Minggu, 01 September 2019

Arthaviniścayasūtram (Khotbah tentang Analisis Topik)

Sutra ini berasal dari terjemahan Inggris milik Bhante Anandajoti. Saya (Arya Karniawan) yang menerjemahkan Sutra ini. Sutra ini juga sudah dipublikasikan ke Suttacentral (https://suttacentral.net/arv1/id/karniawan). Copyright Sutra ini mengikuti versi Suttacentral: Translated by Arya Karniawan for SuttaCentral.
Diterjemahkan dari teks milik Bhante Anandajoti.
Anda dipersilahkan menyalin, merubah bentuk, mencetak, mempublikasi, dan mendistribusikan karya ini dalam media apapun, dengan syarat: (1) tidak diperjualbelikan; (2) Dinyatakan dengan jelas bahwa segala turunan dari karya ini (termasuk terjemahan) diturunkan dari dokumen sumber ini; dan (3) menyertakan teks lisensi ini lengkap dalam semua salinan atau turunan dari karya ini. Jika tidak, maka hak penggunaan tidak diberikan.
Prepared for SuttaCentral by Ayya Vimala.


Khotbah tentang Analisis Topik
Arthaviniścayasūtram
Uraian
Terpujilah Sang Buddha!

Demikianlah telah saya dengar:
Pada suatu ketika Sang Bhagavān sedang menetap didekat Śrāvastī,  di rumah ibu Mṛgāra, di Taman Timur, bersama dengan 1250 Bhikṣu Saṅgha.
Di sana Sang Bhagavān, dengan suara yang tegas, dalam, merdu, mulia tanpa cela, berbicara kepada para Bhikṣu (dengan berkata:)
“Aku akan mengajarkan Dharma kepada kalian, para Bhikṣu, ajaran-ajaran itu yang baik di awal, baik di tengah, dan baik di akhir, dengan maknanya, dengan kata-kata (yang benar), Aku akan mengenalkan kehidupan spiritual yang lengkap, terpenuhi, sempurna, yaitu, khotbah Dharma yang dikenal sebagai Analisis Topik. Dengarkan dengan baik dan hati-hati, gunakan pikiran kalian, dan Aku akan berbicara.”
“Baiklah, Bhagavān,” para Bhikṣu menjawab Sang Bhagavān, dan Sang Bhagavān mengatakan ini:
“Apa, para Bhikṣu, khotbah Dharma yang dikenal sebagai Analisis Topik?
Itu adalah:
1. Lima kelompok unsur kehidupan (batin dan jasmani),
2. Lima kelompok unsur kehidupan (batin dan jasmani) yang menjadi landasan kemelekatan,
3. Delapan belas unsur,
4. Dua belas bidang indria,
5. Dua belas faktor asal mula yang bergantungan,
6. Empat kebenaran mulia,
7. Dua puluh dua indriya,
8. Empat dhyānā,
9. Empat pencapaian tanpa bentuk,
10. Empat kediaman luhur,
11. Empat cara praktik,
12. Empat pengembangan konsentrasi,
13. Empat cara perhatian benar,
14. Empat usaha benar,
15. Empat landasan kekuatan spiritual,
16. Lima indriya,
17. Lima kekuatan,
18. Tujuh faktor pencerahan,
19. Jalan mulia berunsur delapan,
20. Enam belas cara perhatian penuh ketika bernafas,
21. Empat faktor pemasuk arus,
22. Sepuluh kekuatan Tathāgata,
23. Empat kepercayaan diri,
24. Empat pengetahuan analitis,
25. Delapan belas kualitas luar biasa Sang Buddha,
26. Tiga puluh dua tanda Manusia Luar Biasa,
27. Delapan puluh tanda sekunder.
Inilah, para Bhikṣu, yang disebut sebagai khotbah Dharma yang dikenal sebagai Analisis Topik.

1. Lima Kelompok Unsur Kehidupan

Disini, para Bhikṣu, apakah lima kelompok unsur kehidupan?
Itu adalah:
1. Kelompok unsur bentuk,
2. Kelompok unsur perasaan,
3. Kelompok unsur persepsi,
4. Kelompok unsur bentukan kehendak,
5. Kelompok unsur kesadaran.
Inilah, para Bhikṣu, lima kelompok unsur kehidupan.

2. Lima Kelompok Unsur Kehidupan Yang Menjadi Landasan Kemelekatan

Disini, para Bhikṣu, apakah lima kelompok unsur kehidupan (batin dan jasmani) yang menjadi landasan kemelekatan?
Itu adalah:
1. Kelompok unsur bentuk yang menjadi landasan kemelekatan,
2. Kelompok unsur perasaan yang menjadi landasan kemelekatan,
3. Kelompok unsur persepsi yang menjadi landasan kemelekatan,
4. Kelompok unsur bentukan kehendak yang menjadi landasan kemelekatan,
5. Kelompok unsur kesadaran yang menjadi landasan kemelekatan.
Inilah, , para Bhikṣu, lima kelompok unsur kehidupan (batin dan jasmani) yang menjadi landasan kemelekatan.

3. Delapan Belas Unsur

Disini, para Bhikṣu, apakah delapan belas unsur?
Itu adalah:
1. Unsur mata,
2. Unsur bentuk,
3. Unsur kesadaran mata,
4. Unsur telinga,
5. Unsur suara,
6. Unsur kesadaran telinga,
7. Unsur hidung,
8. Unsur bau-bauan,
9. Unsur kesadaran hidung,
10. Unsur lidah,
11. Unsur rasa kecapan,
12. Unsur kesadaran lidah,
13. Unsur tubuh,
14. Unsur objek sentuhan,
15. Unsur kesadaran tubuh,
16. Unsur pikiran,
17. Unsur fenomena pikiran,
18. Unsur kesadaran pikiran.
Inilah, para Bhikṣu, yang disebut sebagai delapan belas unsur.

4. Dua Belas Bidang Indria

Disini, para Bhikṣu, apakah dua belas bidang indria?
Itu adalah:
1. Bidang internal indria mata,
2. Bidang eksternal indria bentuk,
3. Bidang internal indria telinga,
4. Bidang eksternal indria suara,
5. Bidang internal indria hidung,
6. Bidang eksternal indria bau-bauan,
7. Bidang internal indria lidah,
8. Bidang eksternal indria rasa kecapan,
9. Bidang internal indria tubuh,
10. Bidang eksternal indria objek sentuhan,
11. Bidang internal indria pikiran,
12. Bidang eksternal indria fenomena pikiran.
Inilah, para Bhikṣu, yang disebut sebagai dua belas bidang indria.

5. Dua Belas Faktor Asal Mula Yang Bergantungan

Disini, para Bhikṣu, apakah dua belas faktor asal mula yang bergantungan?
Itu adalah:
1. Dengan ketidak tahuan sebagai kondisi: bentukan-bentukan kehendak,
2. Dengan bentukan-bentukan kehendak sebagai kondisi: kesadaran,
3. Dengan kesadaran sebagai kondisi: batin dan jasmani,
4. Dengan batin dan jasmani sebagai kondisi: enam landasan indria,
5. Dengan enam landasan indria sebagai kondisi: kontak,
6. Dengan kontak sebagai kondisi: perasaan,
7. Dengan perasaan sebagai kondisi: ketagihan,
8. Dengan ketagihan sebagai kondisi: kemelekatan,
9. Dengan kemelekatan sebagai kondisi: penjelmaan,
10. Dengan penjelmaan sebagai kondisi: kelahiran,
11. Dengan kelahiran sebagai kondisi:
12. Penuaan, kematian, kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidak-senangan, dan keputus-asaan semua muncul, demikianlah asal-mula dari keseluruhan kumpulan besar penderitaan.

1. Tetapi, dari lenyapnya ketidak tahuan, itu adalah lenyapnya bentukan-bentukan kehendak,
2. Dari lenyapnya bentukan-bentukan kehendak, lenyapnya kesadaran,
3. Dari lenyapnya kesadaran, lenyapnya batin dan jasmani,
4. Dari lenyapnya batin dan jasmani, lenyapnya enam landasan indria,
5. Dari lenyapnya enam landasan indria, lenyapnya kontak,
6. Dari lenyapnya kontak, lenyapnya perasaan,
7. Dari lenyapnya perasaan, lenyapnya ketagihan,
8. Dari lenyapnya ketagihan, lenyapnya kemelekatan,
9. Dari lenyapnya kemelekatan, lenyapnya penjelmaan,
10. Dari lenyapnya penjelmaan, lenyapnya kelahiran,
11. Dari lenyapnya kelahiran:
12. Penuaan, kematian, kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidak-senangan, dan keputus-asaan semua lenyap, demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan besar penderitaan.

5.1 Ketidak Tahuan

Disini apakah ketidak tahuan?
Itu adalah:
Tidak mengetahui masa lalu, tidak mengetahui masa depan, tidak mengetahui saat ini, tidak mengetahui internal, tidak mengetahui eksternal, tidak mengetahui internal dan eksternal, tidak mengetahui apa itu (kehendak) perbuatan, tidak mengetahui hasil, tidak mengetahui (kehendak) perbuatan dan hasilnya; tidak mengetahui tindakan baik, tidak mengetahui tindakan buruk, tidak mengetahui apa itu tindakan baik dan buruk; tidak mengetahui penyebab, tidak mengetahui hasilnya, tidak mengetahui penyebab dan hasilnya; tidak mengetahui asal mula penyebab dari segala sesuatu, tidak mengetahui kemunculan bergantungan, tidak mengetahui kemunculan bergantungan segala sesuatu; tidak mengetahui Buddha, tidak mengetahui Dharma, tidak mengetahui Saṁgha, tidak mengetahui penderitaan, tidak mengetahui asal mulanya, tidak mengetahui lenyapnya, tidak mengetahui Sang Jalan, tidak mengetahui hal-hal yang bajik dan tidak bajik, tidak mengetahui hal-hal yang tercela dan tidak tercela; tidak mengetahui apa saja yang seharusnya dan tidak seharusnya dipraktekkan, tidak mengetahui apa saja yang rendah dan unggul, (atau) gelap dan terang.
Sehubungan dengan enam bidang indria, kebutaan, atau kurangnya penembusan, kurangnya pemahaman, kurangnya pengetahuan tentang arah segala sesuatu, sepenuhnya terdelusi, kebingungan karena ketidak tahuan.
Inilah yang dikatakan sebagai ketidak tahuan.

5.2 Bentukan Bentukan Kehendak

Dengan ketidak tahuan sebagai kondisi: bentukan bentukan kehendak dikatakan.
Apakah bentukan bentukan kehendak?
Ada tiga bentukan kehendak:
1. Bentukan tubuh,
2. Bentukan ucapan,
3. Bentukan batin.

1. Apakah bentukan tubuh?
Napas-masuk dan napas-keluar, hal-hal ini adalah jasmaniah, (mereka) bergantung pada tubuh, terhubung dengan tubuh, ada dengan bergantung pada tubuh. Itulah sebabnya mengapa napas-masuk dan napas-keluar dikatakan sebagai bentukan tubuh.
2. Apakah bentukan ucapan?
Setelah berpikir dan memeriksa ia mengucapkan kata-kata, bukan tanpa berpikir, bukan tanpa memeriksa. Itulah sebabnya mengapa berpikir dan memeriksa dikatakan sebagai bentukan ucapan.
3. Apakah bentukan batin?
Apapun niatan berhasrat, niatan kebencian, niatan terdelusi (adalah), faktor batiniah, (mereka) bergantung pada pikiran, terhubung pada pikiran, ada dengan bergantung pada pikiran. Itulah sebabnya niatan dikatakan sebagai bentukan batin.
Inilah, para Bhikṣu, yang disebut sebagai tiga bentukan-bentukan kehendak.

5.3 Kesadaran

Dengan bentukan bentukan kehendak sebagai kondisi: kesadaran dikatakan.
Apakah kesadaran?
Ada enam kelompok kesadaran.
Apa enam itu?
Itu adalah:
1. Kesadaran mata,
2. Kesadaran telinga,
3. Kesadaran hidung,
4. Kesadaran lidah,
5. Kesadaran tubuh,
6. Kesadaran pikiran.
Inilah yang disebut sebagai kesadaran didalam kelompok enam kesadaran.

5.4 Batin Dan Jasmani

Dengan kesadaran sebagai kondisi: batin dan jasmani dikatakan.
Disini, apakah itu batin?
Batin adalah empat komponen tidak berbentuk.
Apa empat itu?
1. Komponen perasaan,
2. Komponen persepsi,
3. Komponen bentukan bentukan kehendak,
4. Komponen kesadaran.
Inilah batin.
Apakah itu jasmani?
Apapun yang berasal, dari semua ini: empat unsur utama, dan apapun yang berasal dari empat unsur utama.
Apa empat itu?
1. Unsur tanah,
2. Unsur air,
3. Unsur api,
4. Unsur angin.

1. Apakah unsur tanah?
Apapun yang berat dan padat.
2. Apakah unsur air?
Apapun yang cair dan mengalir.
3. Apakah unsur api?
Apapun yang panas dan memasakkan.
4. Apakah unsur angin?
Apapun yang fleksibel, tersebar dan ringan dalam pergerakan.
Inilah jasmani dan sebelumnya adalah batin.
Keduanya bersama sama  secara singkat yang disebut sebagai batin dan jasmani.

5.5 Enam Landasan Indria

Dengan batin dan jasmani sebagai kondisi: enam landasan indria dikatakan.
Apakah enam landasan indria?
Adalah enam landasan internal indria.
Itu adalah:
1. Landasan indria mata,
2. Landasan indria telinga,
3. Landasan indria hidung,
4. Landasan indria lidah,
5. Landasan indria tubuh,
6. Landasan indria pikiran.
Inilah yang disebut sebagai enam landasan indria.

5.6 Kontak

Dengan enam landasan indria sebagai kondisi: kontak dikatakan.
Apakah kontak?
Kelompok dari enam kontak.
Apakah enam itu?
1. Kontak mata,
2. Kontak telinga,
3. Kontak hidung,
4. Kontak lidah,
5. Kontak tubuh,
6. Kontak pikiran.
Inilah yang disebut sebagai kontak.

5.7 Perasaan

Dengan kontak sebagai kondisi: perasaan dikatakan.
Apakah perasaan?
Enam kelompok perasaan.
Apakah enam itu?
(1) Persaan yang muncul dari kontak mata, yang menyenangkan, tidak menyenangkan, bukan tidak senang dan bukan senang, dan juga (2-6) perasaan yang muncul dari kontak telinga, hidung, lidah, tubuh, dan kontak pikiran, yang menyenangkan, tidak menyenangkan, bukan tidak senang dan bukan senang.
Inilah yang disebut sebagai perasaan.

5.8 Ketagihan

Dengan perasaan sebagai kondisi: ketagihan dikatakan.
Apakah ketagihan?
Enam kelompok ketagihan.
Apakah enam itu?
1. Ketagihan pada bentuk,
2. Ketagihan pada suara,
3. Ketagihan pada bau-bauan,
4. Ketagihan pada rasa kecapan,
5. Ketagihan pada objek sentuhan,
6. Ketagihan pada fenomena pikiran.
Inilah yang disebut sebagai ketagihan.

5.9 Kemelekatan

Dengan ketagihan sebagai kondisi: kemelekatan dikatakan.
Apakah kemelekatan?
Ada empat kemelakan.
Apakah empat itu?
1. Kemelekatan kenikmatan indria,
2. Kemelekatan pada pandangan pandangan,
3. Kemelekatan pada aturan dan praktek,
4. Kemelekatan pada pandangan diri.
Inilah yang disebut sebagai kemelekatan.

5.10 Penjelmaan

Dengan kemelekatan sebagai kondisi: penjelmaan dikatakan.
Apakah penjelmaan?
(Ada) tiga penjelmaan.
Apakah tiga itu?
Itu adalah:
1. Penjelmaan di alam nafsu,
2. Penjelmaan di alam bentuk,
3. Penjelmaan di alam tanpa bentuk.

Disini, apakah penjelmaan di alam nafsu?
(alam nafsu) tersebut adalah:
1. Neraka
Ada delapan jenis neraka panas.
Apakah delapan itu?
Itu adalah:
1. (Neraka) “Hidup kembali” (Saṁjīva),
2. (Neraka) “Benang hitam” (Kālasūtra),
3. (Neraka) “Menghancurkan” (Saṁghāta).
4. (neraka) “Panas” (Raurava),
5. (Neraka) “Sangat panas” (Mahāraurava),
6. (Neraka) “Penyesalan” (Tapana),
7. (Neraka) “Cacian” (Pratāpana),
8. (Neraka) “Tidak pernah berhenti” (Avīci).
Ada delapan jenis neraka dingin.
(Apakah delapan itu?)
Itu adalah:
1. (Neraka) “Tumor” (Arbuda),
2. (Neraka) “Tumor besar” (Nirarbuda),
3. (Neraka) “Jeritan” (Aṭaṭa),
4. (Neraka) “Keluhan” (Hahavaḥ),
5. (Neraka) “Cuitan” (Huhuva),
6. (Neraka) “Teratai biru” (Utpala),
7. (Neraka) “Teratai merah” (Padma),
8. (Neraka) “Teratai merah besar” (Mahāpadma).
2. Hantu (Pretaḥ),
3. Binatang,
4. Manusia,
5. Dewa.

Ada Dewa dewa di enam alam nafsu.
Apakah enam itu?
1. Dewa dewa yang dikenal sebagai “Empat Raja Besar” (Cātur-mahā-rājikā),
2. Dewa dewa “Tiga Puluh Tiga Dewa” (Trayas-triṁśā),
3. (Dewa-dewa) Yāma,
4. (Dewa-dewa) “Puas” (Tuṣitā),
5. Dewa dewa yang “Senang dalam Menciptakan” (Nirmāṇa-rataya),
6. Dewa dewa yang “Menggunakan Kekuatan dari Ciptaan Dewa Lain” (Paranirmita-vaśavarti).

Disini, apakah penjelmaan di alam bentuk?
Itu adalah:
1. Pengikut Brahma (Brahma-kāyikā),
2. Mentri Brahma (Brahma-purohitā),
3. Maha Brahma,
4. (Brahma) Cahaya Terbatas (Parīttābhā),
5. (Brahma) Cahaya Tak Terbatas (Apramāṇābhā),
6. (Brahma) Pancaran Cahaya (Ābhāsvarā),
7. (Brahma) Keindahan Terbatas (Parītta-Śubhā),
8. (Brahma) Keindahan Bercahaya (Śubha-Kṛtsnā),
9. (brahma) Gemilang (Anabhrakā),
10. (Brahma) Terlahir dari Jasa (Puṇya-Prasavā),
11. (Brahma) Hasil Meningkat (Bṛhat-Phalā),
12. (Brahma) Tidak Lagi Meningkat (Abṛhā),
13. (Brahma) Tanpa Gangguan (Atapā),
14. (Brahma) Terlihat indah (Sudṛśā),
15. (Brahma) Indah (Sudarśanā),
16. (Brahma) Yang Tertinggi (Akaniṣṭhā).

Apakah penjelmaan di alam tanpa bentuk?
Itu adalah:
1. Landasan Ruang Tanpa Batas,
2. Landasan Kesadaran Tanpa Batas,
3. Landasan Kekosongan,
4. Landasan Bukan Persepsi juga Bukan Tiada Persepsi.
Dewa tanpa bentuk muncul dalam empat cara sesuai (tingkatan dari) meditasi pikiran saja.
Inilah yang disebut sebagai elemen tanpa bentuk.
Inilah tiga jenis penjelmaan.
Inilah yang disebut sebagai penjelmaan.

5.11 Kelahiran

Dengan penjelmaan sebagai kondisi: kelahiran dikatakan.
Apakah kelahiran?
Untuk berbagai makhluk dari berbagai kelas makhluk inilah (proses dari) kelahiran, menjadi lahir, terlahir kembali, muncul, timbul, manifestas, memiliki komponen-komponen, memiliki elemen-elemen, memiliki enam landasan indria, pembuatan komponen-komponen pikiran, munculnya indriya kehidupan, disatukan dalam masing-masing bagian.
Inilah yang disebut sebagai kelahiran.

5.12 Penuaan dan Kematian

Dengan kelahiran sebagai kondisi: penuaan dan kematian disebut.
Apakah penuaan?
Apapun yang mengalami kebotakan, rambut memutih, kulit keriput, penuaan, kebungkukan, kebengkokan, kelengkungan, pembengkokan, berderak di tenggorokan ketika nafas masuk dan nafas keluar, bintik di anggota tubuh, ditopang dengan tongkat, tubuh membungkuk kedepan, menurunnya kemampuan indria, terputusnya kondisi (untuk hidup), saat menjadi kuno, kelesuhan, tidak enak badan, kelemahan, menyusut jauh, sempurna menyusut.
Inilah yang disebut usia tua.
Apakah kematian?
Untuk berbagai makhluk dari berbagai kelas makhluk menjadi gugur, kejatuhan, menyusut jauh, lenyapnya, pembuatan waktu, semakin menyusut usianya, berkurang jauh panas dan vitalitasnya, berhentinya vitalitas kehidupan, terpisahnya komponen komponen.
Inilah yang disebut kematian.
Kematian dan penuaan, keduanya bersama secara singkat apa yang disebut sebagai penuaan dan kematian.
Inilah, para Bhikṣu, dua belas faktor asal mula yang bergantungan.

6. Empat Kebenaran Mulia

Disini, (para Bhikṣu,) apakah empat kebenaran mulia?
(Itu adalah:)
1. Kebenaran mulia penderitaan,
2. Kebenaran mulia asal mula penderitaan,
3. Kebenaran mulia lenyapnya penderitaan,
4. Kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan,

6.1 Kebenaran Mulia Penderitaan

Disini, apakah kebenaran mulia penderitaan?
(itu adalah:)
Kelahiran adalah penderitaan,
usia tua adalah penderitaan,
sakit adalah penderitaan,
kematian adalah penderitaan,
berpisah dari yang disukai adalah penderitaan,
berkumpul dengan yang tidak disukai adalah penderitaan,
tidak mendapatkan apa yang diinginkan dan dicari adalah penderitaan,
singkatnya, lima kelompok unsur kehidupan (batin dan jasmani) yang menjadi landasan kemelekatan adalah penderitaan.
Inilah yang disebut sebagai kebenaran mulia penderitaan.

6.2 Kebenaran Mulia Asal Mula Penderitaan

Apakah kebenaran mulia asal mula penderitaan?
Itu adalah:
Adalah ketagihan yang menuntun menuju penjelmaan baru, berhubungan dengan kesenangan dan nafsu, sangat menyenangi ini dan itu.
Inilah yang disebut sebagai kebenaran mulia asal mula penderitaan.

6.3 Kebenaran Mulia Lenyapnya Penderitaan

Apakah kebenaran mulia lenyapnya penderitaan?
Apapun ketagihan yang menuntun menuju penjelmaan baru, berhubungan dengan kesenangan dan nafsu, sangat menyenangi ini dan itu, ditinggalkannya tanpa sisa, melepaskan, membuangnya, dihancurkan, memudarnya, berhentinya, ditenangkan dan dilenyapkan.
Inilah yang disebut sebagai kebenaran mulia lenyapnya penderitaan.

6.4 Kebenaran Mulia Jalan Menuju Lenyapnya Penderitaan

Disini, apakah kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan?
Itu adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan yang dimulai dari pandangan benar dan seterusnya.
Itu adalah:
1. Pandangan benar,
2. pikiran benar,
3. ucapan benar,
4. perbuatan benar,
5. penghidupan benar,
6. usaha benar,
7. perhatian benar,
8. konsentrasi benar.
Inilah yang disebut sebagai kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan.
Inilah, para Bhikṣu, empat kebenaran mulia.

7. Dua Puluh Dua Indriya

Disini, para Bhikṣu , apakah dua puluh dua indriya?
Itu adalah:
1. Indriya mata,
2. indriya telinga,
3. indriya hidung,
4. indriya lidah,
5. indriya tubuh,
6. indriya pikiran,
7. indriya perempuan,
8. indriya laki-laki,
9. indriya kehidupan,
10. indriya penderitaan,
11. indriya kesedihan,
12. indriya kenikmatan,
13. indriya kesenangan,
14. indriya keseimbangan,
15. indriya keyakinan,
16. indriya kegigihan,
17. indriya perhatian,
18. indriya konsentrasi,
19. indriya kebijaksanaan,
20. indriya “Aku akan mengetahui apa yang tidak diketahui”.
21. indriya memahami,
22. indriya sepenuhnya memahami.
Inilah, para Bhikṣu, dua puluh dua indriya.

8. Empat Dhyānā

Disini, para Bhikṣu, apakah empat dhyānā?
1. Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu, dengan terasing dari kenikmatan-kenikmatan indria, terasing dari hal-hal yang jahat dan tidak bajik, memiliki pemikiran, pemeriksaan, dan kebahagiaan juga sukacita yang terlahir dari keterasingan, berdiam dalam pencapaian dhyānā pertama.
2. Dengan menenangkan pemikiran dan pemeriksaan, dengan kejernihan internal, dan keterpusatan pikiran, menjadi tanpa pemikiran, tanpa pemeriksaan, memperoleh kebahagiaan dan sukacita yang terlahir dari konsentrasi, dia berdiam dalam pencapaian dhyānā kedua.
3. Dengan memudarnya sukacita dia berdiam dalam keseimbangan, penuh perhatian, mengetahui dengan jelas, mengalami kebahagiaan di seluruh tubuh, yang dikatakan oleh Para Mulia: Ia berdiam dengan bahagia, penuh perhatian, dan tenang. (demikian) dia berdiam dalam pencapaian dhyānā ketiga.
4. Setelah meninggalkan kenikmatan dan meninggalkan kesakitan, dan dengan hilangnya kesenangan dan kesedihan batin sebelumnya, tanpa kesakitan, tanpa kenikmatan, dan dengan perhatian yang sepenuhnya murni dan keseimbangan, dia berdiam dalam pencapaian dhyānā keempat.
Inilah, para Bhikṣu, empat dhyānā.

9. Empat Pencapaian Tanpa Bentuk

Disini, para Bhikṣu, apakah empat pencapaian tanpa bentuk?
1. Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu, setelah sepenuhnya melampaui persepsi bentuk-bentuk, dengan lenyapnya persepsi kontak indria, dengan tanpa-perhatian pada persepsi keberagaman, (ia memahami): ‘ruang adalah tanpa batas, berdiam dalam landasan ruang tanpa batas.
2. Setelah sepenuhnya melampaui landasan ruang tanpa batas, (ia memahami): ‘kesadaran adalah tanpa batas,’ ia berdiam dalam landasan kesadaran tanpa batas.
3. Setelah sepenuhnya melampaui landasan kesadaran tanpa batas, (ia memahami): ‘tidak ada apa-apa,’ ia berdiam dalam landasan kekosongan.
4. Setelah sepenuhnya melampaui landasan kekosongan, ia berdiam dalam landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi.
Inilah, para Bhikṣu, yang disebut sebagai empat pencapaian tanpa bentuk.

10. Empat Kediaman Luhur

(Disini, para Bhikṣu,) apakah empat kediaman luhur?
Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu (1) dengan memiliki cinta kasih, dengan pikiran bebas dari kebencian, permusuhan, dan niat buruk, mulia, luas, tanpa terkecuali, tidak terukur, terkembang dengan baik, dengan (pikiran) yang terbebas melalui konsentrasi dia berdiam meliputi satu arah (dengan cinta kasih), demikian pula (arah) kedua, demikian pula (arah) ketiga, demikian pula (arah) keempat, demikian pula dalam (arah) teratas, (arah) terbawah,  dan di seluruh dunia di semua tempat, (ia berdiam) dengan memiliki cinta kasih, dengan pikiran bebas dari kebencian, permusuhan, dan niat buruk, mulia, luas, tanpa terkecuali, tidak terukur, terkembang dengan baik, dengan (pikiran) yang terbebas melalui konsentrasi dia berdiam meliputi satu arah (dengan cinta kasih).
Juga, (2) dengan memiliki belas kasihan ... (3) dengan memiliki kegembiraan altruistik ... (4) dengan memiliki keseimbangan ... dengan pikiran bebas dari kebencian, permusuhan, dan niat buruk, mulia, luas, tanpa terkecuali, tidak terukur, terkembang dengan baik, dengan (pikiran) yang terbebas melalui konsentrasi dia berdiam meliputi satu arah (dengan keseimbangan).
Inilah, para Bhikṣu, empat kediaman luhur.

11. Empat Cara Praktik

Disini, para Bhikṣu, apakah empat cara praktik?
1. Ada, para Bhikṣu, praktik yang menyakitkan dan lambat dalam pengetahuan,
2. praktik yang menyakitkan dan cepat dalam pengetahuan,
3. praktik yang menyenangkan dan lambat dalam pengetahuan,
4. praktik yang menyenangkan dan cepat dalam pengetahuan.

11.1 Praktik Yang Menyakitkan Dan Pengetahuan Yang Lambat

Disini, para Bhikṣu, apakah praktik yang menyakitkan dan lambat dalam pengetahuan?
Disini, seseorang secara watak memiliki nafsu yang besar, memiliki kebencian yang besar, memiliki delusi yang besar, dan karena nafsunya yang besar, dia terus menerus mengalami kesakitan dan kesedihan yang ditimbulkan oleh nafsu, dan karena kebenciannya yang besar, dia terus menerus mengalami kesakitan dan kesedihan yang ditimbulkan kebencian, dan karena delusinya yang besar, dia terus menerus mengalami kesakitan dan kesedihan yang ditimbulkan oleh delusi.
Dan baginya lima Indriya ini lamban, lemah, tidak tajam, tidak cepat dalam membawanya menuju penghancuran noda-noda.
Apakah lima ini?
Itu adalah:
1. Indriya keyakinan,
2. Indriya kegigihan,
3. Indriya perhatian,
4. Indriya konsentrasi,
5. Indriya kebijaksanaan.
Demikianlah kelima Indriya ini lemah dan tidak cepat dan lamban dalam membawanya pada kontak dengan meditasi yang memiliki hasil langsung, yang dikatakan, penghancuran noda-noda.
Inilah prakik yang menyakitkan dan lambat dalam pengetahuan.

11.2 Praktik Yang Menyakitkan Dan Cepat Dalam Pengetahuan

Disini, apakah praktik yang menyakitkan dan cepat dalam pengetahuan?
Disini, seseorang secara watak memiliki nafsu yang besar, memiliki kebencian yang besar, memiliki delusi yang besar, dan karena nafsunya yang besar, dia terus menerus mengalami kesakitan dan kesedihan yang ditimbulkan oleh nafsu, dan karena kebenciannya yang besar, dia terus menerus mengalami kesakitan dan kesedihan yang ditimbulkan kebencian, dan karena delusinya yang besar, dia terus menerus mengalami kesakitan dan kesedihan yang ditimbulkan oleh delusi.
(Tetapi) baginya lima Indriya ini sangat menonjol, (mereka) tajam dan cepat dalam membawanya menuju penghancuran noda-noda.
Apakah lima ini?
Itu adalah:
1. Indriya keyakinan,
2. Indriya kegigihan,
3. Indriya perhatian,
4. Indriya konsentrasi,
5. Indriya kebijaksanaan.
(Dan karena) lima Indriya ini sangat menonjol, (mereka) tajam dan cepat dalam membawanya pada kontak dengan meditasi yang memiliki hasil langsung, yang dikatakan, penghancuran noda-noda.
Inilah praktik yang menyakitkan dan cepat dalam pengetahuan.

11.3 Praktik Yang Menyenangkan Dan Lambat Dalam Pengetahuan

Disini, apakah praktik yang menyenangkan dan lambat dalam pengetahuan?
Disini, seseorang secara watak memiliki nafsu yang sedikit, memiliki kebencian yang sedikit, memiliki delusi yang sedikit, dan karena nafsunya yang sedikit, dia tidak terus menerus mengalami kesakitan dan kesedihan yang ditimbulkan oleh nafsu, dan karena kebenciannya yang sedikit, dia tidak terus menerus mengalami kesakitan dan kesedihan yang ditimbulkan kebencian, dan karena delusinya yang sedikit, dia tidak terus menerus mengalami kesakitan dan kesedihan yang ditimbulkan oleh delusi.
(Tetapi) baginya lima Indriya ini lamban, lemah, tidak tajam, tidak cepat dalam membawanya menuju penghancuran noda-noda.
Apakah lima ini?
Itu adalah:
1. Indriya keyakinan,
2. Indriya kegigihan,
3. Indriya perhatian,
4. Indriya konsentrasi,
5. Indriya kebijaksanaan.
(Dan karena) kelima Indriya ini lemah dan tidak cepat dan lamban dalam membawanya pada kontak dengan meditasi yang memiliki hasil langsung, yang dikatakan, penghancuran noda-noda.
Inilah praktik yang menyenangkan dan lambat dalam pengetahuan.

11.4 Praktik Yang Menyenangkan Dan Cepat Dalam Pengetahuan

Disini, apakah praktik yang menyenangkan dan cepat dalam pengetahuan?
Disini, seseorang secara watak memiliki nafsu yang sedikit, memiliki kebencian yang sedikit, memiliki delusi yang sedikit, dan karena nafsunya yang sedikit, dia tidak terus menerus mengalami kesakitan dan kesedihan yang ditimbulkan oleh nafsu, dan karena kebenciannya yang sedikit, dia tidak terus menerus mengalami kesakitan dan kesedihan yang ditimbulkan kebencian, dan karena delusinya yang sedikit, dia tidak terus menerus mengalami kesakitan dan kesedihan yang ditimbulkan oleh delusi.
(Tetapi) baginya lima Indriya ini sangat menonjol, (mereka) tajam dan cepat dalam membawanya menuju penghancuran noda-noda.
Apakah lima ini?
Itu adalah:
1. Indriya keyakinan,
2. Indriya kegigihan,
3. Indriya perhatian,
4. Indriya konsentrasi,
5. Indriya kebijaksanaan.
(Dan karena) lima Indriya ini sangat menonjol, mereka (tajam) dan cepat dalam membawanya pada kontak dengan meditasi yang memiliki hasil langsung, yang dikatakan, penghancuran noda-noda.
Inilah praktik yang menyenangkan dan cepat dalam pengetahuan.
Inilah, para Bhikṣu, empat cara praktik.

12. Empat Pengembangan Konsentrasi

Disini, para Bhikṣu, apakah empat pengembangan konsentrasi?
1. Pengembangan konsentrasi, para Bhikṣu, yang, ketika dipraktikan, dikembangkan, dilakukan berulang, mengarah pada ditinggalkannya keinginan indria.
2. Pengembangan konsentrasi, para Bhikṣu, yang, ketika dipraktikan, dikembangkan, dilakukan berulang, mengarah pada kediaman bahagia saat ini.
3. Pengembangan konsentrasi, para Bhikṣu, yang, ketika dipraktikan, dikembangkan, dilakukan berulang, mengarah pada perolehan pengetahuan dan penglihatan.
4. Pengembangan konsentrasi, para Bhikṣu, yang, ketika dipraktikan, dikembangkan, dilakukan berulang, mengarah pada perolehan kebijaksanaan.

12.1 Ditinggalkannya Keinginan Indria

Disini, para Bhikṣu, apakah pengembangan konsentrasi yang, ketika dipraktikan, dikembangkan, dilakukan berulang, mengarah pada ditinggalkannya keinginan indria?
Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu yang setelah pergi ke hutan belantara, atau akar sebuah pohon, atau suatu tempat yang kosong, dengan memperhatikan tubuh ini – dari telapak kaki keatas, dari rambut kepala kebawah, dibatasi oleh kulit, seperti yang tersusun, seperti yang terlepas, penuh dengan berbagai jenis kotoran, merefleksikan dengan kebijaksanaan benar sebagaimana adanya:
Ada di tubuh ini:
                Rambut kepala, bulu badan, kuku, gigi, kotoran, kulit,
                daging, tulang, otot, saraf, ginjal,
                jantung, limpa, usus, membran mesenterium,
                perut bagian atas, makanan, perut, hati, tinja,
                air mata, keringat, ludah, lendir, minyak, cairan sendi,
                sumsum tulang, lemak, empedu, dahak, radang,
                darah, tengkorak, otak,
(demikianlah pada tubuh ini), penuh dengan berbagai jenis kotoran, ia merefleksikan dengan kebijaksanaan benar sebagaimana adanya.
Sama seperti, para Bhikṣu, ada sebuah lumbung beras dengan pintu terbuka di kedua ujungnya, penuh dengan berbagai varian dan jenis biji-bijian: gandum, wijen, moster, kacang hijau, milet dan kacang polong, dan seseorang dengan penglihatan baik melihat seluruhnya akan mengerti: ini adalah biji-bijian yang berbulu, ini adalah biji bijian dari buah, seperti itu, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu dengan memperhatikan tubuh ini – seperti yang tersusun, seperti yang terlepas, merefleksikan demikian.
Inilah pengembangan konsentrasi, yang, ketika dipraktikan, dikembangkan, dilakukan berulang, mengarah pada ditinggalkannya keinginan indria.

12.2 Kediaman Bahagia Saat Ini

Disini, para Bhikṣu, apakah pengembangan konsentrasi yang, ketika dipraktikan, dikembangkan, dilakukan berulang, mengarah pada kediaman bahagia saat ini?
Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu yang setelah pergi ke hutan belantara, atau akar sebuah pohon, atau suatu tempat yang kosong, memiliki tubuh yang diliputi secara internal, dengan kebahagiaan dan sukacita yang lahir dari keterasingan dan konsentrasi, dan itu memenuhi, terisi, dan terwujudnya.
Baginya tidak ada bagian tubuh yang tidak diliputi, yang tidak terwujudkan, oleh karena itu dikatakan, kebahagiaan dan sukacita lahir dari keterasingan dan konsentrasi.
Sama seperti, para Bhikṣu, bunga lili air atau teratai merah atau teratai putih yang lahir didalam air, tumbuh didalam air, berada didalam air, mereka semua sejuk, teraliri, tercurahkan, terpenuhi, terpuaskan dan terwujudkan didalam air, begitu pula, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu yang telah pergi ke hutan belantara, atau akar sebuah pohon, atau suatu tempat yang kosong, memiliki tubuh yang diliputi secara internal, dengan kebahagiaan dan sukacita yang lahir dari keterasingan dan konsentrasi, dan itu memenuhi, terisi, dan terwujudnya.
Baginya tidak ada bagian tubuh yang tidak diliputi, yang tidak terwujudkan, oleh karena itu dikatakan, kebahagiaan dan sukacita lahir dari keterasingan dan konsentrasi.
Inilah pengembangan konsentrasi yang, ketika dipraktikan, dikembangkan, dilakukan berulang, mengarah pada kediaman bahagia saat ini.

12.3 Perolehan Pengetahuan Dan Penglihatan

Disini, para Bhikṣu, apakah pengembangan konsentrasi, yang, ketika dipraktikan, dikembangkan, dilakukan berulang, mengarah pada perolehan pengetahuan dan penglihatan?
Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu memperhatihan dengan baik dan benar persepsi cahaya, menggunakan pikirannya dengan baik, melihatnya dengan baik, menembusnya dengan baik, setiap hari ia mengembangkan pikiran terangnya, tekun dalam persepsi, seperti pada siang hari, demikian pula malam hari, seperti pada malam hari, demikian pula siang hari; seperti sebelum, begitupun sesudah, seperti sesudah, begitupun sebelum; seperti dibawah, begitupun diatas, seperti diatas, begitupun dibawah.
Demikian dengan pikiran terbuka, yang mau menerima, setiap hari ia mengembangkan pikiran terangnya, tekun dalam persepsi, di setiap penjuru dunia.
Sama seperti, para Bhikṣu, pada siang hari di bulan pertama musim panas yang tanpa awan, tanpa guntur atau hujan, atau kabut, dan ditengah hari, seluruh tempat terliputi cahaya, itu murni, memenuhi, bercahaya, dan disana tidak ada kegelapan ditemukan, begitu pula, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu memperhatihan dengan baik dan benar persepsi cahaya, menggunakan pikirannya dengan baik, melihatnya dengan baik, menembusnya dengan baik, setiap hari ia mengembangkan pikiran terangnya, tekun dalam persepsi, seperti pada siang hari, demikian pula malam hari, seperti pada malam hari, demikian pula siang hari; seperti sebelum, begitupun sesudah, seperti sesudah, begitupun sebelum; seperti dibawah, begitupun diatas, seperti diatas, begitupun dibawah.
Demikian dengan pikiran terbuka, yang mau menerima, setiap hari ia mengembangkan pikiran terangnya, tekun dalam persepsi, di setiap penjuru dunia.
Inilah pengembangan konsentrasi, yang, ketika dipraktikan, dikembangkan, dilakukan berulang, mengarah pada perolehan pengetahuan dan penglihatan.

12.4 Perolehan Kebijaksanaan

Disini, para Bhikṣu, apakah pengembangan konsentrasi, yang, ketika dipraktikan, dikembangkan, dilakukan berulang, mengarah pada perolehan kebijaksanaan?
Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu yang setelah pergi ke hutan belantara, atau akar sebuah pohon, atau suatu tempat yang kosong, Setelah meninggalkan kenikmatan dan meninggalkan kesakitan, dan dengan hilangnya kesenangan dan kesedihan batin sebelumnya, tanpa kesakitan, tanpa kenikmatan, dan dengan perhatian yang sepenuhnya murni dan keseimbangan, dia berdiam dalam pencapaian dhyānā keempat.
Inilah pengembangan konsentrasi, yang, ketika dipraktikan, dikembangkan, dilakukan berulang, mengarah pada perolehan kebijaksanaan.
Inilah empat pengembangan konsentrasi.

13. Empat Cara Perhatian Benar

Disini, para Bhikṣu, apakah empat cara perhatian benar?
1. Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu berdiam dengan merenungkan secara internal (sifat dari) jasmani didalam jasmani, tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia. Ia berdiam dengan merenungkan secara eksternal (sifat dari) jasmani didalam jasmani, ia berdiam dengan merenungkan secara internal dan eksternal (sifat dari) jasmani didalam jasmani, tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia.
2. Dia berdiam dengan merenungkan secara internal, eksternal, internal dan eksternal, (sifat dari) perasaan didalam perasaan, tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia.
3. Dia berdiam dengan merenungkan secara internal, eksternal, internal dan eksternal, (sifat dari) pikiran didalam pikiran, tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia.
4. Dia berdiam dengan merenungkan secara internal, eksternal, internal dan eksternal, (sifat dari) fenomena didalam (berbagai macam) fenomena, tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia.
Inilah, para Bhikṣu, empat cara perhatian benar.

14. Empat Usaha Benar

Disini, para Bhikṣu, apakah empat usaha benar?
1. Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu sehubungan dengan pikiran yang buruk dan tidak bajik yang telah muncul, membangkitkan keinginan untuk meninggalkannya, ia berusaha, mendesak dengan kuat, mengerahkan pikirannya, dan berusaha dengan benar.
2. Sehubungan dengan pikiran yang buruk dan tidak bajik yang belum muncul, membangkitkan keinginan untuk tidak memunculkannya, ia berusaha, mendesak dengan kuat, mengerahkan pikirannya, dan berusaha dengan benar.
3. Dia membangkitkan keinginan untuk memunculkan pikiran bajik yang belum muncul, ia berusaha, mendesak dengan kuat, mengerahkan pikirannya, dan berusaha dengan benar.
4. Sehubungan dengan pikiran yang bajik yang telah muncul, membangkitkan keinginan untuk mempertahankannya, ia berusaha, mendesak dengan kuat, mengerahkan pikirannya, dan berusaha dengan benar.
Inilah, para Bhikṣu, empat usaha benar.

15. Empat Landasan Kekuatan Spiritual

Disini, para Bhikṣu, apakah empat landasan kekuatan spiritual?
1. Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu mengembangkan landasan kekuatan spiritual yaitu adalah konsentrasi keinginan yang disertai dengan kemauan untuk berusaha, bergantung pada keterasingan, bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam pelepasan, dan keinginannya tidak akan terlalu kendur atau terlalu kuat.
2. Ia mengembangkan landasan kekuatan spiritual yaitu adalah konsentrasi kegigihan yang disertai dengan kemauan untuk berusaha, bergantung pada keterasingan, bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam pelepasan, dan kegigihannya tidak akan terlalu kendur atau terlalu kuat.
3. Ia mengembangkan landasan kekuatan spiritual yaitu adalah konsentrasi pikiran yang disertai dengan kemauan untuk berusaha, bergantung pada keterasingan, bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam pelepasan, dan pikirannya tidak akan terlalu kendur atau terlalu kuat.
4. Ia mengembangkan landasan kekuatan spiritual yaitu adalah konsentrasi penyelidikan yang disertai dengan kemauan untuk berusaha, bergantung pada keterasingan, bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam pelepasan, dan penyelidikannya tidak akan terlalu kendur atau terlalu kuat.
Inilah, para Bhikṣu, empat landasan kekuatan spiritual.

16. Lima indriya

Disini, para Bhikṣu, apakah lima indriya?
Itu adalah:
1. Indriya keyakinan,
2. Indriya kegigihan,
3. Indriya perhatian,
4. Indriya konsentrasi,
5. Indriya kebijaksanaan.

1. Disini, apakah indriya keyakinan?
Itu adalah keyakinan yang ia miliki sehubungan dengan empat hal.
Apakah empat itu?
1. Ia memiliki keyakinan pada pandangan benar sehubungan dengan alam-alam duniawi dimana terdapat kelahiran dan kematian,
2. pada perlindungan dalam perbuatan dan hasil,
3. pada setiap perbuatan yang akan kulakukan, apakah baik atau buruk, aku akan merasakan hasil dari perbuatan itu,
4. pada ia tidak akan melakukan perbuatan buruk, bahkan demi kehidupannya.
Inilah yang disebut dengan keyakinan.
2. Disini, apakah indriya kegigihan?
Dengan indriya keyakinan dia memiliki keyakinan dalam hal-hal tersebut, dan dengan indriya kegigihan ia berupaya memunculkan hal-hal tersebut.
Inilah yang disebut sebagai kegigihan.
3. Disini, apakah indriya perhatian?
Dengan indriya kegigihan dia berupaya memunculkan hal-hal tersebut, dan dengan indriya perhatian ia berupaya agar hal-hal tersebut tidak mengarah pada kehancuran.
Inilah yang disebut sebagai perhatian.
4. Disini, apakah indriya konsentrasi?
Dengan indriya perhatian ia berupaya agar hal-hal tersebut tidak mengarah pada kehancuran, dan dengan indriya konsentrasi ia memperbaiki perhatiannya pada hal-hal tersebut.
Inilah yang disebut sebagai konsentrasi.
5. Disini, apakah indriya kebijaksanaan?
Dengan indriya konsentrasi ia memperbaiki perhatiannya pada hal-hal tersebut, dan dengan indriya kebijaksanaan ia menembus dan merefleksikan pada kelahiran hal-hal tersebut.
Inilah yang disebut sebagai kebijaksanaan.
Inilah, para Bhikṣu, lima indriya.

17. Lima Kekuatan

Disini, para Bhikṣu, apakah lima kekuatan?
Itu adalah:
1. Kekuatan keyakinan,
2. Kekuatan kegigihan,
3. Kekuatan perhatian,
4. Kekuatan konsentrasi,
5. Kekuatan kebijaksanaan.
Inilah, para Bhikṣu, lima kekuatan.

18. Tujuh Faktor Pencerahan

Disini, para Bhikṣu, apakah tujuh faktor pencerahan?
Itu adalah:
1. Faktor pencerahan perhatian,
2. Faktor pencerahan pembedaan penyelidikan (sifat dari) segala sesuatu,
3. Faktor pencerahan kegigihan,
4. Faktor pencerahan sukacita,
5. Faktor pencerahan ketenangan,
6. Faktor pencerahan konsentrasi,
7. Faktor pencerahan keseimbangan.

1. Disini, para Bhikṣu, seorang Bhikṣu mengembangkan faktor pencerahan perhatian, bergantung pada keterasingan, bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam pelepasan.
2. ia mengembangkan faktor pencerahan pembedaan penyelidikan (sifat dari) segala sesuatu, bergantung pada keterasingan, bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam pelepasan.
3. ia mengembangkan faktor pencerahan kegigihan, bergantung pada keterasingan, bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam pelepasan.
4. ia mengembangkan faktor pencerahan sukacita, bergantung pada keterasingan, bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam pelepasan.
5. ia mengembangkan faktor pencerahan ketenangan, bergantung pada keterasingan, bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam pelepasan.
6. ia mengembangkan faktor pencerahan konsentrasi, bergantung pada keterasingan, bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam pelepasan.
7. ia mengembangkan faktor pencerahan keseimbangan, bergantung pada keterasingan, bergantung pada tanpa nafsu, bergantung pada penghentian, matang dalam pelepasan.
Inilah, para Bhikṣu, tujuh faktor pencerahan.

19. Jalan Mulia Berunsur Delapan

Disini, para Bhikṣu, apakah jalan mulia berunsur delapan?
Itu adalah:
1. Pandangan benar,
2. pikiran benar,
3. ucapan benar,
4. perbuatan benar,
5. penghidupan benar,
6. usaha benar,
7. perhatian benar,
8. konsentrasi benar.

19.1 Pandangan Benar

Disini, para Bhikṣu, apakah pandangan benar?
Ada dunia ini, ada dunia berikutnya, ada (kewajiban terhadap) ibu, ada (kewajiban terhadap) ayah, ada pemberian, ada persembahan, ada buah dan hasil dari perbuatan baik dan buruk yang telah dilakukan, dalam dunia ini dan berikutnya, ada di dunia orang-orang yang telah berlatih dan memiliki pencapaian benar.
Inilah, para Bhikṣu, adalah pandangan benar, yang berlawanan dengan pandangan salah.

19.2 Pikiran Benar

Disini, para Bhikṣu, apakah pikiran benar?
Itu adalah kebajikan dan kedermawanan yang matang dalam kualitas keBuddhahan dan sebagainya, bukan (yang) matang dalam raja dunia dan sebagainya.
(Inilah, para Bhikṣu, adalah pikiran benar.)

19.3 Ucapan Benar

Disini, para Bhikṣu, apakah ucapan benar?
Disini, para Bhikṣu, itu adalah menghindari ucapan kasar, berbohong, memecah-belah dan ucapan yang tidak berguna.
Inilah, para Bhikṣu, yang disebut sebagai ucapan benar.

19.4 Perbuatan Benar

Disini, para Bhikṣu, apakah perbuatan benar?
Itu adalah pelaksanaan dari sepuluh jenis perbuatan bajik dari jasmani, ucapan, dan pikiran.
1. Disini, melalui jasmani terbagi menjadi tiga: menahan diri dari pembunuhan makhluk hidup, dari mengambil apa yang tidak diberikan, dari perbuatan seksual yang salah.
2. Melalui ucapan terbagi menjadi empat: menahan diri dari berbohong, memecah-belah, kasar dan tidak berguna.
3. Melalui pikiran terbagi menjadi tiga: menahan diri dari mendambakan, mencelakai, dan pandangan salah.

1. 1. Disini, apakah pembunuhan makhluk hidup?
Ada sebuah makhluk hidup, sebuah makhluk dengan daya hidup, dan pikiran membunuh muncul, dan ia berusaha mendekati dan merenggut kehidupannya. Inilah, para Bhikṣu, yang disebut sebagai pembunuhan makhluk hidup. Kecuali itu tidak disebut pembunuhan makhluk hidup jika dilakukan melalui kelalaian atau tanpa persepsi.
Inilah yang disebut sebagai pembunuhan makhluk hidup.
2. Disini, apakah mengambil apa yang tidak diberikan?
Dengan memiliki pikiran mencuri dia mengambil apa yang tidak diberikan dan membuat milik orang lain menjadi miliknya. Kecuali itu tidak disebut mengambil apa yang tidak diberikan ketika seseorang mendapatkan jumlah yang kecil, yang tidak menciptakan kendala, dari ibu, ayah, saudara, kerabat atau milik teman.
Inilah yang disebut sebagai mengambil apa yang tidak diberikan.
3. Disini apakah perbuatan seksual yang salah?
Melakukan seks dengan wanita lain, yang dalam perlindungan penguasa tertinggi, raja, ibu, ayah, dan (juga) praktik buruk setelah pergi ke tempat yang salah, atau ketika waktu yang salah.
Inilah yang disebut sebagai perbuatan seksual yang salah.
Melalui jasmani terbagi menjadi tiga.
2. 1. Apakah berbohong?
Ketika diminta memberi kesaksian yang sebenarnya ia mengatakan yang tidak benar, sebuah kebohongan, seperti seseorang yang bukan seorang Arhat mengatakan orang tertentu adalah Arhat, kecuali dalam candaan.
Inilah yang disebut sebagai berbohong.
2. Apakah (ucapan) memecah belah?
Memecah belah (orang lain) dengan ucapan yang benar atau salah, itulah (ucapan) memecah belah.
Inilah yang disebut sebagai (ucapan) memecah belah.
3. Disini apakah (ucapan) kasar?
Mengucapkan ucapan yang tidak baik dengan niat untuk menyebabkan penderitaan pada orang lain adalah (ucapan) kasar. Dengan memahami bahwa ada kemalangan dan penderitaan untuknya, melakukan ucapan yang tidak baik, itulah (ucapan) kasar.
Inilah yang disebut sebagai ucapan kasar.
4. Apakah (ucapan) tidak berguna?
Itu adalah: Pembicaraan sehubungan dengan raja-raja, pembicaraan sehubungan dengan para pencuri, pembicaraan sehubungan dengan peperangan, pembicaraan sehubungan dengan minuman memabukkan, pembicaraan sehubungan dengan judi, pembicaraan sehubungan dengan perempuan, atau ucapan itu adalah ucapan tentang kisah-kisah.
Inilah yang disebut sebagai (ucapan) tidak berguna.
Melalui ucapan terbagi menjadi empat.
3. 1. Disini, apakah mendambakan?
Mendambakan dan menginginkan milik orang lain sebagai miliknya, (dengan pikiran) semoga apapun miliknya adalah milikku.
Inilah yang disebut sebagai mendambakan.
2. Disini, apakah mencelakai?
Berpikir untuk menekan, memotong, atau merenggut kehidupan orang lain.
Inilah yang disebut sebagai mencelakai.
3. Disini apakah pandangan salah?
 Tidak ada dunia ini, tidak ada dunia berikutnya, dan seterusnya seperti sebelumnya.
Inilah yang disebut sebagai pandangan salah.
(Melalui pikiran terbagi menjadi tiga).
Inilah, para Bhikṣu, adalah ucapan benar.

19.5 Penghidupan Benar

Disini, para Bhikṣu, apakah penghidupan benar?
Seorang Bhikṣu adalah (1) licik, (2) penjilat, (3) pengisyarat, (4) pemeras, (5) mengejar keuntungan dengan keuntungan.
1. Disini apakah licik?
Seorang Bhikṣu, setelah melihat penderma, setelah menyilangkan kakinya, duduk di tempat yang kosong di sepanjang jalan: (dengan pikiran:) Akan ada perolehan dan penghormatan untuk saya (jika mereka berpikir:) pertapa yang sedang bermeditasi ini adalah seorang Arhat.
2. Disini apakah penjilat?
Disini seorang Bhikṣu untuk mendapatkan perolehan dan penghormatan (berkata): Kau adalah ibuku, kau adalah ayahku, kau adalah saudara perempuanku, kau adalah anak perempuanku, dan ucapan-ucapan seperti ini juga kata-kata cinta lainnya.
Inilah yang disebut dengan penjilat.
3. Disini apakah pengisyarat?
Seorang Bhikṣu, setelah memakan makanannya, berulang kali berkata: Dana makan seperti ini tidak ditemukan di rumah umat awam lain. Jika ia berbicara dengan pikiran bebas dari (meninginkan) perolehan atau penghormatan, itu bukanlah sebuah kesalahan.
Inilah yang disebut dengan pengisyarat.
4. Disini apakah pemeras?
Seorang Bhikṣu, yang tidak menerima derma makanan pada suatu rumah, menginginkan itu diberikan, mengatakan ini di tempat itu: Mereka yang tidak memberi pergi ke neraka, anda tentu adalah salah satu dari mereka yang tidak memberi, dan akan terlahir kembali di neraka. Karena kahwatir dan ketakutan dengan neraka ia memberikan derma makanan, dan ia menerima dan menikmati itu.
Inilah yang disebut pemeras.
5. Disini apakah keinginan untuk mengejar keuntungan dengan keuntungan?
Seorang Bhikṣu, dari kekayaannya sendiri membeli jubah yang indah dan menunjukkannya kepada para umat awam (dengan berkata): Kami menerima pakaian yang ditenun. Mereka, setelah dipermalukan, memberikan pakaian seperti itu dan ia menikmatinya.
Inilah, para Bhikṣu, yang disebut sebagai mengejar keuntungan dengan keuntungan.
Inilah penghidupan salah bagi para Bhikṣu, (menahan diri dari hal itu disebut penghiduapan benar.)
Ini, para Bhikṣu, adalah penghidupan salah bagi umat awam:
Menjual racun, menjual senjata, menjual makhluk hidup, menjual minuman memabukkan, menjual daging, dan, tanpa diperiksa (terlebih dahulu), menghancurkan biji wijen dan moster (dan seterusnya) adalah penghidupan salah, menghindari dari itu disebut penghidupan benar.
Inilah, para Bhikṣu, adalah penghidupan benar.

19.6 Usaha Benar

Disini, para Bhikṣu, apakah usaha benar?
Disini, para Bhikṣu, seseorang dengan benar melakukan tugas seperti pemujaan, penghormatan, berdiri dan memberikan salam dengan hormat.
Inilah, para Bhikṣu, yang disebut sebagai usaha benar.

19.7 Perhatian Benar

Disini, para Bhikṣu, apakah perhatian benar?
Disini, para Bhikṣu, (seorang Bhikṣu) setelah melihat wanita, dan nafsu muncul, ia melihat itu secara benar dengan sifat tidak menariknya tubuh secara luar dan dalam (dengan merefleksikan), ada di tubuh ini:
                Rambut kepala, bulu badan, kuku, gigi, kotoran, kulit,
                daging, tulang, otot, saraf, ginjal,
                jantung, limpa, selaput dada, perut bagian atas, makanan,
                usus, membran mesenterium, perut, hati, tinja,
                air mata, keringat, ludah, lendir, minyak, cairan sendi,
                sumsum tulang, lemak, empedu, dahak, radang,
                darah, tengkorak, otak, tinja, kencing, (dan itu) penuh dengan berbagai jenis kotoran.
Inilah, para Bhikṣu, adalah perhatian benar.

19.8 Konsentrasi Benar

Disini, para Bhikṣu, apakah konsentrasi benar?
Adalah empat dhyānā.
1. Disini, (para Bhikṣu,) seorang Bhikṣu dengan terasing dari kenikmatan-kenikmatan indria, terasing dari hal-hal yang jahat dan tidak bajik, memiliki pemikiran, pemeriksaan, dan kebahagiaan juga sukacita yang terlahir dari keterasingan, berdiam dalam pencapaian dhyānā pertama.
2. Dengan menenangkan pemikiran dan pemeriksaan, dengan kejernihan internal, dan keterpusatan pikiran, menjadi tanpa pemikiran, tanpa pemeriksaan, memperoleh kebahagiaan dan sukacita yang terlahir dari konsentrasi, dia berdiam dalam pencapaian dhyānā kedua.
3. Dengan memudarnya sukacita dia berdiam dalam keseimbangan, penuh perhatian, mengetahui dengan jelas, mengalami kebahagiaan di seluruh tubuh, yang dikatakan oleh Para Mulia: Ia berdiam dengan bahagia, penuh perhatian, dan tenang. (demikian) dia berdiam dalam pencapaian dhyānā ketiga.
4. Setelah meninggalkan kenikmatan dan meninggalkan kesakitan, dan dengan hilangnya kesenangan dan kesedihan batin sebelumnya, tanpa kesakitan, tanpa kenikmatan, dan dengan perhatian yang sepenuhnya murni dan keseimbangan, dia berdiam dalam pencapaian dhyānā keempat.
Inilah, para Bhikṣu, adalah empat dhyānā.
Inilah, para Bhikṣu, adalah konsentrasi benar.
Inilah, para Bhikṣu, adalah jalan mulia berunsur delapan.

20. Enam Belas Cara Perhatian Penuh Ketika Bernafas

Disini, para Bhikṣu, apakah enam belas cara perhatian penuh ketika bernafas?
Disini, para Bhikṣu, (seorang Bhikṣu) ketika dengan penuh perhatian menarik nafas, secara benar mengetahui: aku menarik nafas dengan penuh perhatian, ketika dengan penuh perhatian menghembuskan nafas, secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas dengan penuh perhatian.
1. Ketika menarik nafas panjang, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas panjang, ketika menghembuskan nafas panjang, ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas panjang.
2. Ketika menarik nafas pendek, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas pendek, ketika menghembuskan nafas pendek, ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas pendek.
3. Ketika menarik nafas dan mengalami seluruh tubuh, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas dan mengalami seluruh tubuh, ketika menghembuskan nafas dan mengalami seluruh tubuh, ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas dan mengalami seluruh tubuh.
4. Ketika menarik nafas dan mengalami sukacita, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas dan mengalami sukacita, ketika menghembuskan nafas dan mengalami sukacita, ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas dan mengalami sukacita.
5. Ketika menarik nafas dan mengalami kebahagiaan, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas dan mengalami kebahagiaan, ketika menghembuskan nafas dan mengalami kebahagiaan, ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas dan mengalami kebahagiaan.
6. Ketika menarik nafas dan menenangkan bentukan-bentukan jasmani, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas dan menenangkan bentukan-bentukan jasmani, ketika menghembuskan nafas dan menenangkan bentukan-bentukan jasmani, ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas dan menenangkan bentukan-bentukan jasmani.
7. Ketika menarik nafas dan mengalami bentukan pikiran, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas dan mengalami bentukan pikiran, ketika menghembuskan nafas dan mengalami bentukan pikiran, ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas dan mengalami bentukan pikiran.
8. Ketika menarik nafas dan menenangkan bentukan-bentukan pikiran, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas dan menenangkan bentukan-bentukan pikiran, ketika menghembuskan nafas dan menenangkan bentukan-bentukan pikiran, ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas dan menenangkan bentukan-bentukan pikiran.
9. Ketika menarik nafas dan mengalami pikiran, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas dan mengalami pikiran, ketika menghembuskan nafas dan mengalami pikiran, ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas dan mengalami pikiran.
10. Ketika menarik nafas (dengan berpikir), pikiranku gembira ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas (dengan berpikir), pikiranku gembira, ketika menghembuskan nafas (dengan berpikir), pikiranku gembira ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas (dengan berpikir), pikiranku gembira.
11. Ketika menarik nafas dan mengkonsentrasikan pikiran, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas dan mengkonsentrasikan pikiran, ketika menghembuskan nafas dan mengkonsentrasikan pikiran, ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas dan mengkonsentrasikan pikiran.
12. Ketika menarik nafas (dengan berpikir), pikiranku bebas ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas (dengan berpikir), pikiranku bebas, ketika menghembuskan nafas (dengan berpikir), pikiranku bebas ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas (dengan berpikir), pikiranku bebas.
13. Begitu juga untuk merenungkan ketidak kekalan...
14. Merenungkan tanpa nafsu...
15. Merenungkan lenyapnya...
16. Ketika menarik nafas dan merenungkan pelepasan, ia secara benar mengetahui: aku menarik nafas dan merenungkan pelepasan, ketika menghembuskan nafas dan merenungkan pelepasan, ia secara benar mengetahui: aku menghembuskan nafas dan merenungkan pelepasan.
Inilah, para Bhikṣu, enam belas cara perhatian penuh ketika bernafas.

21. Empat Faktor Pemasuk Arus

Disini, para Bhikṣu, apakah empat faktor pemasuk arus?
1. Disini seorang (Bhikṣu,) siswa mulia ini memiliki keyakinan sempurna pada Sang Buddha (demikian): Karena itulah ia, Sang Bhagavān, yang tercerahkan, yang terunggul, Sambuddha yang sempurna, yang memiliki pemahaman dan perilaku baik, yang beruntung, yang memahami seluruh dunia,  pemimpin yang tiada taranya bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para deva dan manusia, seorang Buddha, Yang terberkahi.
2. Ia memiliki keyakinan sempurna pada Dharma (demikian):
Dharma telah dibabarkan dengan baik oleh Sang Bhagavā, itu terlihat, menyehatkan, tak lapuk oleh waktu, yang paling utama,  mengundang untuk diselidiki, dapat dimengerti oleh para bijaksana untuk dirinya sendiri, yaitu, (adalah) penghancur keangkuhan, penghilang rasa haus, penghapus nafsu, pemotong segala sesuatu (yang bermateri), mengarah pada kekosongan, akhir dari nafsu, tanpa nafsu, lenyapnya, Nirvāṇa.
3. Ia memiliki keyakinan sempurna pada Saṁgha (demikian):
Saṁgha para siswa Sang Bhagavā baik dalam praktik mereka, sistematis dalam praktik mereka... mempertahankan pandangan lurus dalam praktik mereka... benar dalam praktik mereka, berlatih sesuai dengan Dharma, hidup sesuai dengan Dharma, ada didalam Saṁgha mereka yang berlatih untuk merealisasikan bagi dirinya sendiri buah pemasuk arus, ada didalam Saṁgha mereka yang adalah pemasuk arus, ada didalam Saṁgha mereka yang berlatih untuk merealisasikan bagi dirinya sendiri buah yang sekali kembali, ada didalam Saṁgha mereka yang adalah seorang yang sekali kembali, ada didalam Saṁgha mereka yang berlatih untuk merealisasikan bagi dirinya sendiri buah yang tidak kembali, ada didalam Saṁgha mereka yang adalah seorang yang tidak kembali, ada didalam Saṁgha mereka yang berlatih untuk merealisasikan bagi dirinya sendiri buah keArhatan, ada didalam Saṁgha mereka yang adalah Arhat, yaitu, empat pasang orang, delapan jenis individu, inilah Saṁgha para siswa Sang Bhagavā,  yang memiliki kebajikan, yang memiliki konsentrasi, yang memiliki kebijaksanaan, yang memiliki keyakinan, yang memiliki pembelajaran, yang memiliki kebebasan, yang memiliki pengetahuan dan pemahaman mendalam pada kebebasan, yang patut menerima persembahan, keramahan, hadiah, dan prilaku benar, mereka adalah ladang menanam jasa yang tiada taranya yang terlihat di dunia.
4. Ia memiliki moralitas yang disenangi para mulia (demikian): Apapun moralitas yang ada, tidak rusak, tanpa cacat, tanpa bercak, tanpa cela,  menghasilkan kebebasan, tanpa melekat kepadanya, diperoleh dengan baik, dilakukan dengan baik,  dipuji oleh para bijaksana, tidak dicurigai oleh para bijaksana.
Inilah, para Bhikṣu, empat faktor pemasuk arus.

22. Sepuluh Kekuatan Tathāgata

Disini, para Bhikṣu, apakah sepuluh kekuatan Tathāgata?
1. Disini, para Bhikṣu, Sang Tathāgata, mengetahui sebagaimana adanya yang mungkin sebagai mungkin, dan yang tidak mungkin sebagai tidak mungkin, inilah kekuatan pertama Sang Tathāgata.
2. Akibat dari perbuatan yang dilakukan di masa lampau, masa depan, dan masa sekarang Ia mengetahui sebagaimana adanya.
3. Makhluk lain’ dan orang lain’ jenis dan berbagai macam kencenderungan Ia mengetahui sebagaimana adanya,
4. Berbagai jenis elemen dunia dan berbagai macam elemen Ia mengetahui sebagaimana adanya,
5. Indriya makhluk lain’ juga tinggi rendahnya Ia mengetahui sebagaimana adanya,
6. Praktik yang mengarah pada seluruh tujuan Ia mengetahui sebagaimana adanya,
7. (Sehubungan dengan) indriya makhluk lain’, kekuatan, faktor pencerahan, dhyānā, kebebasan, konsentrasi, pencapaian – pengotoran, pemurnian dan munculnya (hal tersebut) Ia mengetahui sebagaimana adanya,
8. Selanjutnya secara model, karakteristik, dan terperinci ia mengingat kembali kumpulan kelahiran sebelumnya, ia mengingat satu kehidupan, atau dua, tiga, empat (kehidupan), Ia mengingat secara terperinci seratus ribu milyar kehidupan.
9. Selanjutnya dengan mata dewa yang murni dan melampaui manusia (normal) Ia melihat kematian dan kemunculan makhluk, tindakan baik dan buruk mereka melalui jasmani, ucapan dan pikiran, kemunculan mereka dalam nasib yang baik dan buruk, dan tertentu (pada suatu makhluk).
10. Pemotongan kekotoran melalui penghancuran kekotoran, kebebasan pikiran melalui kebijaksanaan, Ia mengetahui sebagaimana adanya.
Inilah, para Bhikṣu, sepuluh kekuatan Tathāgata.

23. Empat Kepercayaan Diri

Disini, para Bhikṣu, apakah empat kepercayaan diri seorang Tathāgata?
1.‘Disini ketika mengaku Ia adalah Sang Bhagavān, yang tercerahkan, yang terunggul, Sambuddha yang sempurna, Ia tidak memiliki pengetahuan terhadap segala sesuatu.’ Dalam hal apapun ini dikatakan, dalam dunia dengan para Deva, Māra, dan Brāhma, dalam generasi ini, dengan para pertapa dan brāhmaṇa, pangeran, manusia dan asurā, tidak ada landasan untuk itu sehubungan dengan hal ini.
Tidak melihat landasan apapun (untuk hal itu) Tathāgata berdiam, setelah mencapai keamanan, setelah mencapai tanpa ketakukan, Ia mengetahui posisi kepemimpinanNya, dan setelah dengan benar pergi ke kumpulan orang banyak Ia mengaumkan auman Singa, Ia telah memutar roda (Dharma) yang tertinggi, dan itu tidak dapat diputar balik oleh pertapa atau brāhmaṇa, atau orang lain di dunia, sesuai dengan Dharma.
2. ‘‘Hal-hal ini yang Engkau katakan sebagai penghalang pastilah bukan halangan bagi orang yang mempraktikannya.’ Dalam hal apapun ini dikatakan... dan penjabaran lainnya (seperti sebelumnya).
3. ‘’Praktik yang dibabarkan olehKu kepada para muridKu, yang adalah mulia, mengarah pada pembebasan, ketika dipraktikan tidak membebaskan seseorang yang mempraktikannya, dan pada penghancuran penderitaan.’ Dalam hal apapun ini dikatakan... dan penjabaran lainnya seperti sebelumnya.
4. ‘Disini ketika mengaku tanpa kekotoran pada diriNya, kekotoran tidak sepenuhnya dihancurkan.’ Dalam hal apapun ini dikatakan, dalam dunia dengan para Deva, Māra, dan Brāhma, dalam generasi ini, dengan para pertapa dan brāhmaṇa, pangeran, manusia dan asurā, tidak ada landasan untuk itu sehubungan dengan hal ini.
Tidak melihat landasan apapun (untuk hal itu) Tathāgata berdiam, setelah mencapai keamanan, setelah mencapai tanpa ketakukan, Ia mengetahui posisi kepemimpinanNya, dan setelah dengan benar pergi ke kumpulan orang banyak Ia mengaumkan auman Singa, Ia telah memutar roda (Dharma) yang tertinggi, dan itu tidak dapat diputar balik oleh pertapa atau brāhmaṇa, atau orang lain di dunia, sesuai dengan Dharma.
Inilah empat kepercayaan diri seorang Tathāgata.

24. Empat Pengetahuan Analitis

Disini, para Bhikṣu, apakah empat pengetahuan analitis?
Itu adalah:
1. Pengetahuan analitis pada makna,
2. pengetahuan analitis pada Dharma,
3. pengetahuan analitis pada bahasa,
4. pengetahuan analitis pada ucapan inspiratif.

1. Apakah pengetahuan analitis pada makna?
Itu adalah, pengetahuan yang tidak berubah tentang kebenaran tertinggi.
2. Apakah pengetahuan analitis pada Dharma?
Pengetahuan yang tidak berubah tentang tanpa kekotoran.
3. Apakah pengetahuan analitis pada bahasa?
Pengetahuan yang tidak berubah tentang ucapan.
4. Apakah pengetahuan analitis pada ucapan inspiratif?
Ucapan yang pantas dan lancar dilafalkan: pengetahuan yang tidak berubah dan jelas (tentang hal) seseorang yang berdiam dengan memiliki konsentrasi.
Inilah empat pengetahuan analitis.

25. Delapan Belas Kualitas Luar Biasa Sang Buddha

Disini, para Bhikṣu, apakah delapan belas kualitas luar biasa Sang Buddha?
Itu adalah:
1. Tathāgata tidak dapat tersandung,
2. Ia tidak dapat menangis dengan keras,
3. Ia tidak dapat kehilangan perhatian penuhNya,
4. Ia tidak dapat memiliki ketidak-tenangan pada pikiranNya,
5. Ia tidak dapat memiliki persepsi keberagaman (dari perasaan),
6. Ia tidak dapat memiliki ketenangan karena kurangnya perhatian,
7. Ia tidak dapat kehilangan kesungguhan hati,
8. Ia tidak dapat  kehilangan kegigihan,
9. Ia tidak dapat kehilangan  perhatian,
10. Ia tidak dapat kehilangan konsentrasi,
11. Ia tidak dapat kehilangan kebijaksanaan,
12. Ia tidak dapat kehilangan kebebasan,
13. Ia secara independen, memiliki pengetahuan dan penglihatan yang tidak terhalang pada masa lalu.
14. Ia secara independen, memiliki pengetahuan dan penglihatan yang tidak terhalang pada masa depan.
15. Ia secara independen, memiliki pengetahuan dan penglihatan yang tidak terhalang pada masa saat ini.
16. seluruh perbuatan jasmaniNya didahului oleh pengetahuan, sesuai dengan pengetahuan,
17. seluruh perbuatan ucapanNya didahului oleh pengetahuan, sesuai dengan pengetahuan,
18. seluruh perbuatan pikiranNya didahului oleh pengetahuan, sesuai dengan pengetahuan.
Inilah delapan belas kualitas luar biasa Sang Buddha.

26. Tiga Puluh Dua Tanda Manusia Luar Biasa

Disini, para Bhikṣu, apakah tiga puluh dua tanda Manusia Luar Biasa?
Itu adalah:
1. (Ia memiliki) telapak kaki yang rata,
2. dibawah telapak kakiNya terdapat tanda roda,
3. tumit kakiNya panjang dan dalam,
4. jari-jariNya panjang,
5. tangan dan kakiNya berselaput,
6. tangan dan kakiNya lunak dan lembut,
7. di badanNya terdapat tujuh tanda berupa tonjolan,
8. betisNya seperti antelop,
9. alat kelaminNya terbungkus selaput,
10. tubuhNya seperti singa,
11. kedua bahuNya sejajar,
12. punggung atasnya bulat sempurna,
13. lenganNya dapat menjangkau bagian bawah tubuhnya tanpa membungkuk,
14. tangan dan kakiNya terlihat cerah,
15. leherNya (memiliki garis) seperti keong,
16. rahangNya seperti singa,
17. gigiNya genap berjumlah empat puluh,
18. gigiNya tidak memiliki celah,
19. gigiNya sangat putih,
20. lidahNya besar,
21. indra pengecapNya sangat peka,
22. suaraNya seperti Brahmā atau seperti burung Kalaviṅka,
23. mataNya sangat gelap,
24. bulu mataNya seperti sapi,
25. kulit tubuhNya bagus,
26. kulit tubuhNya berwarna keemasan,
27. bulu badanNya tumbuh hanya sehelai disetiap pori pori,
28. bulu badanNya tumbuh keatas dan berputar ke kanan,
29. rambutNya sangat gelap,
30. bulu-bulu diantara alis di keningNya sangat putih,
31. Ia memiliki tonjolan di kepala,
32. (tubuhNya) proporsional seperti pohon Banyan.
Inilah tiga puluh dua tanda Manusia Luar Biasa.
1. (Ia memiliki) telapak kaki yang rata: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena tekad yang bulat di kehidupan lampauNya.
2. Dibawah telapak kakiNya terdapat tanda roda: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul disini karena kedermawanan dalam berbagai cara di kehidupan lampauNya.
3. Tumit kakiNya panjang dan dalam: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena kejujuran terhadap makhluk lain di kehidupan lampauNya.
4. Jari-jariNya panjang: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena melindungi dan menjaga makhluk lain sesuai Dharma di kehidupan lampauNya.
5. Tangan dan kakiNya berselaput: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena tidak memutuskan hubungan orang lain di kehidupan lampauNya.
6. Tangan dan kakiNya lunak dan lembut: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena dermawan terhadap banyak undangan di kehidupan lampauNya.
7. Di badanNya terdapat tujuh tanda berupa tonjolan: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena dermawan dalam menyediakan banyak makanan dan minuman di kehidupan lampauNya.
8. BetisNya seperti antelop: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena mempertahankan ajaran Buddha di kehidupan lampauNya.
9. Alat kelaminNya terbungkus selaput: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena menjaga mantra rahasia, dan menahan diri dari hubungan seksual di kehidupan lampauNya.
10. TubuhNya seperti singa: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena mempraktikan perbuatan baik secara terus menerus di kehidupan lampauNya.
11. Kedua bahuNya sejajar: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena mempraktikan hal-hal yang bajik di kehidupan lampauNya.
12. Punggung atasnya bulat sempurna: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena memberikan kebebasan dari rasa takut dan menghibur orang lain di kehidupan lampauNya.
13. LenganNya dapat menjangkau bagian bawah tubuhnya tanpa membungkuk: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena sangat ingin melayani orang lain di kehidupan lampauNya.
14. Tangan dan kakiNya terlihat cerah: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena dengan susah payah melalukan sepuluh perbuatan bajik di kehidupan lampauNya.
15. LeherNya (memiliki garis) seperti keong: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena dermawan dengan berbagai obat-obatan untuk yang sakit di kehidupan lampauNya.
16. RahangNya seperti singa: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena memenuhi akar dan penerapan kebajikan di kehidupan lampauNya.
17. GigiNya genap berjumlah empat puluh: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena memenuhi tekadNya untuk menghibur banyak orang di kehidupan lampauNya.
18. GigiNya tidak memiliki celah: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena mempersatukan makhluk lain yang terpecah di kehidupan lampauNya.
19. GigiNya sangat putih: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena menjaga setiap perbuatannya melalui jasmani, ucapan, dan pikiran di kehidupan lampauNya.
20. LidahNya besar: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena menjaga kebenaran dalam setiap ucapan di kehidupan lampauNya.
21. Indra pengecapNya sangat peka: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena mempraktikan kebajikan yang tidak terukur dan dermawan dengan orang lain (dengan kebajikan itu) di kehidupan lampauNya.
22. SuaraNya seperti Brahmā atau seperti burung Kalaviṅka: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena menjaga kebenaran dengan ucapan yang lembut, dan memperdengarkan kata-kata yang menggembirakan di kehidupan lampauNya.
23. MataNya sangat gelap: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena memiliki keramahan dan menjaga makhluk (dengan keramahan itu) di kehidupan lampauNya.
24. Bulu mataNya seperti sapi: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena memiliki niat yang wajar di kehidupan lampauNya.
25. Kulit tubuhNya bagus: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena menghadiri pembacaan Dharma di kehidupan lampauNya.
26. Kulit tubuhNya berwarna keemasan: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena dermawan dengan selimut, baju hangat, dan pakaian yang nyaman di kehidupan lampauNya.
27. Bulu badanNya tumbuh hanya sehelai disetiap pori pori: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena menjauhkan diri dari masyarakat di kehidupan lampauNya.
28. Bulu badanNya tumbuh keatas dan berputar ke kanan: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena melakukan pradakṣiṇā dengan guru pembimbing, guru penahbis, teman spiritual dan yang memberikan nasihat di kehidupan lampauNya.
29. RambutNya sangat gelap: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena memiliki belas kasihan terhadap semua makhluk, dan memuji tindakan menjatuhan gumpalan tanah dan tongkat pemukul di kehidupan lampauNya.
30. Bulu-bulu diantara alis di keningNya sangat putih: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena memuji mereka yang patut dipuji di kehidupan lampauNya.
31. Ia memiliki tonjolan di kepala: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena memberikan hormat kepada para guru yang dihormatiNya di kehidupan lampauNya.
32. (TubuhNya) proporsional seperti pohon Banyan: ini adalah tanda Manusia Luar Biasa, Yang telah Merealisasikan, Yang Luar Biasa, muncul karena mendorong diriNya sendiri dan orang lain dalam konsentrasi di kehidupan lampauNya.
Melalui penguasaan dari akar kebajikan yang tidak terukur ketiga puluh dua tanda Manusia Luar Biasa muncul didalam tubuh Yang telah Merealisasikan.

27. Delapan Puluh Tanda Sekunder

Disini, para Bhikṣu, apakah delapan puluh tanda sekunder?
1. Sang Buddha, Yang Terberkahi, memiliki kuku berwarna tembaga,
2. kuku yang mengkilap,
3. kuku yang menonjol,
4. garis tanganNya sejajar,
5. jari yang bulat,
6. jari yang kuat,
7. jari yang normal,
8. pembuluh darah yang tersembunyi,
9. pembuluh darah yang tak tersembunyi,
10. pergelangan kaki yang tersembunyi,
11. kaki yang sama rata,
12. gaya berjalan seperti singa,
13. gaya berjalan seperti gajah,
14. gaya berjalan seperti angsa,
15. gaya berjalan seperti banteng,
16. langkah kakiNya penuh hormat,
17. langkah kakiNya indah,
18. tangan dan kakiNya lurus,
19. tangan dan kakiNya bulat,
20. tangan dan kakiNya indah,
21. tangan dan kakiNya normal,
22. lutut yang indah dan lebar,
23. alat kelamin yang utuh,
24. langkah yang sejajar,
25. tangan dan kakiNya murni,
26. tangan dan kakiNya lembut,
27. tangan dan kakiNya yang dimurnikan,
28. tangan dan kakiNya mulia,
29. tangan dan kakiNya tegak lurus,
30. tangan dan kakiNya tersusun rapih,
31. memiliki anggota badan kecil yang proporsional,
32. memiliki kecermelangan tubuh yang murni yang menghalau kegelapan,
33. lingkar perut sempurna,
34. perut yang indah,
35. perut yang lurus,
36. perut yang langsing,
37. pusar yang dalam,
38. pusar yang membelok ke kanan,
39. (penampilan) yang indah di semua sisi,
40. prilakuNya murni,
41. tangan dan kakiNya bebas dari tahi lalat,
42. tanganNya lembut seperti katun,
43. telapak tanganNya mengkilap,
44. lengkungan telapak tanganNya dalam,
45. telapak tanganNya panjang,
46. wajahNya tidak teralu panjang,
47. penampilan dan bayangan tubuhNya indah,
48. lidah yang lembut,
49. lidahNya ramping,
50. lidahNya berwarna tembaga,
51. suaraNya seperti gajah,
52. suaraNya merdu, menawan dan indah.
53.  gigiNya bulat,
54.  gigiNya tajam,
55.  gigiNya sejajar,
56. gigiNya normal,
57. hidungNya mancung,
58. hidungNya bersih,
59. mata yang lebar,
60. mata yang luas,
61. bulu mataNya tebal,
62. mataNya seperti kelopak bunga teratai,
63. dada yang luas dan panjang,
64. alis yang panjang,
65. alis yang halus,
66. alis yang sejajar,
67. alis yang mengkilap,
68. telingaNya seperti anting-anting,
69. telinga yang sejajar,
70. indriya telingaNya tanpa gangguan,
71. dahiNya berkembang sempurna,
72. dahi yang luas,
73. kepalaNya sempurna,
74. rambut yang seperti lebah hitam (dalam hal warna),
75. rambut yang bulat,
76. rambut yang indah,
77. rambut yang tidak kusut,
78. rambut yang halus,
79. rambut yang harum,
80. rambut yang ikal, svastika, diagram, roda, berlian, teratai, ikan dan sebagainya: Sang Buddha, Yang Terberkahi, mempunyai tanda-tanda itu di tangan, kaki, dan telapak kakiNya.
Inilah delapan puluh tanda sekunder.
Kesimpulan
Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagavān:
“Aku akan mengajarkan Dharma kepada kalian, para Bhikṣu, ajaran-ajaran itu yang baik di awal, baik di tengah, dan baik di akhir, dengan maknanya, dengan kata-kata (yang benar), Aku akan mengenalkan kehidupan spiritual yang lengkap, terpenuhi, sempurna, yaitu, khotbah Dharma yang dikenal sebagai Analisis Topik.”
Ketika ini dikatakan, ia juga berkata: “Ini adalah untuk kalian, para Bhikṣu, hutan belantara, akar pepohonan, tempat yang kosong, gua di gunung, dan gua besar, tumpukan jerami, tempat terbuka, pemakaman, hutan yang dalam dan terpencil, kalian bisa tinggal dengan tempat keberdiaman ini. Bermeditasilah, para Bhikṣu, jangan menjadi lalai, jangan menyesalinya kemudian.
Ini adalah sebuah nasihat.
Dan ketika khotbah Dharma ini diucapkan, pikiran lima ratus Bhikṣu terbebas dari kemelekatan dan kekotoran.
Itulah yang dikatakan Sang Bhagavān,
dan para Bhikṣu, juga seluruh kumpulan itu tergugah, bersama dengan para Deva, manusia, Asura, Gandharva di dunia, dan mereka sangat bergembira dengan apa yang diucapkan oleh Sang Bhagavān.
Khotbah Dharma yang dikenal sebagai Analisis Topik telah selesai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tibetan Udānavarga

  Udānavarga ini dikompilasikan oleh Dharmatrāta. Diterjemahkan ke dalam bahasa Tibet oleh Pandita dari India bernama Vidyaprabhakara dan Lo...