulia Berunsur Delapan yang dimulai dari pandangan benar dan seterusnya.
Itu adalah:
1. Pandangan
benar,
2. pikiran benar,
3. ucapan benar,
4. perbuatan
benar,
5. penghidupan
benar,
6. usaha benar,
7. perhatian
benar,
8. konsentrasi
benar.
Inilah yang
disebut sebagai kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan.
Inilah, para Bhikṣu, empat kebenaran mulia.
7. Dua Puluh Dua
Indriya
Disini, para Bhikṣu , apakah dua puluh dua indriya?
Itu adalah:
1. Indriya mata,
2. indriya
telinga,
3. indriya
hidung,
4. indriya lidah,
5. indriya tubuh,
6. indriya
pikiran,
7. indriya
perempuan,
8. indriya
laki-laki,
9. indriya
kehidupan,
10. indriya
penderitaan,
11. indriya
kesedihan,
12. indriya
kenikmatan,
13. indriya
kesenangan,
14. indriya
keseimbangan,
15. indriya
keyakinan,
16. indriya
kegigihan,
17. indriya
perhatian,
18. indriya
konsentrasi,
19. indriya
kebijaksanaan,
20. indriya “Aku
akan mengetahui apa yang tidak diketahui”.
21. indriya
memahami,
22. indriya
sepenuhnya memahami.
Inilah, para Bhikṣu, dua puluh dua indriya.
8. Empat Dhyānā
Disini, para Bhikṣu, apakah empat dhyānā?
1. Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu, dengan terasing dari kenikmatan-kenikmatan indria,
terasing dari hal-hal yang jahat dan tidak bajik, memiliki pemikiran,
pemeriksaan, dan kebahagiaan juga sukacita yang terlahir dari keterasingan,
berdiam dalam pencapaian dhyānā pertama.
2. Dengan
menenangkan pemikiran dan pemeriksaan, dengan kejernihan internal, dan
keterpusatan pikiran, menjadi tanpa pemikiran, tanpa pemeriksaan, memperoleh
kebahagiaan dan sukacita yang terlahir dari konsentrasi, dia berdiam dalam
pencapaian dhyānā kedua.
3. Dengan
memudarnya sukacita dia berdiam dalam keseimbangan, penuh perhatian, mengetahui
dengan jelas, mengalami kebahagiaan di seluruh tubuh, yang dikatakan oleh Para
Mulia: Ia berdiam dengan bahagia, penuh perhatian, dan tenang. (demikian) dia
berdiam dalam pencapaian dhyānā ketiga.
4. Setelah
meninggalkan kenikmatan dan meninggalkan kesakitan, dan dengan hilangnya
kesenangan dan kesedihan batin sebelumnya, tanpa kesakitan, tanpa kenikmatan,
dan dengan perhatian yang sepenuhnya murni dan keseimbangan, dia berdiam dalam
pencapaian dhyānā keempat.
Inilah, para Bhikṣu, empat dhyānā.
9. Empat
Pencapaian Tanpa Bentuk
Disini, para Bhikṣu, apakah empat pencapaian tanpa bentuk?
1. Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu, setelah sepenuhnya melampaui persepsi
bentuk-bentuk, dengan lenyapnya persepsi
kontak indria, dengan
tanpa-perhatian pada persepsi keberagaman, (ia memahami): ‘ruang adalah tanpa batas,’ berdiam dalam landasan ruang tanpa batas.
2. Setelah
sepenuhnya melampaui landasan ruang tanpa batas, (ia memahami): ‘kesadaran
adalah tanpa batas,’ ia berdiam
dalam landasan kesadaran tanpa batas.
3. Setelah
sepenuhnya melampaui landasan kesadaran tanpa batas, (ia memahami): ‘tidak
ada apa-apa,’ ia berdiam dalam
landasan kekosongan.
4. Setelah
sepenuhnya melampaui landasan kekosongan, ia berdiam dalam landasan bukan
persepsi juga bukan bukan-persepsi.
Inilah, para Bhikṣu, yang disebut sebagai empat pencapaian tanpa bentuk.
10. Empat
Kediaman Luhur
(Disini, para Bhikṣu,) apakah empat kediaman luhur?
Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu (1) dengan memiliki cinta kasih, dengan pikiran
bebas dari kebencian, permusuhan, dan niat buruk, mulia, luas, tanpa
terkecuali, tidak terukur, terkembang dengan baik, dengan (pikiran) yang
terbebas melalui konsentrasi dia berdiam meliputi satu arah (dengan cinta
kasih), demikian pula (arah) kedua, demikian pula (arah) ketiga, demikian pula
(arah) keempat, demikian pula dalam (arah) teratas, (arah) terbawah, dan di seluruh dunia di semua tempat, (ia
berdiam) dengan memiliki cinta kasih, dengan pikiran bebas dari kebencian,
permusuhan, dan niat buruk, mulia, luas, tanpa terkecuali, tidak terukur,
terkembang dengan baik, dengan (pikiran) yang terbebas melalui konsentrasi dia
berdiam meliputi satu arah (dengan cinta kasih).
Juga, (2) dengan
memiliki belas kasihan ... (3) dengan memiliki kegembiraan altruistik ... (4) dengan memiliki keseimbangan ...
dengan pikiran bebas dari kebencian, permusuhan, dan niat buruk, mulia, luas,
tanpa terkecuali, tidak terukur, terkembang dengan baik, dengan (pikiran) yang
terbebas melalui konsentrasi dia berdiam meliputi satu arah (dengan
keseimbangan).
Inilah, para Bhikṣu, empat kediaman luhur.
11. Empat Cara
Praktik
Disini, para Bhikṣu, apakah empat cara praktik?
1. Ada, para Bhikṣu, praktik yang menyakitkan dan lambat dalam pengetahuan,
2. praktik yang
menyakitkan dan cepat dalam pengetahuan,
3. praktik yang
menyenangkan dan lambat dalam pengetahuan,
4. praktik yang
menyenangkan dan cepat dalam pengetahuan.
11.1 Praktik Yang Menyakitkan Dan Pengetahuan Yang
Lambat
Disini, para Bhikṣu, apakah praktik yang menyakitkan dan lambat dalam pengetahuan?
Disini, seseorang
secara watak memiliki nafsu yang besar, memiliki
kebencian yang besar, memiliki delusi yang besar, dan karena nafsunya yang
besar, dia terus menerus mengalami kesakitan dan kesedihan yang
ditimbulkan oleh nafsu, dan karena
kebenciannya yang besar, dia terus menerus mengalami kesakitan dan
kesedihan yang ditimbulkan kebencian,
dan karena delusinya yang besar, dia terus menerus mengalami kesakitan
dan kesedihan yang ditimbulkan oleh delusi.
Dan baginya lima
Indriya ini lamban, lemah, tidak tajam, tidak cepat dalam membawanya menuju
penghancuran noda-noda.
Apakah lima ini?
Itu adalah:
1. Indriya
keyakinan,
2. Indriya
kegigihan,
3. Indriya
perhatian,
4. Indriya konsentrasi,
5. Indriya
kebijaksanaan.
Demikianlah
kelima Indriya ini lemah dan tidak cepat dan lamban dalam membawanya pada
kontak dengan meditasi yang memiliki hasil langsung, yang dikatakan,
penghancuran noda-noda.
Inilah prakik
yang menyakitkan dan lambat dalam pengetahuan.
11.2 Praktik Yang Menyakitkan Dan Cepat Dalam
Pengetahuan
Disini, apakah
praktik yang menyakitkan dan cepat dalam pengetahuan?
Disini, seseorang
secara watak memiliki nafsu yang besar, memiliki
kebencian yang besar, memiliki delusi yang besar, dan karena nafsunya yang
besar, dia terus menerus mengalami kesakitan dan kesedihan yang
ditimbulkan oleh nafsu, dan karena
kebenciannya yang besar, dia terus menerus mengalami kesakitan dan
kesedihan yang ditimbulkan kebencian,
dan karena delusinya yang besar, dia terus menerus mengalami kesakitan
dan kesedihan yang ditimbulkan oleh delusi.
(Tetapi) baginya
lima Indriya ini sangat menonjol, (mereka) tajam dan cepat dalam membawanya
menuju penghancuran noda-noda.
Apakah lima ini?
Itu adalah:
1. Indriya
keyakinan,
2. Indriya
kegigihan,
3. Indriya
perhatian,
4. Indriya
konsentrasi,
5. Indriya
kebijaksanaan.
(Dan karena) lima
Indriya ini sangat menonjol, (mereka) tajam dan cepat dalam membawanya pada
kontak dengan meditasi yang memiliki hasil langsung, yang dikatakan,
penghancuran noda-noda.
Inilah praktik
yang menyakitkan dan cepat dalam pengetahuan.
11.3 Praktik Yang Menyenangkan Dan Lambat Dalam
Pengetahuan
Disini, apakah praktik
yang menyenangkan dan lambat dalam pengetahuan?
Disini, seseorang
secara watak memiliki nafsu yang sedikit, memiliki
kebencian yang sedikit, memiliki delusi yang sedikit, dan karena nafsunya yang
sedikit, dia tidak terus menerus mengalami kesakitan dan kesedihan yang
ditimbulkan oleh nafsu, dan karena
kebenciannya yang sedikit, dia tidak terus menerus mengalami kesakitan
dan kesedihan yang ditimbulkan kebencian,
dan karena delusinya yang sedikit, dia tidak terus menerus mengalami
kesakitan dan kesedihan yang ditimbulkan oleh delusi.
(Tetapi) baginya
lima Indriya ini lamban, lemah, tidak tajam, tidak cepat dalam membawanya
menuju penghancuran noda-noda.
Apakah lima ini?
Itu adalah:
1. Indriya
keyakinan,
2. Indriya
kegigihan,
3. Indriya
perhatian,
4. Indriya
konsentrasi,
5. Indriya
kebijaksanaan.
(Dan karena)
kelima Indriya ini lemah dan tidak cepat dan lamban dalam membawanya pada
kontak dengan meditasi yang memiliki hasil langsung, yang dikatakan,
penghancuran noda-noda.
Inilah praktik
yang menyenangkan dan lambat dalam pengetahuan.
11.4 Praktik Yang Menyenangkan Dan Cepat Dalam
Pengetahuan
Disini, apakah
praktik yang menyenangkan dan cepat dalam pengetahuan?
Disini, seseorang
secara watak memiliki nafsu yang sedikit, memiliki
kebencian yang sedikit, memiliki delusi yang sedikit, dan karena nafsunya yang
sedikit, dia tidak terus menerus mengalami kesakitan dan kesedihan yang
ditimbulkan oleh nafsu, dan karena
kebenciannya yang sedikit, dia tidak terus menerus mengalami kesakitan
dan kesedihan yang ditimbulkan kebencian,
dan karena delusinya yang sedikit, dia tidak terus menerus mengalami
kesakitan dan kesedihan yang ditimbulkan oleh delusi.
(Tetapi) baginya
lima Indriya ini sangat menonjol, (mereka) tajam dan cepat dalam membawanya
menuju penghancuran noda-noda.
Apakah lima ini?
Itu adalah:
1. Indriya
keyakinan,
2. Indriya
kegigihan,
3. Indriya
perhatian,
4. Indriya
konsentrasi,
5. Indriya
kebijaksanaan.
(Dan karena) lima
Indriya ini sangat menonjol, mereka (tajam) dan cepat dalam membawanya pada
kontak dengan meditasi yang memiliki hasil langsung, yang dikatakan,
penghancuran noda-noda.
Inilah praktik
yang menyenangkan dan cepat dalam pengetahuan.
Inilah, para Bhikṣu, empat cara praktik.
12. Empat
Pengembangan Konsentrasi
Disini, para Bhikṣu, apakah empat pengembangan konsentrasi?
1. Pengembangan
konsentrasi, para Bhikṣu, yang, ketika dipraktikan, dikembangkan,
dilakukan berulang, mengarah pada ditinggalkannya keinginan indria.
2. Pengembangan
konsentrasi, para Bhikṣu, yang, ketika dipraktikan, dikembangkan,
dilakukan berulang, mengarah pada kediaman bahagia saat ini.
3. Pengembangan
konsentrasi, para Bhikṣu, yang, ketika dipraktikan, dikembangkan,
dilakukan berulang, mengarah pada perolehan pengetahuan dan penglihatan.
4. Pengembangan
konsentrasi, para Bhikṣu, yang, ketika dipraktikan, dikembangkan,
dilakukan berulang, mengarah pada perolehan kebijaksanaan.
12.1 Ditinggalkannya Keinginan Indria
Disini, para Bhikṣu, apakah pengembangan konsentrasi yang, ketika dipraktikan, dikembangkan,
dilakukan berulang, mengarah pada ditinggalkannya keinginan indria?
Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu yang setelah pergi ke hutan belantara, atau akar
sebuah pohon, atau suatu tempat yang kosong, dengan memperhatikan tubuh ini –
dari telapak kaki keatas, dari rambut kepala kebawah, dibatasi oleh kulit,
seperti yang tersusun, seperti yang terlepas, penuh dengan berbagai jenis
kotoran, merefleksikan dengan kebijaksanaan benar sebagaimana adanya:
Ada di tubuh ini:
Rambut kepala, bulu badan, kuku,
gigi, kotoran, kulit,
daging, tulang, otot, saraf,
ginjal,
jantung, limpa, usus, membran
mesenterium,
perut bagian atas, makanan,
perut, hati, tinja,
air mata, keringat, ludah,
lendir, minyak, cairan sendi,
sumsum tulang, lemak, empedu,
dahak, radang,
darah, tengkorak, otak,
(demikianlah pada
tubuh ini), penuh dengan berbagai jenis kotoran, ia merefleksikan dengan
kebijaksanaan benar sebagaimana adanya.
Sama seperti,
para Bhikṣu, ada sebuah lumbung beras dengan pintu terbuka di kedua ujungnya, penuh
dengan berbagai varian dan jenis biji-bijian: gandum, wijen, moster, kacang
hijau, milet dan kacang polong, dan seseorang dengan penglihatan baik melihat
seluruhnya akan mengerti: ini adalah biji-bijian yang berbulu, ini adalah biji
bijian dari buah, seperti itu, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu dengan memperhatikan tubuh ini – seperti
yang tersusun, seperti yang terlepas, merefleksikan demikian.
Inilah
pengembangan konsentrasi, yang, ketika dipraktikan, dikembangkan, dilakukan
berulang, mengarah pada ditinggalkannya keinginan indria.
12.2 Kediaman Bahagia Saat Ini
Disini, para Bhikṣu, apakah pengembangan konsentrasi yang, ketika dipraktikan, dikembangkan,
dilakukan berulang, mengarah pada kediaman bahagia saat ini?
Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu yang setelah pergi ke hutan belantara, atau akar
sebuah pohon, atau suatu tempat yang kosong, memiliki tubuh yang diliputi
secara internal, dengan kebahagiaan dan sukacita yang lahir dari keterasingan
dan konsentrasi, dan itu memenuhi, terisi, dan terwujudnya.
Baginya tidak ada
bagian tubuh yang tidak diliputi, yang tidak terwujudkan, oleh karena itu
dikatakan, kebahagiaan dan sukacita lahir dari keterasingan dan konsentrasi.
Sama seperti,
para Bhikṣu, bunga lili air atau teratai merah atau teratai putih yang lahir didalam
air, tumbuh didalam air, berada didalam air, mereka semua sejuk, teraliri,
tercurahkan, terpenuhi, terpuaskan dan terwujudkan didalam air, begitu pula,
para Bhikṣu, seorang Bhikṣu yang telah pergi ke hutan belantara, atau akar
sebuah pohon, atau suatu tempat yang kosong, memiliki tubuh yang diliputi
secara internal, dengan kebahagiaan dan sukacita yang lahir dari keterasingan
dan konsentrasi, dan itu memenuhi, terisi, dan terwujudnya.
Baginya tidak ada
bagian tubuh yang tidak diliputi, yang tidak terwujudkan, oleh karena itu
dikatakan, kebahagiaan dan sukacita lahir dari keterasingan dan konsentrasi.
Inilah
pengembangan konsentrasi yang, ketika dipraktikan, dikembangkan, dilakukan
berulang, mengarah pada kediaman bahagia saat ini.
12.3 Perolehan Pengetahuan Dan Penglihatan
Disini, para Bhikṣu, apakah pengembangan konsentrasi, yang, ketika dipraktikan, dikembangkan,
dilakukan berulang, mengarah pada perolehan pengetahuan dan penglihatan?
Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu memperhatihan dengan baik dan benar persepsi
cahaya, menggunakan pikirannya dengan baik, melihatnya dengan baik, menembusnya
dengan baik, setiap hari ia mengembangkan pikiran terangnya, tekun dalam
persepsi, seperti pada siang hari, demikian pula malam hari, seperti pada malam
hari, demikian pula siang hari; seperti sebelum, begitupun sesudah, seperti
sesudah, begitupun sebelum; seperti dibawah, begitupun diatas, seperti diatas,
begitupun dibawah.
Demikian dengan
pikiran terbuka, yang mau menerima, setiap hari ia mengembangkan pikiran
terangnya, tekun dalam persepsi, di setiap penjuru dunia.
Sama seperti,
para Bhikṣu, pada siang hari di bulan pertama musim panas yang tanpa awan, tanpa
guntur atau hujan, atau kabut, dan ditengah hari, seluruh tempat terliputi
cahaya, itu murni, memenuhi, bercahaya, dan disana tidak ada kegelapan
ditemukan, begitu pula, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu memperhatihan dengan baik dan benar
persepsi cahaya, menggunakan pikirannya dengan baik, melihatnya dengan baik,
menembusnya dengan baik, setiap hari ia mengembangkan pikiran terangnya, tekun
dalam persepsi, seperti pada siang hari, demikian pula malam hari, seperti pada
malam hari, demikian pula siang hari; seperti sebelum, begitupun sesudah,
seperti sesudah, begitupun sebelum; seperti dibawah, begitupun diatas, seperti
diatas, begitupun dibawah.
Demikian dengan
pikiran terbuka, yang mau menerima, setiap hari ia mengembangkan pikiran
terangnya, tekun dalam persepsi, di setiap penjuru dunia.
Inilah
pengembangan konsentrasi, yang, ketika dipraktikan, dikembangkan, dilakukan
berulang, mengarah pada perolehan pengetahuan dan penglihatan.
12.4 Perolehan Kebijaksanaan
Disini, para Bhikṣu, apakah pengembangan konsentrasi, yang, ketika dipraktikan, dikembangkan,
dilakukan berulang, mengarah pada perolehan kebijaksanaan?
Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu yang setelah pergi ke hutan belantara, atau akar sebuah
pohon, atau suatu tempat yang kosong, Setelah meninggalkan kenikmatan dan
meninggalkan kesakitan, dan dengan hilangnya kesenangan dan kesedihan batin
sebelumnya, tanpa kesakitan, tanpa kenikmatan, dan dengan perhatian yang
sepenuhnya murni dan keseimbangan, dia berdiam dalam pencapaian dhyānā keempat.
Inilah
pengembangan konsentrasi, yang, ketika dipraktikan, dikembangkan, dilakukan
berulang, mengarah pada perolehan kebijaksanaan.
Inilah empat
pengembangan konsentrasi.
13. Empat Cara
Perhatian Benar
Disini, para Bhikṣu, apakah empat cara perhatian benar?
1. Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu berdiam dengan merenungkan secara internal (sifat
dari) jasmani didalam jasmani, tekun, memahami dengan jernih, penuh
perhatian, setelah
melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia. Ia berdiam dengan merenungkan secara
eksternal (sifat dari) jasmani didalam jasmani, ia berdiam dengan merenungkan
secara internal dan eksternal (sifat dari) jasmani didalam jasmani, tekun, memahami
dengan jernih, penuh perhatian, setelah
melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia.
2. Dia berdiam
dengan merenungkan secara internal, eksternal, internal dan eksternal, (sifat
dari) perasaan didalam perasaan, tekun, memahami dengan jernih, penuh
perhatian, setelah
melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia.
3. Dia berdiam
dengan merenungkan secara internal, eksternal, internal dan eksternal, (sifat
dari) pikiran didalam pikiran, tekun, memahami dengan jernih, penuh
perhatian, setelah
melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia.
4. Dia berdiam
dengan merenungkan secara internal, eksternal, internal dan eksternal, (sifat
dari) fenomena didalam (berbagai macam) fenomena, tekun, memahami dengan
jernih, penuh perhatian, setelah
melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia.
Inilah, para Bhikṣu, empat cara perhatian benar.
14. Empat Usaha
Benar
Disini, para Bhikṣu,
apakah empat usaha benar?
1. Disini, para Bhikṣu,
seorang Bhikṣu sehubungan dengan pikiran yang buruk dan tidak
bajik yang telah muncul, membangkitkan keinginan untuk meninggalkannya, ia
berusaha, mendesak dengan kuat, mengerahkan pikirannya, dan berusaha dengan
benar.
2. Sehubungan
dengan pikiran yang buruk dan tidak bajik yang belum muncul, membangkitkan
keinginan untuk tidak memunculkannya, ia berusaha, mendesak dengan kuat,
mengerahkan pikirannya, dan berusaha dengan benar.
3. Dia
membangkitkan keinginan untuk memunculkan pikiran bajik yang belum muncul, ia
berusaha, mendesak dengan kuat, mengerahkan pikirannya, dan berusaha dengan
benar.
4. Sehubungan
dengan pikiran yang bajik yang telah muncul, membangkitkan keinginan untuk
mempertahankannya, ia berusaha, mendesak dengan kuat, mengerahkan pikirannya,
dan berusaha dengan benar.
Inilah, para Bhikṣu,
empat usaha benar.
15. Empat
Landasan Kekuatan Spiritual
Disini, para Bhikṣu, apakah empat landasan kekuatan spiritual?
1. Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu mengembangkan landasan kekuatan spiritual yaitu
adalah konsentrasi keinginan yang disertai dengan kemauan untuk berusaha,
bergantung pada keterasingan, bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada
penghentian, matang dalam pelepasan, dan keinginannya tidak akan terlalu kendur
atau terlalu kuat.
2. Ia
mengembangkan landasan kekuatan spiritual yaitu adalah konsentrasi kegigihan
yang disertai dengan kemauan untuk berusaha, bergantung pada keterasingan,
bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam
pelepasan, dan kegigihannya tidak akan terlalu kendur atau terlalu kuat.
3. Ia
mengembangkan landasan kekuatan spiritual yaitu adalah konsentrasi pikiran yang
disertai dengan kemauan untuk berusaha, bergantung pada keterasingan,
bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam
pelepasan, dan pikirannya tidak akan terlalu kendur atau terlalu kuat.
4. Ia
mengembangkan landasan kekuatan spiritual yaitu adalah konsentrasi penyelidikan
yang disertai dengan kemauan untuk berusaha, bergantung pada keterasingan,
bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam
pelepasan, dan penyelidikannya tidak akan terlalu kendur atau terlalu kuat.
Inilah, para Bhikṣu, empat landasan kekuatan spiritual.
16. Lima indriya
Disini, para Bhikṣu, apakah lima indriya?
Itu adalah:
1. Indriya
keyakinan,
2. Indriya
kegigihan,
3. Indriya
perhatian,
4. Indriya
konsentrasi,
5. Indriya kebijaksanaan.
1. Disini, apakah
indriya keyakinan?
Itu adalah
keyakinan yang ia miliki sehubungan dengan empat hal.
Apakah empat itu?
1. Ia memiliki
keyakinan pada pandangan benar sehubungan dengan alam-alam duniawi dimana
terdapat kelahiran dan kematian,
2. pada
perlindungan dalam perbuatan dan hasil,
3. pada setiap
perbuatan yang akan kulakukan, apakah baik atau buruk, aku akan merasakan hasil
dari perbuatan itu,
4. pada ia tidak
akan melakukan perbuatan buruk, bahkan demi kehidupannya.
Inilah yang disebut
dengan keyakinan.
2. Disini, apakah
indriya kegigihan?
Dengan indriya
keyakinan dia memiliki keyakinan dalam hal-hal tersebut, dan dengan indriya
kegigihan ia berupaya memunculkan hal-hal tersebut.
Inilah yang
disebut sebagai kegigihan.
3. Disini, apakah
indriya perhatian?
Dengan indriya
kegigihan dia berupaya memunculkan hal-hal tersebut, dan dengan indriya
perhatian ia berupaya agar hal-hal tersebut tidak mengarah pada kehancuran.
Inilah yang
disebut sebagai perhatian.
4. Disini, apakah
indriya konsentrasi?
Dengan indriya
perhatian ia berupaya agar hal-hal tersebut tidak mengarah pada kehancuran, dan
dengan indriya konsentrasi ia memperbaiki perhatiannya pada hal-hal tersebut.
Inilah yang
disebut sebagai konsentrasi.
5. Disini, apakah
indriya kebijaksanaan?
Dengan indriya
konsentrasi ia memperbaiki perhatiannya pada hal-hal tersebut, dan dengan
indriya kebijaksanaan ia menembus dan merefleksikan pada kelahiran hal-hal
tersebut.
Inilah yang
disebut sebagai kebijaksanaan.
Inilah, para Bhikṣu, lima indriya.
17. Lima Kekuatan
Disini, para Bhikṣu, apakah lima kekuatan?
Itu adalah:
1. Kekuatan
keyakinan,
2. Kekuatan
kegigihan,
3. Kekuatan
perhatian,
4. Kekuatan
konsentrasi,
5. Kekuatan
kebijaksanaan.
Inilah, para Bhikṣu, lima kekuatan.
18. Tujuh Faktor Pencerahan
Disini, para Bhikṣu, apakah tujuh faktor pencerahan?
Itu adalah:
1. Faktor
pencerahan perhatian,
2. Faktor
pencerahan pembedaan penyelidikan (sifat dari) segala sesuatu,
3. Faktor
pencerahan kegigihan,
4. Faktor
pencerahan sukacita,
5. Faktor pencerahan
ketenangan,
6. Faktor
pencerahan konsentrasi,
7. Faktor
pencerahan keseimbangan.
1. Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu mengembangkan faktor pencerahan perhatian,
bergantung pada keterasingan, bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada
penghentian, matang dalam pelepasan.
2. ia
mengembangkan faktor pencerahan pembedaan penyelidikan (sifat dari) segala
sesuatu, bergantung pada keterasingan, bergantung pada tanpa nafsu, bergantung
pada penghentian, matang dalam pelepasan.
3. ia
mengembangkan faktor pencerahan kegigihan, bergantung pada keterasingan,
bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam
pelepasan.
4. ia
mengembangkan faktor pencerahan sukacita, bergantung pada keterasingan,
bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam
pelepasan.
5. ia
mengembangkan faktor pencerahan ketenangan, bergantung pada keterasingan,
bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam
pelepasan.
6. ia
mengembangkan faktor pencerahan konsentrasi, bergantung pada keterasingan,
bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam
pelepasan.
7. ia
mengembangkan faktor pencerahan keseimbangan, bergantung pada keterasingan,
bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam
pelepasan.
Inilah, para Bhikṣu, tujuh faktor pencerahan.
19. Jalan Mulia
Berunsur Delapan
Disini, para Bhikṣu, apakah jalan mulia berunsur delapan?
Itu adalah:
1. Pandangan
benar,
2. pikiran benar,
3. ucapan benar,
4. perbuatan
benar,
5. penghidupan
benar,
6. usaha benar,
7. perhatian
benar,
8. konsentrasi
benar.
19.1 Pandangan Benar
Disini, para Bhikṣu, apakah pandangan benar?
Ada dunia ini,
ada dunia berikutnya, ada (kewajiban terhadap) ibu, ada (kewajiban terhadap)
ayah, ada pemberian, ada persembahan, ada buah dan hasil dari perbuatan baik
dan buruk yang telah dilakukan, dalam dunia ini dan berikutnya, ada di dunia
orang-orang yang telah berlatih dan memiliki pencapaian benar.
Inilah, para Bhikṣu, adalah pandangan benar, yang berlawanan dengan pandangan salah.
19.2 Pikiran Benar
Disini, para Bhikṣu, apakah pikiran benar?
Itu adalah
kebajikan dan kedermawanan yang matang dalam kualitas keBuddhahan dan
sebagainya, bukan (yang) matang dalam raja dunia dan sebagainya.
(Inilah, para Bhikṣu, adalah pikiran benar.)
19.3 Ucapan Benar
Disini, para Bhikṣu, apakah ucapan benar?
Disini, para Bhikṣu, itu adalah menghindari ucapan kasar, berbohong, memecah-belah dan ucapan
yang tidak berguna.
Inilah, para Bhikṣu, yang disebut sebagai ucapan benar.
19.4 Perbuatan Benar
Disini, para Bhikṣu, apakah perbuatan benar?
Itu adalah
pelaksanaan dari sepuluh jenis perbuatan bajik dari jasmani, ucapan, dan
pikiran.
1. Disini,
melalui jasmani terbagi menjadi tiga: menahan diri dari pembunuhan makhluk hidup,
dari mengambil apa yang tidak diberikan, dari perbuatan seksual yang salah.
2. Melalui ucapan
terbagi menjadi empat: menahan diri dari berbohong, memecah-belah, kasar dan
tidak berguna.
3. Melalui
pikiran terbagi menjadi tiga: menahan diri dari mendambakan, mencelakai, dan
pandangan salah.
1. 1. Disini,
apakah pembunuhan makhluk hidup?
Ada sebuah
makhluk hidup, sebuah makhluk dengan daya hidup, dan pikiran membunuh muncul,
dan ia berusaha mendekati dan merenggut kehidupannya. Inilah, para Bhikṣu, yang disebut sebagai pembunuhan makhluk hidup. Kecuali itu tidak disebut
pembunuhan makhluk hidup jika dilakukan melalui kelalaian atau tanpa persepsi.
Inilah yang
disebut sebagai pembunuhan makhluk hidup.
2. Disini, apakah
mengambil apa yang tidak diberikan?
Dengan memiliki
pikiran mencuri dia mengambil apa yang tidak diberikan dan membuat milik orang
lain menjadi miliknya. Kecuali itu tidak disebut mengambil apa yang tidak
diberikan ketika seseorang mendapatkan jumlah yang kecil, yang tidak
menciptakan kendala, dari ibu, ayah, saudara, kerabat atau milik teman.
Inilah yang
disebut sebagai mengambil apa yang tidak diberikan.
3. Disini apakah
perbuatan seksual yang salah?
Melakukan seks
dengan wanita lain, yang dalam perlindungan penguasa tertinggi, raja, ibu, ayah,
dan (juga) praktik buruk setelah pergi ke tempat yang salah, atau ketika waktu
yang salah.
Inilah yang
disebut sebagai perbuatan seksual yang salah.
Melalui jasmani
terbagi menjadi tiga.
2. 1. Apakah
berbohong?
Ketika diminta
memberi kesaksian yang sebenarnya ia mengatakan yang tidak benar, sebuah
kebohongan, seperti seseorang yang bukan seorang Arhat mengatakan orang
tertentu adalah Arhat, kecuali dalam candaan.
Inilah yang
disebut sebagai berbohong.
2. Apakah
(ucapan) memecah belah?
Memecah belah (orang
lain) dengan ucapan yang benar atau salah, itulah (ucapan) memecah belah.
Inilah yang
disebut sebagai (ucapan) memecah belah.
3. Disini apakah
(ucapan) kasar?
Mengucapkan
ucapan yang tidak baik dengan niat untuk menyebabkan penderitaan pada orang lain
adalah (ucapan) kasar. Dengan memahami bahwa ada kemalangan dan penderitaan
untuknya, melakukan ucapan yang tidak baik, itulah (ucapan) kasar.
Inilah yang
disebut sebagai ucapan kasar.
4. Apakah
(ucapan) tidak berguna?
Itu adalah:
Pembicaraan sehubungan dengan raja-raja, pembicaraan sehubungan dengan para
pencuri, pembicaraan sehubungan dengan peperangan, pembicaraan sehubungan
dengan minuman memabukkan, pembicaraan sehubungan dengan judi, pembicaraan
sehubungan dengan perempuan, atau ucapan itu adalah ucapan tentang kisah-kisah.
Inilah yang
disebut sebagai (ucapan) tidak berguna.
Melalui ucapan
terbagi menjadi empat.
3. 1. Disini,
apakah mendambakan?
Mendambakan dan
menginginkan milik orang lain sebagai miliknya, (dengan pikiran) semoga apapun
miliknya adalah milikku.
Inilah yang
disebut sebagai mendambakan.
2. Disini, apakah
mencelakai?
Berpikir untuk
menekan, memotong, atau merenggut kehidupan orang lain.
Inilah yang
disebut sebagai mencelakai.
3. Disini apakah
pandangan salah?
Tidak ada dunia ini, tidak ada dunia
berikutnya, dan seterusnya seperti sebelumnya.
Inilah yang
disebut sebagai pandangan salah.
(Melalui pikiran
terbagi menjadi tiga).
Inilah, para Bhikṣu, adalah ucapan benar.
19.5 Penghidupan Benar
Disini, para Bhikṣu, apakah penghidupan benar?
Seorang Bhikṣu adalah (1) licik, (2) penjilat, (3) pengisyarat, (4) pemeras, (5) mengejar keuntungan
dengan keuntungan.
1. Disini apakah
licik?
Seorang Bhikṣu, setelah melihat penderma, setelah menyilangkan kakinya, duduk di tempat
yang kosong di sepanjang jalan: (dengan pikiran:) Akan ada perolehan dan
penghormatan untuk saya (jika mereka berpikir:) pertapa yang sedang bermeditasi
ini adalah seorang Arhat.
2. Disini apakah
penjilat?
Disini seorang Bhikṣu untuk mendapatkan perolehan dan penghormatan (berkata): Kau adalah ibuku,
kau adalah ayahku, kau adalah saudara perempuanku, kau adalah anak perempuanku,
dan ucapan-ucapan seperti ini juga kata-kata cinta lainnya.
Inilah yang
disebut dengan penjilat.
3. Disini apakah
pengisyarat?
Seorang Bhikṣu, setelah memakan makanannya, berulang kali berkata: Dana makan seperti ini
tidak ditemukan di rumah umat awam lain. Jika ia berbicara dengan pikiran bebas
dari (meninginkan) perolehan atau penghormatan, itu bukanlah sebuah kesalahan.
Inilah yang
disebut dengan pengisyarat.
4. Disini apakah
pemeras?
Seorang Bhikṣu, yang tidak menerima derma makanan pada suatu rumah, menginginkan itu
diberikan, mengatakan ini di tempat itu: Mereka yang tidak memberi pergi ke
neraka, anda tentu adalah salah satu dari mereka yang tidak memberi, dan akan
terlahir kembali di neraka. Karena kahwatir dan ketakutan dengan neraka ia
memberikan derma makanan, dan ia menerima dan menikmati itu.
Inilah yang
disebut pemeras.
5. Disini apakah
keinginan untuk mengejar keuntungan dengan keuntungan?
Seorang Bhikṣu, dari kekayaannya sendiri membeli jubah yang indah dan menunjukkannya
kepada para umat awam (dengan berkata): Kami menerima pakaian yang ditenun.
Mereka, setelah dipermalukan, memberikan pakaian seperti itu dan ia
menikmatinya.
Inilah, para Bhikṣu, yang disebut sebagai mengejar keuntungan dengan keuntungan.
Inilah
penghidupan salah bagi para Bhikṣu, (menahan diri dari hal itu disebut
penghiduapan benar.)
Ini, para Bhikṣu, adalah penghidupan salah bagi umat awam:
Menjual racun,
menjual senjata, menjual makhluk hidup, menjual minuman memabukkan, menjual
daging, dan, tanpa diperiksa (terlebih dahulu), menghancurkan biji wijen dan
moster (dan seterusnya) adalah penghidupan salah, menghindari dari itu disebut
penghidupan benar.
Inilah, para Bhikṣu, adalah penghidupan benar.
19.6 Usaha Benar
Disini, para Bhikṣu, apakah usaha benar?
Disini, para Bhikṣu, seseorang dengan benar melakukan tugas seperti pemujaan, penghormatan,
berdiri dan memberikan salam dengan hormat.
Inilah, para Bhikṣu, yang disebut sebagai usaha benar.
19.7 Perhatian Benar
Disini, para Bhikṣu, apakah perhatian benar?
Disini, para Bhikṣu, (seorang Bhikṣu) setelah melihat wanita, dan nafsu muncul, ia
melihat itu secara benar dengan sifat tidak menariknya tubuh secara luar dan
dalam (dengan merefleksikan), ada di tubuh ini:
Rambut kepala, bulu badan, kuku,
gigi, kotoran, kulit,
daging, tulang, otot, saraf,
ginjal,
jantung, limpa, selaput dada,
perut bagian atas, makanan,
usus, membran mesenterium,
perut, hati, tinja,
air mata, keringat, ludah,
lendir, minyak, cairan sendi,
sumsum tulang, lemak, empedu,
dahak, radang,
darah, tengkorak, otak, tinja,
kencing, (dan itu) penuh dengan berbagai jenis kotoran.
Inilah, para Bhikṣu, adalah perhatian benar.
19.8 Konsentrasi Benar
Disini, para Bhikṣu, apakah konsentrasi benar?
Adalah empat dhyānā.
1. Disini, (para Bhikṣu,) seorang Bhikṣu dengan terasing dari
kenikmatan-kenikmatan indria, terasing dari hal-hal yang jahat dan tidak bajik,
memiliki pemikiran, pemeriksaan, dan kebahagiaan juga sukacita yang terlahir
dari keterasingan, berdiam dalam pencapaian dhyānā pertama.
2. Dengan
menenangkan pemikiran dan pemeriksaan, dengan kejernihan internal, dan
keterpusatan pikiran, menjadi tanpa pemikiran, tanpa pemeriksaan, memperoleh
kebahagiaan dan sukacita yang terlahir dari konsentrasi, dia berdiam dalam
pencapaian dhyānā kedua.
3. Dengan
memudarnya sukacita dia berdiam dalam keseimbangan, penuh perhatian, mengetahui
dengan jelas, mengalami kebahagiaan di seluruh tubuh, yang dikatakan oleh Para
Mulia: Ia berdiam dengan bahagia, penuh perhatian, dan tenang. (demikian) dia
berdiam dalam pencapaian dhyānā ketiga.
4. Setelah
meninggalkan kenikmatan dan meninggalkan kesakitan, dan dengan hilangnya
kesenangan dan kesedihan batin sebelumnya, tanpa kesakitan, tanpa kenikmatan,
dan dengan perhatian yang sepenuhnya murni dan keseimbangan, dia berdiam dalam
pencapaian dhyānā keempat.
Inilah, para Bhikṣu, adalah empat dhyānā.
Inilah, para Bhikṣu, adalah konsentrasi benar.
Inilah, para Bhikṣu, adalah jalan mulia berunsur delapan.
20. Enam Belas
Cara Perhatian Penuh Ketika Bernafas
Disini, para Bhikṣu, apakah enam belas cara perhatian penuh ketika bernafas?
Disini, para Bhikṣu, (seorang Bhikṣu) ketika dengan penuh perhatian menarik nafas,
secara benar mengetahui: aku menarik nafas dengan penuh perhatian, ketika
dengan penuh perhatian menghembuskan nafas, secara benar mengetahui: aku
menghembuskan nafas dengan penuh perhatian.
1. Ketika menarik
nafas panjang, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas panjang, ketika
menghembuskan nafas panjang, ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan
nafas panjang.
2. Ketika menarik
nafas pendek, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas pendek, ketika
menghembuskan nafas pendek, ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas
pendek.
3. Ketika menarik
nafas dan mengalami seluruh tubuh, ia secara benar mengetahui: aku menarik
nafas dan mengalami seluruh tubuh, ketika menghembuskan nafas dan mengalami
seluruh tubuh, ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas dan
mengalami seluruh tubuh.
4. Ketika menarik
nafas dan mengalami sukacita, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas dan
mengalami sukacita, ketika menghembuskan nafas dan mengalami sukacita, ia
secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas dan mengalami sukacita.
5. Ketika menarik
nafas dan mengalami kebahagiaan, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas
dan mengalami kebahagiaan, ketika menghembuskan nafas dan mengalami
kebahagiaan, ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas dan mengalami
kebahagiaan.
6. Ketika menarik
nafas dan menenangkan bentukan-bentukan jasmani, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas
dan menenangkan bentukan-bentukan jasmani, ketika menghembuskan nafas dan menenangkan bentukan-bentukan
jasmani, ia secara benar mengetahui:
aku menghembuskan nafas dan menenangkan bentukan-bentukan jasmani.
7. Ketika menarik
nafas dan mengalami bentukan pikiran, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas dan mengalami bentukan
pikiran, ketika menghembuskan nafas
dan mengalami bentukan pikiran, ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas dan mengalami bentukan
pikiran.
8. Ketika menarik
nafas dan menenangkan bentukan-bentukan pikiran, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas
dan menenangkan bentukan-bentukan pikiran, ketika menghembuskan nafas dan menenangkan bentukan-bentukan
pikiran, ia secara benar mengetahui:
aku menghembuskan nafas dan menenangkan bentukan-bentukan pikiran.
9. Ketika menarik
nafas dan mengalami pikiran,
ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas dan mengalami pikiran, ketika menghembuskan nafas dan mengalami
pikiran, ia secara benar
mengetahui: aku menghembuskan nafas dan mengalami pikiran.
10. Ketika
menarik nafas (dengan berpikir), pikiranku gembira ia secara benar mengetahui:
aku menarik nafas (dengan berpikir), pikiranku gembira, ketika menghembuskan
nafas (dengan berpikir), pikiranku gembira ia secara benar mengetahui: aku
menghembuskan nafas (dengan berpikir), pikiranku gembira.
11. Ketika
menarik nafas dan mengkonsentrasikan pikiran, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas
dan mengkonsentrasikan pikiran, ketika menghembuskan nafas dan mengkonsentrasikan pikiran, ia secara benar mengetahui: aku
menghembuskan nafas dan mengkonsentrasikan pikiran.
12. Ketika
menarik nafas (dengan berpikir), pikiranku bebas ia secara benar mengetahui:
aku menarik nafas (dengan berpikir), pikiranku bebas, ketika menghembuskan
nafas (dengan berpikir), pikiranku bebas ia secara benar mengetahui: aku
menghembuskan nafas (dengan berpikir), pikiranku bebas.
13. Begitu juga
untuk merenungkan ketidak kekalan...
14. Merenungkan
tanpa nafsu...
15. Merenungkan
lenyapnya...
16. Ketika
menarik nafas dan merenungkan pelepasan, ia secara benar mengetahui: aku
menarik nafas dan merenungkan pelepasan, ketika menghembuskan nafas dan
merenungkan pelepasan, ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas dan
merenungkan pelepasan.
Inilah, para Bhikṣu, enam belas cara perhatian penuh ketika bernafas.
21. Empat Faktor
Pemasuk Arus
Disini, para Bhikṣu, apakah empat faktor pemasuk arus?
1. Disini seorang
(Bhikṣu,) siswa mulia ini memiliki keyakinan sempurna pada Sang Buddha (demikian):
Karena itulah ia, Sang Bhagavān, yang tercerahkan, yang terunggul, Sambuddha yang sempurna, yang memiliki
pemahaman dan perilaku baik, yang beruntung, yang memahami seluruh dunia, pemimpin yang tiada taranya bagi orang-orang
yang harus dijinakkan, guru para deva dan manusia, seorang Buddha, Yang terberkahi.
2. Ia memiliki
keyakinan sempurna pada Dharma (demikian):
Dharma
telah dibabarkan dengan baik oleh Sang Bhagavā, itu terlihat, menyehatkan, tak lapuk oleh waktu, yang paling utama, mengundang untuk diselidiki, dapat dimengerti oleh para bijaksana untuk dirinya
sendiri, yaitu, (adalah) penghancur keangkuhan, penghilang rasa haus, penghapus
nafsu, pemotong segala sesuatu (yang bermateri), mengarah pada kekosongan,
akhir dari nafsu, tanpa nafsu, lenyapnya, Nirvāṇa.
3. Ia memiliki
keyakinan sempurna pada Saṁgha (demikian):
Saṁgha para siswa Sang Bhagavā baik dalam praktik mereka, sistematis dalam praktik mereka... mempertahankan
pandangan lurus dalam praktik mereka... benar dalam praktik mereka, berlatih sesuai dengan Dharma, hidup
sesuai dengan Dharma, ada didalam Saṁgha mereka yang berlatih untuk
merealisasikan bagi dirinya sendiri buah pemasuk arus, ada didalam Saṁgha
mereka yang adalah pemasuk arus, ada didalam Saṁgha mereka yang berlatih untuk
merealisasikan bagi dirinya sendiri buah yang sekali kembali, ada didalam Saṁgha
mereka yang adalah seorang yang sekali kembali, ada didalam Saṁgha mereka yang
berlatih untuk merealisasikan bagi dirinya sendiri buah yang tidak kembali, ada
didalam Saṁgha mereka yang adalah seorang yang tidak kembali, ada didalam Saṁgha
mereka yang berlatih untuk merealisasikan bagi dirinya sendiri buah keArhatan,
ada didalam Saṁgha mereka yang adalah Arhat, yaitu, empat pasang orang, delapan
jenis individu, inilah Saṁgha para siswa Sang
Bhagavā, yang memiliki kebajikan, yang memiliki konsentrasi, yang memiliki
kebijaksanaan, yang memiliki keyakinan, yang memiliki pembelajaran, yang
memiliki kebebasan, yang memiliki pengetahuan dan pemahaman mendalam pada
kebebasan, yang patut menerima persembahan, keramahan, hadiah, dan prilaku
benar, mereka adalah ladang menanam jasa yang tiada taranya yang terlihat di
dunia.
4. Ia
memiliki moralitas yang disenangi para mulia (demikian): Apapun moralitas yang ada, tidak rusak, tanpa cacat,
tanpa bercak, tanpa cela, menghasilkan kebebasan, tanpa melekat kepadanya, diperoleh dengan baik,
dilakukan dengan baik, dipuji
oleh para bijaksana, tidak dicurigai
oleh para bijaksana.
Inilah, para Bhikṣu, empat faktor pemasuk arus.
22. Sepuluh
Kekuatan Tathāgata
Disini, para Bhikṣu, apakah sepuluh kekuatan Tathāgata?
1. Disini, para Bhikṣu, Sang Tathāgata, mengetahui
sebagaimana adanya yang mungkin sebagai mungkin, dan yang tidak mungkin sebagai tidak mungkin, inilah kekuatan pertama Sang Tathāgata.
2. Akibat
dari perbuatan yang dilakukan
di masa lampau, masa depan, dan masa sekarang Ia mengetahui sebagaimana adanya.
3. Makhluk lain’
dan orang lain’ jenis dan berbagai macam kencenderungan Ia mengetahui
sebagaimana adanya,
4. Berbagai jenis
elemen dunia dan berbagai macam elemen Ia mengetahui sebagaimana adanya,
5. Indriya
makhluk lain’ juga tinggi rendahnya Ia mengetahui sebagaimana adanya,
6. Praktik yang
mengarah pada seluruh tujuan Ia mengetahui sebagaimana adanya,
7. (Sehubungan
dengan) indriya makhluk lain’, kekuatan, faktor pencerahan, dhyānā, kebebasan,
konsentrasi, pencapaian – pengotoran, pemurnian dan munculnya (hal tersebut) Ia
mengetahui sebagaimana adanya,
8. Selanjutnya
secara model, karakteristik, dan terperinci ia mengingat kembali kumpulan
kelahiran sebelumnya, ia mengingat satu kehidupan, atau dua, tiga, empat
(kehidupan), Ia mengingat secara terperinci seratus ribu milyar kehidupan.
9. Selanjutnya
dengan mata dewa yang murni dan melampaui manusia (normal) Ia melihat kematian
dan kemunculan makhluk, tindakan baik dan buruk mereka melalui jasmani, ucapan
dan pikiran, kemunculan mereka dalam nasib yang baik dan buruk, dan tertentu
(pada suatu makhluk).
10. Pemotongan
kekotoran melalui penghancuran kekotoran, kebebasan pikiran melalui
kebijaksanaan, Ia mengetahui sebagaimana adanya.
Inilah, para Bhikṣu, sepuluh kekuatan Tathāgata.
23. Empat
Kepercayaan Diri
Disini, para Bhikṣu, apakah empat kepercayaan diri seorang Tathāgata?
1.‘Disini ketika
mengaku Ia adalah Sang Bhagavān, yang tercerahkan, yang terunggul, Sambuddha yang sempurna, Ia tidak
memiliki pengetahuan terhadap segala sesuatu.’ Dalam hal apapun ini dikatakan,
dalam dunia dengan para Deva, Māra, dan Brāhma, dalam generasi ini, dengan para
pertapa dan brāhmaṇa,
pangeran, manusia dan asurā, tidak ada landasan untuk itu sehubungan dengan hal
ini.
Tidak melihat
landasan apapun (untuk hal itu) Tathāgata berdiam, setelah mencapai keamanan, setelah mencapai tanpa ketakukan, Ia
mengetahui posisi kepemimpinanNya, dan setelah dengan benar pergi ke kumpulan
orang banyak Ia mengaumkan auman Singa, Ia telah memutar roda (Dharma) yang
tertinggi, dan itu tidak dapat diputar balik oleh pertapa atau brāhmaṇa, atau orang lain di dunia, sesuai dengan
Dharma.
2. ‘‘Hal-hal
ini yang Engkau katakan sebagai penghalang pastilah bukan halangan bagi orang yang mempraktikannya.’ Dalam hal apapun ini dikatakan... dan penjabaran
lainnya (seperti sebelumnya).
3. ‘’Praktik yang
dibabarkan olehKu kepada para muridKu, yang adalah mulia, mengarah pada
pembebasan, ketika dipraktikan tidak membebaskan seseorang yang
mempraktikannya, dan pada penghancuran penderitaan.’ Dalam hal apapun ini
dikatakan... dan penjabaran lainnya seperti sebelumnya.
4. ‘Disini ketika
mengaku tanpa kekotoran pada diriNya, kekotoran tidak sepenuhnya dihancurkan.’
Dalam hal apapun ini dikatakan, dalam dunia dengan para Deva, Māra, dan Brāhma,
dalam generasi ini, dengan para pertapa dan brāhmaṇa, pangeran, manusia dan asurā, tidak ada landasan
untuk itu sehubungan dengan hal ini.
Tidak melihat
landasan apapun (untuk hal itu) Tathāgata berdiam, setelah mencapai keamanan, setelah mencapai tanpa ketakukan, Ia
mengetahui posisi kepemimpinanNya, dan setelah dengan benar pergi ke kumpulan
orang banyak Ia mengaumkan auman Singa, Ia telah memutar roda (Dharma) yang
tertinggi, dan itu tidak dapat diputar balik oleh pertapa atau brāhmaṇa, atau orang lain di dunia, sesuai dengan
Dharma.
Inilah empat
kepercayaan diri seorang Tathāgata.
24. Empat
Pengetahuan Analitis
Disini, para Bhikṣu, apakah empat pengetahuan analitis?
Itu adalah:
1. Pengetahuan
analitis pada makna,
2. pengetahuan
analitis pada Dharma,
3. pengetahuan
analitis pada bahasa,
4. pengetahuan
analitis pada ucapan inspiratif.
1. Apakah
pengetahuan analitis pada makna?
Itu adalah,
pengetahuan yang tidak berubah tentang kebenaran tertinggi.
2. Apakah pengetahuan
analitis pada Dharma?
Pengetahuan yang
tidak berubah tentang tanpa kekotoran.
3. Apakah pengetahuan
analitis pada bahasa?
Pengetahuan yang
tidak berubah tentang ucapan.
4. Apakah pengetahuan analitis pada ucapan inspiratif?
Ucapan yang
pantas dan lancar dilafalkan: pengetahuan yang tidak berubah dan jelas (tentang
hal) seseorang yang berdiam dengan memiliki konsentrasi.
Inilah empat
pengetahuan analitis.
25. Delapan Belas
Kualitas Luar Biasa Sang Buddha
Disini, para Bhikṣu, apakah delapan belas kualitas luar biasa Sang Buddha?
Itu adalah:
1. Tathāgata tidak dapat tersandung,
2. Ia tidak dapat
menangis dengan keras,
3. Ia tidak dapat
kehilangan perhatian penuhNya,
4. Ia tidak dapat
memiliki ketidak-tenangan pada pikiranNya,
5. Ia tidak dapat
memiliki persepsi keberagaman (dari perasaan),
6. Ia tidak dapat
memiliki ketenangan karena kurangnya perhatian,
7. Ia tidak dapat
kehilangan kesungguhan hati,
8. Ia tidak
dapat kehilangan kegigihan,
9. Ia tidak dapat
kehilangan perhatian,
10. Ia tidak
dapat kehilangan konsentrasi,
11. Ia tidak
dapat kehilangan kebijaksanaan,
12. Ia tidak
dapat kehilangan kebebasan,
13. Ia secara
independen, memiliki pengetahuan dan penglihatan yang tidak terhalang pada masa
lalu.
14. Ia secara
independen, memiliki pengetahuan dan penglihatan yang tidak terhalang pada masa
depan.
15. Ia secara
independen, memiliki pengetahuan dan penglihatan yang tidak terhalang pada masa
saat ini.
16. seluruh
perbuatan jasmaniNya didahului oleh pengetahuan, sesuai
dengan pengetahuan,
17. seluruh
perbuatan ucapanNya didahului oleh pengetahuan, sesuai
dengan pengetahuan,
18. seluruh
perbuatan pikiranNya didahului oleh pengetahuan, sesuai
dengan pengetahuan.
Inilah delapan
belas kualitas luar biasa Sang Buddha.
26. Tiga Puluh
Dua Tanda Manusia Luar Biasa
Disini, para Bhikṣu, apakah tiga puluh dua tanda Manusia Luar Biasa?
Itu adalah:
1. (Ia memiliki)
telapak kaki yang rata,
2. dibawah
telapak kakiNya terdapat tanda roda,
3. tumit kakiNya
panjang dan dalam,
4. jari-jariNya
panjang,
5. tangan dan
kakiNya berselaput,
6. tangan dan
kakiNya lunak dan lembut,
7. di badanNya
terdapat tujuh tanda berupa tonjolan,
8. betisNya
seperti antelop,
9. alat
kelaminNya terbungkus selaput,
10. tubuhNya
seperti singa,
11. kedua bahuNya
sejajar,
12. punggung
atasnya bulat sempurna,
13. lenganNya
dapat menjangkau bagian bawah tubuhnya tanpa membungkuk,
14. tangan dan
kakiNya terlihat cerah,
15. leherNya
(memiliki garis) seperti keong,
16. rahangNya
seperti singa,
17. gigiNya genap
berjumlah empat puluh,
18. gigiNya tidak
memiliki celah,
19. gigiNya
sangat putih,
20. lidahNya
besar,
21. indra
pengecapNya sangat peka,
22. suaraNya
seperti Brahmā atau seperti burung Kalaviṅka,
23. mataNya
sangat gelap,
24. bulu mataNya
seperti sapi,
25. kulit
tubuhNya bagus,
26. kulit
tubuhNya berwarna keemasan,
27. bulu badanNya
tumbuh hanya sehelai disetiap pori pori,
28. bulu badanNya
tumbuh keatas dan berputar ke kanan,
29. rambutNya
sangat gelap,
30. bulu-bulu
diantara alis di keningNya sangat putih,
31. Ia memiliki
tonjolan di kepala,
32. (tubuhNya)
proporsional seperti pohon Banyan.
Inilah tiga puluh
dua tanda Manusia Luar Biasa.
1. (Ia memiliki)
telapak kaki yang rata: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah
Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena tekad yang bulat di kehidupan
lampauNya.
2. Dibawah
telapak kakiNya terdapat tanda roda: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang
telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul disini karena kedermawanan dalam
berbagai cara di kehidupan lampauNya.
3. Tumit kakiNya
panjang dan dalam: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah
Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena kejujuran terhadap makhluk lain
di kehidupan lampauNya.
4. Jari-jariNya
panjang: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang
Luar Biasa, muncul karena melindungi dan menjaga makhluk lain sesuai Dharma di
kehidupan lampauNya.
5. Tangan dan
kakiNya berselaput: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah
Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena tidak memutuskan hubungan orang
lain di kehidupan lampauNya.
6. Tangan dan
kakiNya lunak dan lembut: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah
Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena dermawan terhadap banyak
undangan di kehidupan lampauNya.
7. Di badanNya
terdapat tujuh tanda berupa tonjolan: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang
telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena dermawan dalam menyediakan
banyak makanan dan minuman di kehidupan lampauNya.
8. BetisNya seperti
antelop: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang
Luar Biasa, muncul karena mempertahankan ajaran Buddha di kehidupan lampauNya.
9. Alat
kelaminNya terbungkus selaput: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah
Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena menjaga mantra rahasia, dan
menahan diri dari hubungan seksual di kehidupan lampauNya.
10. TubuhNya
seperti singa: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan,
Yang Luar Biasa, muncul karena mempraktikan perbuatan baik secara terus menerus
di kehidupan lampauNya.
11. Kedua bahuNya
sejajar: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang
Luar Biasa, muncul karena mempraktikan hal-hal yang bajik di kehidupan
lampauNya.
12. Punggung atasnya
bulat sempurna: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan,
Yang Luar Biasa, muncul karena memberikan kebebasan dari rasa takut dan
menghibur orang lain di kehidupan lampauNya.
13. LenganNya
dapat menjangkau bagian bawah tubuhnya tanpa membungkuk: ini adalah tanda
Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena
sangat ingin melayani orang lain di kehidupan lampauNya.
14. Tangan dan
kakiNya terlihat cerah: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah
Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena dengan susah payah melalukan
sepuluh perbuatan bajik di kehidupan lampauNya.
15. LeherNya
(memiliki garis) seperti keong: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah
Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena dermawan dengan berbagai
obat-obatan untuk yang sakit di kehidupan lampauNya.
16. RahangNya
seperti singa: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan,
Yang Luar Biasa, muncul karena memenuhi akar dan penerapan kebajikan di
kehidupan lampauNya.
17. GigiNya genap
berjumlah empat puluh: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah
Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena memenuhi tekadNya untuk
menghibur banyak orang di kehidupan lampauNya.
18. GigiNya tidak
memiliki celah: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan,
Yang Luar Biasa, muncul karena mempersatukan makhluk lain yang terpecah di
kehidupan lampauNya.
19. GigiNya
sangat putih: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan,
Yang Luar Biasa, muncul karena menjaga setiap perbuatannya melalui jasmani,
ucapan, dan pikiran di kehidupan lampauNya.
20. LidahNya
besar: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang
Luar Biasa, muncul karena menjaga kebenaran dalam setiap ucapan di kehidupan
lampauNya.
21. Indra
pengecapNya sangat peka: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah
Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena mempraktikan kebajikan yang
tidak terukur dan dermawan dengan orang lain (dengan kebajikan itu) di
kehidupan lampauNya.
22. SuaraNya
seperti Brahmā atau seperti burung Kalaviṅka: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah
Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena menjaga kebenaran dengan ucapan
yang lembut, dan memperdengarkan kata-kata yang menggembirakan di kehidupan
lampauNya.
23. MataNya
sangat gelap: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan,
Yang Luar Biasa, muncul karena memiliki keramahan dan menjaga makhluk (dengan
keramahan itu) di kehidupan lampauNya.
24. Bulu mataNya
seperti sapi: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan,
Yang Luar Biasa, muncul karena memiliki niat yang wajar di kehidupan lampauNya.
25. Kulit
tubuhNya bagus: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan,
Yang Luar Biasa, muncul karena menghadiri pembacaan Dharma di kehidupan
lampauNya.
26. Kulit
tubuhNya berwarna keemasan: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah
Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena dermawan dengan selimut, baju
hangat, dan pakaian yang nyaman di kehidupan lampauNya.
27. Bulu badanNya
tumbuh hanya sehelai disetiap pori pori: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa,
Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena menjauhkan diri dari
masyarakat di kehidupan lampauNya.
28. Bulu badanNya
tumbuh keatas dan berputar ke kanan: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang
telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena melakukan pradakṣiṇā dengan guru pembimbing, guru penahbis,
teman spiritual dan yang memberikan nasihat di kehidupan lampauNya.
29. RambutNya
sangat gelap: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan,
Yang Luar Biasa, muncul karena memiliki belas kasihan terhadap semua makhluk,
dan memuji tindakan menjatuhan gumpalan tanah dan tongkat pemukul di kehidupan
lampauNya.
30. Bulu-bulu
diantara alis di keningNya sangat putih: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa,
Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena memuji mereka yang
patut dipuji di kehidupan lampauNya.
31. Ia memiliki
tonjolan di kepala: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah
Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena memberikan hormat kepada para
guru yang dihormatiNya di kehidupan lampauNya.
32. (TubuhNya)
proporsional seperti pohon Banyan: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang
telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena mendorong diriNya sendiri
dan orang lain dalam konsentrasi di kehidupan lampauNya.
Melalui
penguasaan dari akar kebajikan yang tidak terukur ketiga puluh dua tanda Manusia
Luar Biasa muncul didalam tubuh Yang telah Merealisasikan.
27. Delapan Puluh
Tanda Sekunder
Disini, para Bhikṣu, apakah delapan puluh tanda sekunder?
1. Sang Buddha,
Yang Terberkahi, memiliki kuku berwarna tembaga,
2. kuku yang
mengkilap,
3. kuku yang
menonjol,
4. garis
tanganNya sejajar,
5. jari yang
bulat,
6. jari yang
kuat,
7. jari yang
normal,
8. pembuluh darah
yang tersembunyi,
9. pembuluh darah
yang tak tersembunyi,
10. pergelangan
kaki yang tersembunyi,
11. kaki yang
sama rata,
12. gaya berjalan
seperti singa,
13. gaya berjalan
seperti gajah,
14. gaya berjalan
seperti angsa,
15. gaya berjalan
seperti banteng,
16. langkah
kakiNya penuh hormat,
17. langkah
kakiNya indah,
18. tangan dan
kakiNya lurus,
19. tangan dan
kakiNya bulat,
20. tangan dan
kakiNya indah,
21. tangan dan
kakiNya normal,
22. lutut yang
indah dan lebar,
23. alat kelamin
yang utuh,
24. langkah yang
sejajar,
25. tangan dan
kakiNya murni,
26. tangan dan
kakiNya lembut,
27. tangan dan
kakiNya yang dimurnikan,
28. tangan dan
kakiNya mulia,
29. tangan dan
kakiNya tegak lurus,
30. tangan dan
kakiNya tersusun rapih,
31. memiliki
anggota badan kecil yang proporsional,
32. memiliki
kecermelangan tubuh yang murni yang menghalau kegelapan,
33. lingkar perut
sempurna,
34. perut yang indah,
35. perut yang
lurus,
36. perut yang
langsing,
37. pusar yang
dalam,
38. pusar yang
membelok ke kanan,
39. (penampilan)
yang indah di semua sisi,
40. prilakuNya
murni,
41. tangan dan
kakiNya bebas dari tahi lalat,
42. tanganNya
lembut seperti katun,
43. telapak
tanganNya mengkilap,
44. lengkungan
telapak tanganNya dalam,
45. telapak
tanganNya panjang,
46. wajahNya
tidak teralu panjang,
47. penampilan
dan bayangan tubuhNya indah,
48. lidah yang
lembut,
49. lidahNya
ramping,
50. lidahNya berwarna
tembaga,
51. suaraNya
seperti gajah,
52. suaraNya
merdu, menawan dan indah.
53. gigiNya bulat,
54. gigiNya tajam,
55. gigiNya sejajar,
56. gigiNya
normal,
57. hidungNya
mancung,
58. hidungNya
bersih,
59. mata yang
lebar,
60. mata yang
luas,
61. bulu mataNya
tebal,
62. mataNya
seperti kelopak bunga teratai,
63. dada yang
luas dan panjang,
64. alis yang
panjang,
65. alis yang
halus,
66. alis yang
sejajar,
67. alis yang
mengkilap,
68. telingaNya
seperti anting-anting,
69. telinga yang
sejajar,
70. indriya telingaNya
tanpa gangguan,
71. dahiNya
berkembang sempurna,
72. dahi yang
luas,
73. kepalaNya
sempurna,
74. rambut yang
seperti lebah hitam (dalam hal warna),
75. rambut yang
bulat,
76. rambut yang
indah,
77. rambut yang
tidak kusut,
78. rambut yang
halus,
79. rambut yang
harum,
80. rambut yang
ikal, svastika, diagram,
roda, berlian, teratai, ikan dan sebagainya: Sang Buddha, Yang Terberkahi,
mempunyai tanda-tanda itu di tangan, kaki, dan telapak kakiNya.
Inilah delapan
puluh tanda sekunder.
Kesimpulan
Inilah yang
dikatakan oleh Sang Bhagavān:
“Aku akan mengajarkan Dharma kepada kalian, para Bhikṣu, ajaran-ajaran itu yang baik di
awal, baik di tengah, dan baik di akhir, dengan maknanya, dengan kata-kata (yang benar), Aku akan mengenalkan kehidupan spiritual
yang lengkap, terpenuhi, sempurna, yaitu, khotbah Dharma yang dikenal
sebagai Analisis Topik.”
Ketika ini
dikatakan, ia juga berkata: “Ini adalah untuk kalian, para Bhikṣu, hutan belantara, akar pepohonan, tempat yang kosong, gua di gunung, dan
gua besar, tumpukan jerami, tempat terbuka, pemakaman, hutan yang dalam dan
terpencil, kalian bisa tinggal dengan tempat keberdiaman ini. Bermeditasilah,
para Bhikṣu, jangan menjadi lalai, jangan menyesalinya kemudian.
Ini adalah sebuah
nasihat.
Dan ketika
khotbah Dharma ini diucapkan, pikiran lima ratus Bhikṣu terbebas dari kemelekatan dan kekotoran.
Itulah yang
dikatakan Sang Bhagavān,
dan para Bhikṣu, juga seluruh kumpulan itu tergugah, bersama dengan para Deva, manusia, Asura, Gandharva di dunia, dan mereka sangat bergembira dengan apa yang
diucapkan oleh Sang Bhagavān.
Khotbah Dharma yang dikenal sebagai Analisis Topik
telah selesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar