Teks Itivuttaka ini berasal dari terjemahan Inggris milik Bhikkhu Sujato. Saya (Arya Karniawan) yang menerjemahkan Itivuttaka ini. Jika terdapat kesalahan dalam terjemahan ini, jangan sungkan komen di kolom komentar. Mungkin ada yang bertanya kenapa saya menerjemahkan Itivuttaka. Alasan pertama adalah Itivuttaka ini adalah kanon yang sangat unik karena satu-satunya kanon yang diyakini berasal dari umat awam dan seorang wanita, yang berhasil dibakukan menjadi satu kanon terpisah bahkan ketika Buddhisme masih menggunakan sistem Anga (sistem sebelum Nikaya). Kedua, edisi Itivuttaka yang ada sebelumnya berasal dari terjemahan John D. Ireland yang usianya sudah 24 tahun. Terjemahan itu sudah cukup lama sehingga seringkali menyulitkan pembaca dalam memahami maknanya. Berangkat dari alasan-alasan itulah, saya menerjemahkan Itivuttaka ini. Saya memilih versi milik Bhikkhu Sujato karena ini adalah versi terbaru (dirilis tahun 2021) dan bebas copyright tentunya. Perlu diperhatikan, saya sedikit melakukan ‘improvisasi’ pada terjemahan saya, tidak bermaksud mengurangi rasa hormat saya pada beliau, hal ini saya lakukan agar mempermudah pembaca memahami makna dan tidak mengurangi isi sutta semaksimal mungkin.
Copyright Itivuttaka ini adalah:
Itivuttaka
Dihafalkan oleh Khujjuttarā
Diterjemahkan dari
bahasa Pali ke bahasa Inggris oleh Bhikkhu Sujato
Diterjemahkan dari
bahasa Inggris ke bahasa Indonesia oleh Arya Karniawan
Buku Pertama
Bagian Pertama
Iti 1. Keserakahan
Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, tinggalkanlah satu hal dan Aku menjamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali. Apakah satu hal itu? Keserakahan adalah satu hal itu. Tinggalkanlah, dan Aku jamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali.”
Itulah apa yang Sang Bhagava katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ketika dikuasai oleh keserakahan
Makhluk-makhluk pergi ke suatu tempat yang buruk
Setelah dengan benar memahami keserakahan,
Dengan kebijaksanaan meninggalkannya.
Ketika mereka telah
meninggalkannya,
Mereka tidak akan pernah kembali ke dunia ini.”
Ini juga telah dikatakan oleh Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 2. Kebencian
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, tinggalkanlah
satu hal dan Aku menjamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali.
Apakah satu hal itu? Kebencian adalah satu hal itu. Tinggalkanlah, dan Aku
jamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ketika dikuasai oleh kebencian
Makhluk-makhluk pergi ke suatu
tempat yang buruk
Setelah dengan benar memahami
kebencian,
Dengan kebijaksanaan
meninggalkannya.
Ketika mereka telah
meninggalkannya,
Mereka tidak akan pernah
kembali ke dunia ini.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 3. Delusi
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, tinggalkanlah
satu hal dan Aku menjamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali.
Apakah satu hal itu? Delusi adalah satu hal itu. Tinggalkanlah, dan Aku jamin
kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ketika dikuasai oleh delusi
Makhluk-makhluk pergi ke suatu
tempat yang buruk
Setelah dengan benar memahami
delusi,
Dengan kebijaksanaan
meninggalkannya.
Ketika mereka telah
meninggalkannya,
Mereka tidak akan pernah
kembali ke dunia ini.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 4. Kemarahan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, tinggalkanlah
satu hal dan Aku menjamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali.
Apakah satu hal itu? Kemarahan adalah satu hal itu. Tinggalkanlah, dan Aku
jamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ketika dikuasai oleh kemarahan
Makhluk-makhluk pergi ke suatu
tempat yang buruk
Setelah dengan benar memahami
kemarahan,
Dengan kebijaksanaan
meninggalkannya.
Ketika mereka telah
meninggalkannya,
Mereka tidak akan pernah
kembali ke dunia ini.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 5. Penghinaan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, tinggalkanlah
satu hal dan Aku menjamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali.
Apakah satu hal itu? Penghinaan adalah satu hal itu. Tinggalkanlah, dan Aku
jamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ketika dikuasai oleh
penghinaan
Makhluk-makhluk pergi ke suatu
tempat yang buruk
Setelah dengan benar memahami
penghinaan,
Dengan kebijaksanaan
meninggalkannya.
Ketika mereka telah
meninggalkannya,
Mereka tidak akan pernah
kembali ke dunia ini.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 6. Kesombongan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, tinggalkanlah
satu hal dan Aku menjamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali.
Apakah satu hal itu? Kesombongan adalah satu hal itu. Tinggalkanlah, dan Aku
jamin kalian menjadi seorang yang tidak akan kembali.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ketika dikuasai oleh
kesombongan
Makhluk-makhluk pergi ke suatu
tempat yang buruk
Setelah dengan benar memahami
kesombongan,
Dengan kebijaksanaan
meninggalkannya.
Ketika mereka telah
meninggalkannya,
Mereka tidak akan pernah
kembali ke dunia ini.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 7. Sepenuhnya Memahami Segalanya
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, tanpa secara
langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami segalanya, tanpa melepaskannya dan
meninggalkannya, kalian tidak akan mengakhiri penderitaan. Dengan secara
langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami segalanya, setelah melepaskannya
dan meninggalkannya, kalian akan mengakhiri penderitaan”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ia yang mengetahui segalanya
sebagai segalanya,
tidak tertarik pada apapun.
Mereka sepenuhnya memahami
segalanya,
dan telah bangkit atas segala
penderitaan”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 8. Sepenuhnya Memahami Kesombongan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, tanpa secara
langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami kesombongan, tanpa melepaskannya
dan meninggalkannya, kalian tidak akan mengakhiri penderitaan. Dengan secara
langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami kesombongan, setelah melepaskannya
dan meninggalkannya, kalian akan mengakhiri penderitaan”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Orang-orang itu terperangkap
dalam kesombongan,
terikat oleh kesombongan,
bersenang dalam eksistensi.
Tidak sepenuhnya memahami
kesombongan,
Mereka kembali ke dalam
kehidupan mendatang.”
“Ia yang telah meninggalkan
kesombongan,
terbebas dalam akhir dari
kesombongan,
mengalahkan ikatan kesombongan,
telah bangkit atas segala
penderitaan”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 9. Sepenuhnya Memahami Keserakahan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, tanpa secara
langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami keserakahan, tanpa melepaskannya
dan meninggalkannya, kalian tidak akan mengakhiri penderitaan. Dengan secara
langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami keserakahan, setelah melepaskannya
dan meninggalkannya, kalian akan mengakhiri penderitaan”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ketika dikuasai oleh
keserakahan
Makhluk-makhluk pergi ke suatu
tempat yang buruk
Setelah dengan benar memahami
keserakahan,
Dengan kebijaksanaan
meninggalkannya.
Ketika mereka telah
meninggalkannya,
Mereka tidak akan pernah
kembali ke dunia ini.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 10. Sepenuhnya Memahami Kebencian
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, tanpa secara
langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami kebencian, tanpa melepaskannya dan
meninggalkannya, kalian tidak akan mengakhiri penderitaan. Dengan secara
langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami kebencian, setelah melepaskannya
dan meninggalkannya, kalian akan mengakhiri penderitaan”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ketika dikuasai oleh kebencian
Makhluk-makhluk pergi ke suatu
tempat yang buruk
Setelah dengan benar memahami
kebencian,
Dengan kebijaksanaan
meninggalkannya.
Ketika mereka telah meninggalkannya,
Mereka tidak akan pernah
kembali ke dunia ini.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Bagian Kedua
Iti 11. Sepenuhnya Memahami Delusi
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, tanpa secara
langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami delusi, tanpa melepaskannya dan
meninggalkannya, kalian tidak akan mengakhiri penderitaan. Dengan secara
langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami delusi, setelah melepaskannya dan
meninggalkannya, kalian akan mengakhiri penderitaan”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ketika dikuasai oleh delusi
Makhluk-makhluk pergi ke suatu
tempat yang buruk
Setelah dengan benar memahami
delusi,
Dengan kebijaksanaan
meninggalkannya.
Ketika mereka telah
meninggalkannya,
Mereka tidak akan pernah
kembali ke dunia ini.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 12. Sepenuhnya Memahami Kemarahan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, tanpa secara
langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami kemarahan, tanpa melepaskannya dan
meninggalkannya, kalian tidak akan mengakhiri penderitaan. Dengan secara
langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami kemarahan, setelah melepaskannya
dan meninggalkannya, kalian akan mengakhiri penderitaan”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ketika dikuasai oleh kemarahan
Makhluk-makhluk pergi ke suatu
tempat yang buruk
Setelah dengan benar memahami
kemarahan,
Dengan kebijaksanaan
meninggalkannya.
Ketika mereka telah
meninggalkannya,
Mereka tidak akan pernah
kembali ke dunia ini.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 13. Sepenuhnya Memahami Penghinaan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, tanpa secara
langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami penghinaan, tanpa melepaskannya dan
meninggalkannya, kalian tidak akan mengakhiri penderitaan. Dengan secara
langsung mengetahui dan sepenuhnya memahami penghinaan, setelah melepaskannya
dan meninggalkannya, kalian akan mengakhiri penderitaan”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ketika dikuasai oleh penghinaan
Makhluk-makhluk pergi ke suatu
tempat yang buruk
Setelah dengan benar memahami
penghinaan,
Dengan kebijaksanaan
meninggalkannya.
Ketika mereka telah
meninggalkannya,
Mereka tidak akan pernah
kembali ke dunia ini.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 14. Rintangan Ketidak-tahuan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, Aku tidak
melihat suatu rintangan, dirintangi olehnya orang-orang mengembara dan bertrasmigrasi
untuk waktu yang lama seperti rintangan ketidak-tahuan. Dirintangi oleh
ketidak-tahuan, orang-orang mengembara dan bertransmigrasi untuk waktu yang
lama.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Tidak ada suatu apapun
yang merintangi orang-orang
seperti ketidak-tahuan.
Terliputi oleh delusi,
mereka bertransmigrasi siang
dan malam
Ia yang telah meninggalkan
delusi,
menghancurkan kumpulan
kegelapan,
tidak lagi mengembara,
penyebab tidak ditemukan dalam
dirinya.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 15. Belenggu Nafsu Keinginan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, Aku tidak
melihat suatu belenggu, terbelenggu olehnya orang-orang mengembara dan bertransmigrasi
untuk waktu yang lama seperti belenggu nafsu keinginan. Terbelenggu oleh nafsu
keinginan, orang-orang mengembara dan bertransmigrasi untuk waktu yang lama.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Nafsu keinginan adalah suatu rekan
seseorang
Ketika mereka bertransmigrasi
dalam perjalanan panjang ini.
Mereka pergi dari keadaan ini
ke keadaan lain,
tetapi tidak keluar dari transmigrasi.
Mengetahui bahaya ini,
nafsu keinginan adalah penyebab
penderitaan—
membersihkan nafsu keinginan,
bebas dari kemelekatan,
seorang Bhikkhu akan berjalan
dengan penuh perhatian.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 16. Sutta Pertama tentang Seorang yang Masih Berlatih
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Dengan mempertimbangkan
faktor-faktor internal, para Bhikkhu, Aku tidak melihat suatu hal yang sangat
membantu seperti perhatian dengan saksama bagi seorang Bhikkhu yang masih
berlatih, yang belum mencapai keinginan luhur mereka, namun hidup dengan
beraspirasi pada Keamanan Tertinggi. Seorang Bhikkhu yang melaksanakan
perhatian dengan saksama meninggalkan yang tidak terampil dan mengembangkan
yang terampil.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Tidak ada yang begitu membantu
bagi seorang Bhikkhu yang masih
berlatih
Beraspirasi untuk Tujuan
Tertinggi
Seperti perhatian dengan
saksama.
Berusaha dengan saksama,
seorang Bhikkhu
mencapai akhir dari
penderitaan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 17. Sutta Kedua tentang Seorang yang Masih Berlatih
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Dengan mempertimbangkan
faktor-faktor eksternal, para Bhikkhu, Aku tidak melihat suatu hal yang sangat
membantu seperti pertemanan yang baik bagi seorang Bhikkhu yang masih berlatih,
yang belum mencapai keinginan luhur mereka, namun hidup dengan beraspirasi pada
Keamanan Tertinggi. Seorang Bhikkhu yang memiliki teman-teman baik meninggalkan
yang tidak terampil dan mengembangkan yang terampil.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Seorang Bhikkhu dengan
teman-teman yang baik
adalah mulia dan terhormat
ketika teman-temannya berbicara,
sadar dan penuh perhatian.
Secara bertahap mereka akan
mencapai
Akhir dari segala belenggu.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 18. Perpecahan dalam Saṅgha
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Satu hal, para Bhikkhu, muncul
di dunia demi kesengsaraan dan penderitaan orang-orang, demi kerugian,
kesengsaraan, dan penderitaan bagi para dewa dan manusia. Apakah satu hal itu?
Perpecahan dalam Saṅgha. Ketika Saṅgha terpecah, mereka berselisih, menghina,
mencekal, dan menolak satu sama lain. Hal ini tidak menginspirasi keyakinan pada
mereka yang tidak berkeyakinan, dan hal ini menyebabkan mereka yang
berkeyakinan untuk merubah pikirannya.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Seorang pemecah-belah menetap
selama satu kappa
di suatu tempat yang merugikan,
di neraka
Mengambil sikap menentang
Dhamma,
mendukung kubu-kubu, mereka
menghancurkan perlindungan mereka.
Setelah menyebabkan perpecahan
di suatu Saṅgha yang harmonis,
mereka terbakar di neraka
selama satu kappa.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 19. Keharmonisan dalam Saṅgha
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Satu hal, para Bhikkhu, muncul
di dunia demi kesejahteraan dan kebahagiaan orang-orang, demi manfaat,
kesejahteraan, dan kebahagiaan bagi para dewa dan manusia. Apakah satu hal itu?
Keharmonisan dalam Saṅgha. Ketika Saṅgha harmonis, mereka tidak berselisih,
menghina, mencekal, dan menolak satu sama lain. Hal ini menginspirasi keyakinan
pada mereka yang tidak berkeyakinan, dan
hal meningkatkan keyakinan pada mereka yang berkeyakinan.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Suatu Saṅgha yang harmonis
adalah kebahagiaan,
seperti dukungan bagi mereka
yang harmonis.
Mengambil sikap sesuai Dhamma,
mendukung keharmonisan, mereka
tidak menghancurkan perlindungan.
Setelah menyebabkan
keharmonisan pada Saṅgha,
mereka bergembira di surga
selama satu kappa.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 20. Suatu Pikiran yang Buruk
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, ketika Aku telah
memahami pikiran dari seseorang yang berpikiran buruk, Aku mengerti: ‘Jika
orang ini akan meninggal sekarang, ia akan terlempar ke neraka.’ Mengapa
demikian? Karena pikiran mereka buruk. Keburukan pikiran adalah alasan mengapa
beberapa makhluk, ketika tubuhnya hancur, setelah kematian, terlahir kembali
suatu tempat yang merugikan, suatu tempat yang buruk, alam rendah, neraka.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Mengetahui pikiran buruk
dari seseorang,
Sang Buddha menjelaskan hal ini
dihadapan para Bhikkhu.
Jika orang tersebut
akan mati pada saat itu,
mereka akan terlahir kembali di
neraka,
karena mereka berpikiran buruk.
Seseorang yang demikian tentu
akan terlempar
seolah-olah mereka dibawa dan
ditempatkan di sana.
Karena berpikiran buruk adalah
alasannya
makhluk-makhluk pergi ke suatu
tempat yang buruk.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Bagian Ketiga
Iti 21. Suatu Pikiran yang Murni
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, ketika Aku telah
memahami pikiran dari seseorang yang berpikiran murni, Aku mengerti: ‘Jika
orang ini akan meninggal sekarang, ia akan naik ke surga.’ Mengapa demikian?
Karena pikiran mereka murni. Kemurnian pikiran adalah alasan mengapa beberapa
makhluk, ketika tubuhnya hancur, setelah kematian, terlahir kembali suatu
tempat yang baik, suatu alam surgawi.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Mengetahui pikiran murni
dari seseorang,
Sang Buddha menjelaskan hal ini
dihadapan para Bhikkhu.
Jika orang tersebut
akan mati pada saat itu,
mereka akan terlahir kembali di
surga,
karena mereka berpikiran murni.
Seseorang yang demikian tentu
akan naik
seolah-olah mereka dibawa dan
ditempatkan di sana.
Karena berpikiran murni adalah
alasannya
makhluk-makhluk pergi ke suatu
tempat yang baik.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 22. Manfaat Cinta Kasih
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, janganlah takut
pada perbuatan baik. Karena ‘perbuatan baik’ adalah suatu istilah untuk
kebahagiaan, untuk apa yang disenangi, diharapkan, dan menyenangkan. Aku ingat
menjalani untuk waktu yang lama akibat yang disenangi, diharapkan, dan
menyenangkan dari perbuatan baik yang dilakukan dalam waktu yang lama.
Akibatnya, selama tujuh kappa penyusutan dan pengembangan alam semesta Aku
tidak kembali lagi ke dunia ini. Ketika penyusutan kappa Aku pergi ke alam
cahaya gemilang. Ketika mengembang Aku terlahir kembali di istana Brahmā yang
kosong.
Di sana Aku adalah Brahmā, Maha
Brahmā, tak terkalahkan, sang juara, penglihat semesta, pemegang kekuatan. Aku
adalah Sakka, Raja para Dewa, tiga puluh enam kali. Sebanyak ratusan kali Aku
adalah seorang Raja, seorang Raja Pemutar Roda, seorang Raja yang adil dan
berprinsip. KekuasaanKu meluas ke seluruh empat penjuru, Aku mencapai
stabilitas dalam negara, dan Aku memiliki tujuh pusaka. Apalagi kerajaan
regional!
Kemudian Aku berpikir, ‘Dari
perbuatanKu yang manakah buah dan akibat ini, bahwa Aku sekarang begitu kuat
dan perkasa?’ Kemudian Aku berpikir, ‘Ini adalah buah dan akibat dari tiga
jenis perbuatan: memberi, pengendalian diri, dan pengekangan.’”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Seseorang harus mempraktekkan
hanya perbuatan baik,
yang mana akibat kebahagiaan
terbentang.
Memberi dan perilaku bermoral,
Mengembangkan pikiran cinta
kasih:
Setelah mengembangkan ini semua
tiga hal penghasil kebahagiaan,
Orang bijaksana itu terlahir
kembali
di suatu dunia yang
menyenangkan, dan berbahagia.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 23. Kedua Jenis Manfaat
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Satu hal ini, para Bhikkhu,
ketika telah dikembangkan dan dilatih, memastikan manfaat baik demi kehidupan
ini dan kehidupan mendatang. Apakah satu hal ini? Ketekunan dalam kualitas yang
terampil. Ini adalah satu hal yang, ketika telah dikembangkan dan dilatih,
memastikan manfaat baik demi kehidupan ini dan kehidupan mendatang.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Orang bijaksana memuji
ketekunan
dalam berbuat kebajikan.
Menjadi tekun, seorang yang
bijaksana
mengamankan kedua manfaat:
manfaat kehidupan ini,
dan manfaat di kehidupan
mendatang.
Seorang yang arif, memahami
maknanya
disebut sebagai bijaksana.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 24. Setumpuk Tulang-Belulang
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, seseorang
menjelajah dan bertransmigrasi selama satu kappa akan mengumpulkan setumpuk
tulang-belulang sebesar gunung Vepulla, jika mereka dikumpulkan bersama dan
tidak hilang.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Jika tulang-belulang dari
seseorang
Selama satu kappa ketika
dikumpulkan,
mereka membentuk sebuah
tumpukan sebesar sebuah gunung:
demikianlah yang dikatakan
Pertapa Agung.
Dan hal itu dikatakan menjadi
sebesar gunung Vepulla,
lebih tinggi dari puncak Burung
Hering
di dekat pegunungan Magadha.
Namun ketika, dengan pemahaman
benar,
seseorang melihat Kebenaran
Mulia—
Penderitaan, asal-mula
penderitaan,
lenyapnya penderitaan,
dan Jalan Mulia berunsur
delapan
yang mengarah pada penenangan
penderitaan.
Setelah menjelajah tujuh kali
paling banyak,
orang itu
mengakhiri penderitaan,
dengan akhir segala belenggu.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 25. Kebohongan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, bagi seseorang
yang melampaui satu hal, tidak ada perbuatan buruk yang tidak mereka lakukan,
Aku katakan. Apakah satu hal itu? Itu adalah: mengucapkan suatu kebohongan yang
disengaja.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ketika seseorang, dengan
angkuh menolak alam nanti,
melampaui hanya dalam satu hal—
kebohongan—
tidak ada kejahatan yang tidak
mereka lakukan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 26. Memberi
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, jika
makhluk-makhluk hanya mengetahui, seperti yang Ku-ketahui, buah dari memberi
dan berbagi, mereka tidakakan makan tanpa memberi terlebih dahulu, dan noda
kekikiran tidak akan menempati pikiran mereka. Mereka akan tidak makan tanpa
berbagi bahkan suapan terakhir mereka, butiran terakhir mereka, sepanjang
terdapat seseorang untuk menerimanya. Karena makhluk-makhluk tidak mengetahui,
seperti yang Ku-ketahui, buah dari memberi dan berbagi, maka mereka makan tanpa
memberi, dan noda kekikiran menempati pikiran mereka.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Jika makhluk-makhluk hanya
mengetahui
Seberapa besarnya buah
dari memberi dan berbagi
seperti yang diajarkan oleh
Pertapa Agung!
Menyingkirkan noda kekikiran,
dengan batin dan bersih dan
berkeyakinan,
mereka sepatutnya akan memberi
kepada Para Mulia,
di mana suatu pemberian sangat
berbuah.
Setelah memberikan makanan yang
berlimpah
kepada yang patut sebagai suatu
persembahan,
setelah meninggal dari alam
manusia,
para pemberi pergi ke surga.
Dan ketika mereka telah tiba di
surga,
mereka menikmati seluruh
kenikmatan yang mereka inginkan.
Para penderma menikmati
buah dari memberi dan berbagi.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 27. Meditasi Cinta Kasih
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, semua dasar
untuk berbuat kebajikan duniawi, tidak ada yang berharga seperenam-belas dari
kebebasan batin melalui cinta kasih.Melampaui mereka, kebebasan batin melalui
cinta kasih bersinar, bergemerlap, dan bercahaya.
Seperti bagaimana cahaya semua
bintang tidak berharga seperenam-belas cahaya bulan. Melampaui mereka, cahaya
bulan dengn cinta kasih bersinar, bergemerlap, dan bercahaya. Dengan cara yang
sama, semua dasar untuk berbuat kebajikan duniawi, tidak ada yang berharga
seperenam-belas dari kebebasan batin melalui cinta kasih. Melampaui mereka, kebebasan batin melalui cinta kasih bersinar,
bergemerlap, dan bercahaya.
Seperti saat setelah musim
hujan ketika langit menjadi bersih dan tanpa awan. Dan ketika matahari terbit,
ia mengusir seluruh kegelapan dari langit karena ia bersinar, bergemerlap,dan
bercahaya. Dengan cara yang sama, semua dasar untuk berbuat kebajikan duniawi,
tidak ada yang berharga seperenam-belas dari kebebasan batin melalui cinta
kasih. Melampaui mereka, kebebasan batin
melalui cinta kasih bersinar, bergemerlap, dan bercahaya.
Seperti bagaimana setelah musim
hujan langit menjadi bersih dan tanpa awan. Saat fajar menyingsing, bintang
pagi bersinar dan bercahaya. Dengan cara yang sama, semua dasar untuk berbuat
kebajikan duniawi, tidak ada yang berharga seperenam-belas dari kebebasan batin
melalui cinta kasih. Melampaui mereka, kebebasan batin melalui cinta kasih
bersinar, bergemerlap, dan bercahaya.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ia yang penuh perhatian
mengembangkan
cinta kasih tanpa batas
melemahkan belenggu-belenggu,
melihat akhir dari kemelekatan.
Mencintai hanya satu makhluk
dengan batin yang tanpa kebencian
membuatmu menjadi seorang yang
baik.
Berbelas-kasihan pada semua
makhluk,
seorang Yang Mulia membuat
kebajikan yang berlimpah.
Para Raja kerajaan menaklukkan
lahan ini
dan berkeliling dengan
memberikan pengorbanan—
pengorbanan kuda, pengorbanan
manusia,
pengorbanan ‘melempar
kayu’ ‘minuman kerajaan Soma’, dan
‘melepaskan’.
Ini tidak berharga
seperenam-belas bagian
dari pikiran yang terkembang
dengan cinta kasih,
seperti cahaya bintang tidak
dapat melawan bulan.
Janganlah membunuh atau
menyebabkan orang lain membunuh,
janganlah menaklukkan atau
mendorong orang lain menaklukkan,
dengan cinta kasih kepada semua
makhluk—
Engkau tidak akan memiliki
permusuhan pada siapapun.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Buku Kedua
Bagian Pertama
Iti 28. Hidup Dalam Penderitaan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, ketika seorang
Bhikkhu memiliki dua kualitas mereka hidup tidak bahagia di kehidupan
sekarang—dengan kesedihan, penderitaan, dan demam—dan ketika hancurnya jasmani,
setelah kematian, dapat diharapkan mereka terlahir kembali dalam keadaan yang
buruk. Apakah dua itu? Tidak menjaga pintu indera dan makan terlalu banyak.
Ketika seorang Bhikkhu memiliki dua kualitas ini mereka hidup tidak bahagia di
kehidupan sekarang—dengan kesedihan, penderitaan, dan demam—dan ketika
hancurnya jasmani, setelah kematian, dapat diharapkan mereka terlahir kembali
dalam keadaan yang buruk.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Mata, telinga, hidung,
lidah, tubuh, dan juga pikiran:
seorang Bhikkhu yang
meninggalkan
pintu-pintu indera ini tanpa
penjagaan—
Tidak makan secukupnya
indera-indera tidak terkendali—
memperoleh penderitaan
baik jasmani dan batin.
Terbakar di jasmani,
terbakar di batin,
siang ataupun malam
orang demikian hidup dalam
penderitaan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 29. Hidup Dalam Kebahagiaan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, ketika seorang
Bhikkhu memiliki dua kualitas mereka hidup bahagia di kehidupan sekarang—tanpa
kesedihan, penderitaan, dan demam—dan ketika hancurnya jasmani, setelah
kematian, dapat diharapkan mereka terlahir kembali dalam keadaan yang baik.
Apakah dua itu? Menjaga pintu indera dan makan secukupnya. Ketika seorang
Bhikkhu memiliki dua kualitas ini mereka hidup bahagia di kehidupan
sekarang—tanpa kesedihan, penderitaan, dan demam—dan ketika hancurnya jasmani,
setelah kematian, dapat diharapkan mereka terlahir kembali dalam keadaan yang
baik.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Mata, telinga, hidung,
lidah, tubuh, dan juga pikiran:
seorang Bhikkhu yang membuat
pintu-pintu indera ini terjaga
dengan baik—
Makan secukupnya
terkendali dalam indera-indera—
memperoleh kebahagiaan
baik jasmani dan batin.
Tidak terbakar di jasmani,
tidak terbakar di batin,
siang ataupun malam
orang demikian hidup dalam
kebahagiaan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 30. Memalukan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Dua hal ini, para Bhikkhu,
adalah memalukan. Apakah dua itu? Ketika seseorang tidak melakukan hal-hal yang
baik dan terampil yang menjaga keselamatan mereka, namun telah melakukan hal-hal
yang buruk, jahat, dan merusak. Dengan berpikir, ‘Aku belum melakukan hal-hal
yang baik’, mereka menjadi malu. Dengan berpikir ‘Aku telah meakukan hal-hal
yang buruk’, mereka menjadi malu. Ini adalah dua hal yang memalukan.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Setelah melakukan hal-hal
buruk
melalui jasmani,
ucapan, dan pikiran,
dan apapun yang jahat;
tidak melakukan perbuatan baik,
dan telah melakukan banyak
keburukan,
ketika tubuhnya hancur, orang
dungu itu
terlahir kembali di neraka.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 31. Tidak Memalukan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Dua hal ini, para Bhikkhu,
adalah tidak memalukan. Apakah dua itu? Ketika seseorang telah melakukan
hal-hal yang baik dan terampil yang menjaga keselamatan mereka, namun tidak
melakukan hal-hal yang buruk, jahat, dan merusak. Dengan berpikir, ‘Aku telah
melakukan hal-hal yang baik’, mereka menjadi tidak malu. Dengan berpikir ‘Aku
tidak meakukan hal-hal yang buruk’, mereka menjadi tidak malu. Ini adalah dua
hal yang tidak memalukan.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Setelah meninggalkan perilaku
buruk
melalui jasmani,
ucapan, dan pikiran,
dan apapun yang jahat;
tidak melakukan perbuatan
buruk,
dan telah melakukan banyak
kebajikan,
ketika tubuhnya hancur, orang
bijaksana itu
terlahir kembali di surga.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 32. Sutta Pertama tentang Moralitas
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, seseorang dengan
dua kualitas terlempar ke neraka. Apakah dua itu? Perilaku buruk dan pandangan
buruk. Seseorang yang memiliki dua kualitas ini terlempar ke neraka.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Jika seseorang memiliki
dua kualitas ini—
perilaku buruk
dan pandangan buruk—
ketika jasmani mereka hancur,
orang dungu itu
terlahir kembali di neraka.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 33. Sutta Kedua tentang Moralitas
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, seseorang dengan
dua kualitas naik ke surga. Apakah dua itu? Perilaku terbaik dan pandangan
terbaik. Seseorang yang memiliki dua kualitas ini naik ke surga.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Jika seseorang memiliki
dua kualitas ini—
perilaku terbaik
dan pandangan terbaik—
ketika jasmani mereka hancur,
orang bijaksana itu
terlahir kembali di surga.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 34. Ketekunan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, tanpa menjadi
tekun dan berhati-hati seorang Bhikkhu tidak dapat mencapai Pencerahan,
Pemadaman, dan keamanan Tertinggi. Namun jika seorang Bhikkhu tekun dan
berhati-hati mereka dapat mencapai Pencerahan, Pemadaman, dan Keamanan
Tertinggi.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
Tidak tekun ataupun
berhati-hati
malas, kurang bersemangat,
penuh ketumpulan dan kantuk,
tidak teliti, kurang menghargai
orang lain,
seorang Bhikkhu demikian tidak
mampu
menyentuh Pencerahan Tertinggi.
Seseorang yang penuh perhatian,
siaga, dan meditatif,
tekun, berhati-hati, dan rajin,
setelah memotong belenggu
kelahiran dan usia tua,
akan merealisasikan Pencerahan
Tertinggi di kehidupan ini.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 35. Sutta Pertama tentang Menipu dan Menjilat
Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant:
Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, kehidupan suci
ini bukan untuk hidup demi menipu orang-orang atau menjilat mereka, atau demi
manfaat kepemilikan, penghormatan, popularitas, atau berpikir, ‘Jadi biarlah
orang-orang tahu tentangku!’ Kehidupan suci ini adalah hidup demi pengendalian
dan meninggalkan.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Sang Bhagava mengajarkan
kehidupan suci
bukan karena tradisi,
namun demi pengendalian dan
meninggalkan,
dan karena itu memuncak dalam
Pemadaman.
Inilah Jalan yang diikuti oleh
yang berjiwa besar,
para Pertapa Agung.
Mereka yang mempraktekannya
seperti yang diajarkan oleh
Sang Buddha
melakukan instruksi Sang Guru,
mencapai akhir penderitaan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 36. Sutta Kedua tentang Menipu dan Menjilat
Inilah yang dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahant:
Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, kehidupan suci
ini bukan untuk hidup demi menipu orang-orang atau menjilat mereka, atau demi
manfaat kepemilikan, penghormatan, popularitas, atau berpikir, ‘Jadi biarlah
orang-orang tahu tentangku!’ Kehidupan suci ini adalah hidup demi pengetahuan
langsung dan pemahaman sepenuhnya.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Sang Bhagava mengajarkan
kehidupan suci
bukan karena tradisi,
namun demi pandangan terang dan
pemahaman,
dan karena itu memuncak dalam
Pemadaman.
Inilah Jalan yang diikuti oleh
yang berjiwa besar,
para Pertapa Agung.
Mereka yang mempraktekannya
seperti yang diajarkan oleh
Sang Buddha
melakukan instruksi Sang Guru,
mencapai akhir penderitaan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 37. Kebahagiaan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, ketika seorang
Bhikkhu memiliki dua kualitas mereka penuh sukacita dan kebahagiaan pada
kehidupan ini, dan mereka telah meletakan dasar-dasar untuk mengakhiri kekotoran.
Apakah dua itu? Terinspirasi pada tempat-tempat yang menginspirasi, dan membuat
suatu usaha yang sesuai ketika terinspirasi. Ketika seorang Bhikkhu memiliki
dua kualitas mereka penuh sukacita dan kebahagiaan pada kehidupan ini, dan
mereka telah meletakan dasar-dasar untuk mengakhiri kekotoran.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Pada tempat-tempat yang
menginspirasi
orang bijaksana harus
terinspirasi;
seorang Bhikkhu yang tekun dan
siaga
harus memeriksa dengan
kebijaksanaan.
Seorang Bhikkhu yang hidup
demikian, dengan semangat ketekunan,
damai dan stabil,
setia pada ketenangan batin
mencapai akhir dari
penderitaan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Bagian Kedua
Iti 38. Pikiran
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Dua pikiran, para Bhikkhu,
sering muncul pada Sang Tathāgata, Sang Arahant, Sammā Sambuddha: Pikiran keamanan, dan keterasingan. Sang Tathāgata
menyukai kebaikan dan bersenang di dalamnya, demikianlah pikiran ini sering
muncul padaNya: ‘Melalui perilaku ini, Aku tidak akan melukai makhluk apapun
yang kuat ataupun lemah.’
Sang Tathāgata menyukai
keterasingan dan bersenang di dalamnya, demikianlah pikiran ini sering muncul
padaNya: ‘Apa yang tidak terampil telah ditinggalkan.’
Demikianlah, para Bhikkhu,
kalian juga harus menyukai kebaikan dan bersenang di dalamnya, kemudian pikiran
ini akan sering muncul pada kalian: ‘Melalui perilaku ini, aku tidak akan
melukai makhluk apapun yang kuat ataupun lemah.’
Kalian juga harus menyukai
keterasingan dan bersenang di dalamnya, kemudian pikiran ini akan sering muncul
pada kalian: ‘Ápakah yang tidak terampil? Apakah yang belum ditinggalkan?
Apakah yang harus aku tinggalkan?’”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Dua pikiran muncul padaNya,
Sang Tathāgata, pemikul apa
yang tidak dapat dipikul:
yang pertama diucapkan adalah
pikiran keamanan,
kemudian yang kedua dijelaskan
adalah keterasingan.
Penghalau kegelapan, Pertapa
Agung telah melampaui:
Yang telah mencapai, menguasai,
tanpa kekotoran.
Di tengah-tengah semua itu, Ia
terbebas dalam akhir nafsu keinginan;
Sang Bijaksana itu memikul
tubuh terakhirNya.
Ia telah mengalahkan Māra, aku
nyatakan, dan pergi melampaui usia tua.
Berdiri tinggi di atas gunung
bebatuan,
engkau dapat melihat
orang-orang di sekeliling.
Dengan cara yang sama, Sang
Penglihat Segalanya, Sang Bijaksana,
Setelah menaiki Kuil Kebenaran,
menyingkirkan kesedihan,
melihat pada orang-orang
diliputi kesedihan, tertindas
oleh kelahiran dan usia tua.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 39. Mengajar
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, Sang Tathāgata,
Sang Arahant, Sammā Sambuddha memiliki dua pendekatan untuk mengajarkan Dhamma:
Apakah dua itu? ‘Melihat kejahatan sebagai kejahatan’—ini adalah pendekatan
pertama untuk mengajarkan Dhamma. ‘Setelah melihat kejahatan sebagai kejahatan,
menjadi tidak terdelusi, terlepaskan, dan terbebas darinya’—ini adalah
pendekatan kedua untuk mengajarkan Dhamma. Sang Tathāgata, Sang Arahant, Sammā
Sambuddha memiliki dua pendekatan untuk mengajarkan Dhamma.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Melihat dua pendekatan untuk
menjelaskan Dhamma
digunakan oleh Sang Tathāgata,
Sang Buddha,
yang berbelas-kasihan pada
semua makhluk:
melihat bahwa hal itu jahat,
dan menjadi terlepas
terhadapnya.
Kemudian, dengan pikiran yang
bebas dari keinginan,
engkau akan mengakhiri
penderitaan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 40. Pengetahuan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, ketidak-tahuan
adalah awal dari pencapaian kualitas-kualitas yang tidak terampil, dengan
kurangnya kehati-hatian dan kebijaksanaan yang mengikutinya. Pengetahuan adalah
awal dari pencapaian kualitas-kualitas yang terampil, dengan kehati-hatian dan
kebijaksanaan yang mengikutinya.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Nasib buruk dari apapun
jenisnya,
di dunia ini ataupun nanti,
semuanya berakar pada
ketidak-tahuan,
dibentuk oleh keserakahan dan
keinginan.
Karena salah satu keinginan
jahat adalah
tidak berhati-hati, kurang
menghargai orang lain,
mereka membuat banyak kamma
buruk,
yang mengantarkan mereka ke
suatu tempat yang buruk.
Karenanya, menghalau keinginan
dan keserakahan dan
ketidak-tahuan,
seorang Bhikkhu membangkitkan
pengetahuan
akan membuang semua nasib
buruk.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 41. Kehilangan Kebijaksanaan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Makhluk-makhluk itu
benar-benar kehilangan, para Bhikkhu, yang telah kehilangan Kebijaksanaan
Mulia. Mereka hidup dengan tidak bahagia pada kehidupan ini—dengan kesedihan,
penderitaan, dan demam—dan ketika jasmani hancur, setelah kematian, dapat
diharapkan mereka terlahir kembali dalam keadaan yang buruk. Makhluk-makhluk
itu tidak kehilangan yang tidak
kehilangan Kebijaksanaan Mulia. Di kehidupan ini mereka bahagia—bebas dari
kesedihan, penderitaan, dan demam—dan ketika jasmani hancur, setelah kematian,
dapat diharapkan mereka terlahir kembali dalam keadaan yang baik.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Melihat dunia dengan para
dewanya,
kehilangan kebijaksanaan,
terbiasa pada batin dan
jasmani,
membayangkan kebijaksanaan ini.
Kebijaksanaan adalah yang
terbaik di dunia,
karena itu menuju pada
penembusan,
melalui yang memahami dengan
benar
akhir dari kelahiran kembali
dan kemenjadian yang berkelanjutan.
Para dewa dan manusia iri
terhadap mereka,
Para Sambuddha, selalu penuh
perhatian,
tertawa dalam kebijaksanaan,
membawa tubuh terakhir mereka.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 42. Hal-hal yang Cerah
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Dua hal yang cerah ini, para
Bhikkhu, melindungi dunia. Apakah dua itu? Kehati-hatian dan kebijaksanaan.
Jika dua hal yang cerah ini tidak melindungi dunia, di sana akan tidak ada
pengenalan status ibu, bibi, atau istri dan rekan-rekan dari para guru dan
orang-orang yang dihormati. Dunia akan menjadi kacau balau, seperti kambing dan
domba, ayam dan babi, dan anjing dan serigala. Namun karena dua hal terang
melindungi dunia, ada pengenalan status ibu, bibi, atau istri dan rekan-rekan
dari para guru dan orang-orang yang dihormati.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Mereka yang padanya
kehati-hatian dan malu
tidak pernah ditemukan sama
sekali,
setelah kehilangan akar-akar
cerah mereka,
dan terus berlanjut dalam kelahiran
dan kematian.
Mereka yang padanya
kehati-hatian dan malu
selalu dengan benar ditegakkan,
berkembang dalam kehidupan
suci;
menjadi tenang, mereka tidak
akan terlahir lagi.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 43. Tidak Terlahir
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Terdapat, para Bhikkhu, yang
tidak terlahir, tidak terbentuk, tidak terbuat, dan tidak terkondisi. Jika
tidak ada yang tidak terlahirkan, tidak terbentuk, tidak terbuat, dan tidak
terkondisi, maka di sini kalian tidak akan menemukan jalan keluar dari
kelahiran, pembentukan, pembuatan, dan pengkondisian. Namun karena ada yang
tidak terlahirkan, tidak terbentuk, tidak terbuat, dan tidak terkondisi, jalan
keluar dari kelahiran, pembentukan, pembuatan, dan pengkondisian ditemukan.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Apa yang terlahir, terbentuk,
dan muncul,
terbuat, terkondisi, tidak
bertahan lama,
terbungkus dalam usia tua dan
kematian,
lemah, sebuah sarang penyakit,
dibangun oleh makanan dan arus
menuju kelahiran kembali:
tidaklah cocok untuk bersenang
didalamnya.
Keluar darinya adalah
kedamaian,
melampaui jangkauan logika,
tetap,
tidak terlahir dan tidak
muncul,
tanpa kesedihan, keadaan tanpa
noda,
penghentian segala sesuatu yang
menyakitkan,
penenangan kondisi-kondisi,
kebahagiaan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 44. Bidang Pemadaman
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Terdapat, para Bhikkhu, dua
bidang pemadaman ini. Apakah dua itu? Bidang pemadaman dengan sesuatu yang
tersisa, dan bidang pemadaman dengan tanpa sisa.
Dan apakah bidang pemadaman
dengan sesuatu yang tersisa? Yaitu ketika seorang Bhikkhu adalah seorang
Arahant, dengan berhentinya kekotoran-kekotoran batin, yang telah menyelesaikan
perjalanan spiritualnya, telah melakukan apa yang harus dilakukan, meletakan
beban, mencapai tujuan sejati mereka sendiri, sepenuhnya mengakhiri
belenggu-belenggu kelahiran kembali, dan dengan benar terbebas melalui
pencerahan. Lima indera mereka masih tersisa. Sepanjang indera-indera mereka
belum lenyap mereka akan terus mengalami hal yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan, merasakan kesenangan dan kesakitan. Akhir dari keserakahan,
kebencian, dan delusi didalam diri mereka disebut bidang pemadaman dengan
sesuatu yang tersisa.
Dan apakah bidang pemadaman
dengan tanpa sisa? Yaitu ketika seorang Bhikkhu adalah seorang Arahant, dengan
berhentinya kekotoran-kekotoran batin, yang telah menyelesaikan perjalanan
spiritualnya, telah melakukan apa yang harus dilakukan, meletakan beban,
mencapai tujuan sejati mereka sendiri, sepenuhnya mengakhiri belenggu-belenggu
kelahiran kembali, dan dengan benar terbebas melalui pencerahan. Bagi mereka,
segala yang dirasakan, tidak lagi disenangi, akan menjadi dingin di sini.
Inilah yang disebut bidang pemadaman dengan tanpa sisa. Inilah dua bidang
pemadaman.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Dua bidang pemadaman ini telah
dijelaskan
oleh Sang Penglihat, Yang Tidak
Melekat, Yang Tenang.
Satu bidang berhubungan dengan
kehidupan sekarang—
apa yang tersisa ketika arus
menuju kelahiran kembali telah berakhir.
Apa yang tanpa sisa berhubungan
dengan apa yang setelah kehidupan ini,
di mana segala keadaan
eksistensi berhenti.
Mereka yang telah sepenuhnya
memahami keadaan tanpa kondisi—
pikiran mereka terbebas, arus
menuju kelahiran kembali telah berakhir—
mencapai intisari Dhamma,
mereka bersenang dalam pengakhiran,
Yang Tenang telah meninggalkan
semua keadaan eksistensi.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 45. Pengasingan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Nikmatilah pengasingan, para
Bhikkhu, senangilah pengasingan. Berkomitmenlah pada ketenangan internal batin,
janganlah lalai dari konsentrasi, diberkahi dengan kebijaksanaan, dan
gubuk-gubuk yang sunyi. Seorang Bhikkhu yang menikmati pengasingan dapat
mengharapkan salah satu dari dua hasil: Pencerahan dalam kehidupan ini, atau
jika masih ada yang tersisa, yang tidak akan kembali.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Dengan pikiran yang damai, siaga,
penuh perhatian dan meditatif,
mereka dengan benar melihat
Dhamma,
tidak mengarah pada kenikmatan
indera.
Bersenang dalam ketekunan,
damai,
melihat ketakutan dalam
kelalaian,
orang demikian tidak akan
jatuh,
dan telah dekat pada
pemadaman.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 46. Manfaat Pelatihan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, hiduplah dengan
pelatihan sebagai manfaat, dengan kebijaksanaan sebagai pengawas, dengan
kebebasan sebagai inti, dan dengan perhatian penuh sebagai penguasa. Seorang
Bhikkhu yang hidup demikian dapat mengharapkan salah satu dari dua hasil:
Pencerahan dalam kehidupan ini,
atau jika masih ada yang tersisa, yang tidak akan kembali.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Pelatihan memenuhi, bukanlah
aspek kejatuhan,
terlihat langsung oleh
kebijaksanaan, melihat akhir kelahiran kembali,
Orang bijaksana itu membawa
tubuh terakhirnya;
Mereka telah mengalahkan Māra,
aku nyatakan, dan pergi melampaui usia tua.
Karena itu jadilah senantiasa
menikmati konsentrasi, tercerap dalam samādhi,
bersemangat, melihat akhir
kelahiran kembali.
Setelah mengalahkan Māra dengan
pasukannya, para Bhikkhu,
pergi melampaui kelahiran dan
kematian.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 47. Bangunlah
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Bermeditasi dengan penuh
keawasan, para Bhikkhu, penuh perhatian dan sadar, bergembira dan jernih, dan
kerap kali melihat kualitas yang terampil dalam keadaan itu. Seorang Bhikkhu
yang bermeditasi demikian dapat mengharapkan salah satu dari dua hasil: Pencerahan
dalam kehidupan ini, atau jika masih ada yang tersisa, yang tidak akan
kembali.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Dengarkanlah, yang terjaga!
Dan mereka yang tidur,
Bangunlah!
Keawasan lebih baik dari tidur,
yang terjaga tidak memiliki
ketakutan.
Mereka yang awas, penuh
perhatian dan sadar,
tercerap dalam samādhi,
bergembira dan jernih,
kerap kali dengan benar
menyelidiki Dhamma:
menyatu, mereka menghancurkan
kegelapan.
Itulah kenapa kalian engkau
harus mengembangkan keawasan,
Seorang Bhikkhu yang tekun dan
siaga, memiliki konsentrasi,
setelah memotong belenggu
kelahiran dan usia tua,
akan menyentuh Pencerahan
Tertinggi di sana.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 48. Lemparan Merugikan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, dua jenis orang
melakukan lemparan pada suatu tempat yang merugikan, lemparan pada neraka, jika
mereka tidak meninggalkan kesalahan ini. Apakah dua itu? Seseorang yang tidak
suci, namun mengklaim sebagai selibat; dan seseorang yang membuat tuduhan tak
berdasar tentang ketidak-sucian terhadap seseorang yang kehidupan selibatnya
murni. Ini adalah dua jenis orang yang melakukan lemparan pada suatu tempat
yang merugikan, lemparan pada neraka, jika mereka tidak meninggalkan kesalahan
ini.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Seorang pembohong pergi ke
neraka,
Seperti seseorang yang
menyangkal apa yang mereka lakukan,
Keduanya sama di alam nanti,
orang-orang yang berperilaku
rendah.
Banyak yang membungkus leher
mereka dalam jubah kuning
yang tidak terkendali dan
jahat.
Menjadi jahat, mereka terlahir
kembali di neraka.
karena perbuatan buruk mereka.
Akan lebih baik bagi mereka
yang tidak bermoral dan tidak terkendali
untuk memakan bola besi panas,
membara, seperti api yang
terbakar,
daripada memakan makanan satu
bangsa.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 49. Kesalah-pahaman
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Dikuasai oleh dua
kesalah-pahaman, para Bhikkhu, beberapa dewa dan manusia terjebak, beberapa
melewati batas, sementara mereka yang dengan penglihatan melihat.
Dan bagaimana beberapa
terjebak? Karena cinta, kesenangan, dan kenikmatan pada eksistensi, ketika
Dhamma sedang diajarkan demi penghentian eksistensi, pikiran beberapa dewa dan
manusia tidak antusias, berkeyakinan, menetap, dan memutuskan. Inilah bagaimana
beberapa terjebak.
Dan bagaimana beberapa melewati
batas? Beberapa, menjadi takut, menolak, dan jijik dengan eksistensi, bersenang
dalam pengakhiran eksistensi: ‘Ketika diri ini dibasmi dan dihancurkan ketika
tubuh hancur, dan tidak ada setelah kematian: Ini damai, ini luhur, ini nyata.’
Inilah bagaimana beberapa melewati batas.
Dan bagaimana mereka yang dengan
penglihatan melihat? Ketika seorang Bhikkhu melihat apa yang telah terjadi sebagai yang terjadi.
Melihat demikian, mereka mempraktekkan demi kekecewaan, pelepasan, dan
penghentian sehubungan dengan apa yang terjadi. Inilah bagaimana mereka yang
dengan penglihatan melihat.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Mereka yang melihat apa yang
telah terjadi sebagai yang terjadi,
melampaui apa yang telah
terjadi,
terbebas sesuai dengan
kebenaran,
dengan mengakhiri nafsu
keinginan untuk terus eksis.
Mereka sepenuhnya memahami apa
yang telah terjadi,
menyingkirkan nafsu keinginan
untuk kelahiran kembali pada keadaan ini atau itu,
dengan menghilangnya apa yang
telah terjadi,
seorang Bhikkhu tidak kembali
untuk kehidupan mendatang.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Buku Ketiga
Bagian Pertama
Iti 50. Akar
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
akar dari yang tidak terampil ini. Apakah tiga itu? Keserakahan, kebencian, dan
delusi. Itulah ketiga akar dari yang tidak terampil.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ketika keserakahan, kebencian,
dan delusi,
telah muncul didalam seseorang,
mereka melukai seseorang
berpikiran jahat,
seperti sebuah buluh
menghancurkan buahnya sendiri.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 51. Elemen-Elemen
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
elemen ini. Apakah tiga itu? Elemen bentuk, tanpa bentuk, dan pemadaman. Ini adalah
tiga elemen itu.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Memahami elemen bentuk,
tidak melekat dalam tanpa
bentuk,
mereka yang terbebas dalam
pemadaman,
mereka adalah penghancur
kematian.
Setelah secara langsung merasakan
elemen tanpa kematian,
bebas dari kemelekatan;
setelah merealisasikan
pelepasan
dari kemelekatan, Yang Tanpa
Kekotoran,
Sammā Sambuddha mengajarkan
keadaan tanpa dukacita, dan
tanpa kekotoran.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 52. Sutta Pertama tentang Perasaan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
jenis perasaan ini. Apakah tiga itu? Perasaan menyenangkan, menyakitkan, dan
netral. Inilah tiga jenis perasaan.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Hening, sadar,
seorang siswa Buddha yang penuh
perhatian
memahami perasaan-perasaan,
penyebab perasaan-perasaan,
di mana mereka padam,
dan Sang Jalan menuju akhir
dari mereka.
Dengan berakhirnya perasaan,
seorang Bhikkhu
menjadi tanpa kerinduan,
padam.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 53. Sutta Kedua tentang Perasaan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
jenis perasaan ini. Apakah tiga itu? Perasaan menyenangkan, menyakitkan, dan
netral. Perasaan menyenangkan harus dilihat sebagai penderitaan, Perasaan
menyakitkan harus dilihat sebagai sebuah anak panah. Perasaan netral harus
dilihat sebagai tidak kekal. Ketika seorang Bhikkhu telah melihat ketiga
perasaan dengan cara demikian, mereka disebut sebagai seorang Bhikkhu yang
telah memotong nafsu keinginan, terlepas dari belenggu, dan dengan benar
memahami kesombongan telah mengakhiri penderitaan.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Seorang Bhikkhu yang melihat
kesenangan sebagai menyakitkan,
dan penderitaan sebagai sebuah
anak panah,
dan kedamaian itu, perasaan netral
sebagai tidak kekal
melihat dengan benar.
Dan ketika terbebas sehubungan
dengan itu,
pertapa yang damai itu, dengan
penglihatan yang sangat baik,
telah pergi melampaui semua
kemelekatan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 54. Sutta Pertama tentang Pencarian
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
jenis pencarian ini. Apakah tiga itu? Pencarian nafsu indera, pencarian
kemenjadian, pencarian jalan spiritual. Ini adalah tiga jenis pencarian.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Hening, sadar,
seorang siswa Buddha yang penuh
perhatian
memahami pencarian-pencarian,
penyebab pencarian-pencarian,
di mana mereka padam,
dan Sang Jalan menuju akhir
dari mereka.
Dengan berakhirnya pencarian,
seorang Bhikkhu
menjadi tanpa kerinduan,
padam.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 55. Sutta Kedua tentang Pencarian
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
jenis pencarian ini. Apakah tiga itu? Pencarian nafsu indera, pencarian
kemenjadian, pencarian jalan spiritual. Ini adalah tiga jenis pencarian.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Pencarian pada nafsu indera,
pada suatu kelahiran kembali yang baik,
dan pencarian pada suatu jalan
spiritual;
berpegang teguh pada gagasan
‘inilah kebenaran’,
dan kumpulan dasar untuk pandangan-pandangan—
Bagi ia yang terasing dari
segala hasrat,
terbebas dengan penghentian
nafsu keinginan,
pencarian telah dilepaskan,
dan sudut-sudut pandang itu
telah dihapuskan.
Dengan akhir pencarian, seorang
Bhikkhu
terbebas dari harapan dan
kebimbangan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 56. Sutta Pertama tentang Kekotoran
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
jenis kekotoran ini. Apakah tiga itu? Kekotoran nafsu indera, kekotoran untuk
terlahir kembali, dan ketidak-tahuan. Ini adalah tiga jenis kekotoran.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Hening, sadar,
seorang siswa Buddha yang penuh
perhatian
memahami kekotoran-kekotoran,
penyebab kekotoran-kekotoran,
di mana mereka padam,
dan Sang Jalan menuju akhir
dari mereka.
Dengan berakhirnya kekotoran,
seorang Bhikkhu
menjadi tanpa kerinduan,
padam.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 57. Sutta Kedua tentang Kekotoran
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
jenis kekotoran ini. Apakah tiga itu? Kekotoran nafsu indera, kekotoran untuk
terlahir kembali, dan ketidak-tahuan. Ini adalah tiga jenis kekotoran.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Seseorang yang telah
mengakhiri kekotoran nafsu indera;
yang ketidak-tahuannya telah
pudar,
dan yang keinginannya untuk terlahir
kembali telah selesai—
merdeka, bebas dari
kemelekatan,
mereka membawa tubuh terakhir
mereka,
setelah mengalahkan Māra dengan
pasukannya.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 58. Nafsu Keinginan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
jenis nafsu keinginan ini. Apakah tiga itu? Nafsu keinginan untuk kenikmatan
indera, nafsu keinginan untuk terlahir kembali, dan nafsu keinginan untuk akhir
eksistensi. Inilah ketiga jenis nafsu keinginan itu.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Terbelenggu oleh nafsu
keinginan, pikiran penuh keinginan,
untuk terlahir kembali dalam
keadaan ini dan itu,
tercucuk oleh kuk Māra,
orang-orang ini
tidak menemukan keamanan dari
kuk.
Makhluk-makhluk terus
bertransmigrasi,
dengan kelahiran dan kematian
tanpa akhir.
Mereka yang meninggalkan nafsu
keinginan,
menyingkirkan nafsu keinginan
untuk terlahir dalam keadaan ini dan itu,
mereka adalah yang benar-benar
telah menyeberang di dunia ini,
setelah mencapai akhir dari
kekotoran.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 59. Pengaruh Māra
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, seorang Bhikkhu
dengan tiga kualitas ini telah terlepas dari pengaruh Māra dan bersinar seperti
matahari. Apakah tiga itu? Yaitu ketika mereka memiliki seluruh cakupan dari
penguasaan moralitas, konsentrasi, dan kebijaksanaan. Seorang Bhikkhu dengan
tiga kualitas ini telah terlepas dari pengaruh Māra dan bersinar seperti
matahari.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Siapapun yang telah terlatih
dengan baik
moralitas, konsentrasi, dan
kebijaksanaan
telah terlepas dari pengaruh
Māra
dam bersinar seperti matahari.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Bagian Kedua
Iti 60. Dasar untuk Berbuat Kebajikan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, ini adalah tiga
dasar untuk berbuat kebajikan. Apakah tiga itu? Memberi, perilaku bermoral, dan
meditasi adalah tiga dasar untuk berbuat kebajikan. Inilah tiga dasar untuk
berbuat kebajikan.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Seseorang seharusnya
mempraktikkan hanya perbuatan bajik,
yang mengeluarkan hasil
kebahagiaan.
Memberi dan perilaku bermoral,
mengembangkan pikiran cinta
kasih:
setelah mengembangkan hal-hal
ini
tiga hal yang menghasilkan
kebahagiaan,
Sang Bijaksana itu terlahir
kembali
dalam suatu dunia yang
menyenangkan, dan berbahagia.
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 61. Mata
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
jenis mata ini. Apakah tiga itu? Mata daging, mata dewa, dan mata
kebijaksanaan. Ini adalah tiga jenis mata.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Mata daging, mata dewa,
mata kebijaksanaan yang
tertinggi:
tiga mata ini
telah diajarkan oleh Yang
Tertinggi.
Kemunculan mata daging
adalah jalan bagi mata dewa.
Ketika pengetahuan muncul—
Mata kebijaksanaan yang
tertinggi—
seseorang yang memperoleh mata
itu
terbebas dari segala
penderitaan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 62. Indriya
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
jenis indriya. Apakah tiga itu? Indriya memahami bahwa pencerahan seseorang
tidak lama lagi. Indriya pencerahan. Indriya seseorang yang telah tercerahkan.
Ini adalah tiga indriya.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Sebagai seorang yang masih
belajar berlatih,
mengikuti jalan yang lurus,
pertama mereka tahu tentang
akhir;
pencerahan mengikuti dalam
kehidupan yang sama.
Kemudian pengetahuan datang
kepada orang itu, terbebas
melalui pencerahan,
dengan akhir dari
belenggu-belenggu kelahiran kembali:
‘Kebebasanku tak tergoyahkan.’
Piawai dalam indriya-indriya,
damai, mencintai keadaan yang
damai,
mereka membawa tubuh terakhir
mereka,
setelah menaklukan Māra dan
pasukannya.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 63. Masa
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
jenis masa. Apakah tiga itu? Masa lalu, masa depan, dan saat ini. Ini adalah
tiga masa.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Makhluk-makhluk yang mencerap
gagasan,
menjadi kokoh dalam gagasan.
Tidak memahami gagasan,
mereka jatuh kedalam kuk
Kematian.
Tetapi setelah sepenuhnya
memahami gagasan,
mereka tidak menganggap sebagai
seorang penggagas.
karena mereka telah menyentuh
pembebasan dengan pikiran mereka,
keadaan kedamaian yang
tertinggi.
Ulung dalam penglihatan,
damai, mencintai keadaan yang
damai,
penguasa pengetahuan itu teguh
dalam prinsip;
mereka menggunakan perhitungan,
tetapi tidak dapat diukur.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 64. Perilaku Buruk
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
perilaku buruk ini. Apakah tiga itu? Perilaku buruk melalui jasmani, ucapan,
dan pikiran. Ini adalah tiga perilaku buruk.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Setelah melakukan hal-hal
buruk
melalui jasmani,
ucapan, dan pikiran,
dan apapun yang rusak;
tidak melakukan perbuatan baik,
dan banyak melakukan keburukan,
ketika tubuh mereka hancur,
orang dungu itu
terlahir kembali di neraka.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 65. Perilaku Baik
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
perilaku baik ini. Apakah tiga itu? Perilaku baik melalui jasmani, ucapan, dan
pikiran. Ini adalah tiga perilaku baik.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Setelah meninggalkan perilaku
buruk
melalui jasmani,
ucapan, dan pikiran,
dan apapun yang rusak;
tidak melakukan perbuatan
buruk,
dan banyak melakukan kebajikan,
ketika tubuh mereka hancur, orang bijaksana itu
terlahir kembali di surga.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 66. Kemurnian
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
kemurnian ini. Apakah tiga itu? Kemurnian jasmani, ucapan, dan pikiran. Ini
adalah tiga kemurnian.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Kemurnian jasmani, kemurnian
ucapan,
dan batin yang murni tanpa
kekotoran.
Seorang yang murni, diberkahi
oleh kemurnian,
telah meninggalkan segalanya,
mereka katakan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 67. Kecerdasan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga kecerdasan
ini. Apakah tiga itu? Kecerdasan jasmani, ucapan, dan pikiran. Ini adalah tiga kecerdasan.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Seorang bijaksana dalam
jasmani, seorang bijaksana dalam ucapan,
seorang bijaksana dalam pikiran
yang tanpa noda;
seorang bijaksana, diberkahi
oleh kecerdasan,
telah mencuci segala hal buruk,
mereka katakan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 68. Sutta Pertama tentang Keserakahan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Siapapun yang tidak
meninggalkan keserakahan, kebencian, dan delusi disebut terjebak. Mereka
tertangkap didalam jerat Māra, dan Yang Jahat dapat melakukan apapun dengan
mereka. Siapapun yang telah meninggalkan keserakahan, kebencian, dan delusi
disebut terbebas. Mereka telah terlepas dari jerat Māra, dan Yang Jahat tidak
dapat melakukan apapun dengan mereka.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Bagi mereka yang keserakahan,
kebencian, dan ketidak-tahuan
telah menghilang,
bagi mereka yang telah
mengembangkan diri mereka;
yang suci, yang merealisasi,
yang tercerahkan,
melampaui permusuhan dan ketakutan,
mereka telah meninggalkan
segalanya, mereka katakan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 69. Sutta Kedua tentang Keserakahan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Siapapun yang tidak
meninggalkan keserakahan, kebencian, dan delusi disebut belum menyeberangi
samudera dengan ombak-ombak dan pusaran airnya, hiu-hiu dan monster-monsternya.
Siapapun yang telah meninggalkan keserakahan, kebencian, dan delusi disebut
telah menyeberangi samudera dengan ombak-ombak dan pusaran airnya, hiu-hiu dan
monster-monsternya. Menyeberangi dan pergi melampauinya, Brāhmana itu berdiri
di daratan.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Bagi mereka yang keserakahan,
kebencian, dan ketidak-tahuan
telah menghilang,
setelah menyeberangi samudera
yang sulit diseberangi,
dengan hiu-hiu dan
monster-monsternya, ombak-ombak dan bahaya-bahayanya.
Mereka telah terbebas dari
ikatan mereka, meninggakan kematian, dan tidak memiliki kemelekatan.
Mereka telah meninggalkan
penderitaan, sehingga tidak ada lagi kehidupan selanjutnya.
Mereka telah tiba pada akhir,
dan tidak terukur;
dan mereka telah membingungkan
Raja Kematian, Aku katakan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Bagian Ketiga
Iti 70. Memiliki Pandangan Salah
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, Aku telah
melihat makhluk-makhluk yang terlibat dalam perilaku buruk melalui jasmani,
ucapan, dan pikiran, yang berbuat buruk kepada Para Mulia, yang memiliki
pandangan salah dan berperilaku sesuai dengannya. Saat hancurnya tubuh, setelah
kematian, mereka terlahir kembali di suatu alam rendah, suatu tujuan yang buruk,
suatu dunia yang menyedihkan, neraka.
Sekarang, Aku tidak mengatakan
ini karena Aku telah mendengarnya dari beberapa pertapa atau Brāhmana lain. Aku
hanya mengatakan ini karena Aku telah
mengetahui, melihat, dan merealisasikannya untuk-Ku sendiri.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ketika pikiran telah dengan
salah diarahkan,
dan perkataan dengan keliru
telah diucapkan,
dan perbuatan salah melalui
jasmani telah dilakukan,
seseorang di sini
tidak terpelajar, pelaku perbuatan
buruk,
meskipun hidup mereka mungkin
singkat,
ketika tubuh mereka hancur,
orang dungu itu
terlahir kembali di neraka.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 71. Memiliki Pandangan Benar
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, Aku telah
melihat makhluk-makhluk yang terlibat dalam perilaku baik melalui jasmani,
ucapan, dan pikiran, yang tidak berbuat buruk kepada Para Mulia, yang
berpandangan benar dan berperilaku sesuai dengannya. Saat hancurnya tubuh,
setelah kematian, mereka terlahir kembali di suatu tujuan yang baik, suatu alam
surgawi.
Sekarang, Aku tidak mengatakan
ini karena Aku telah mendengarnya dari beberapa pertapa atau Brāhmana lain. Aku
hanya mengatakan ini karena Aku telah
mengetahui, melihat, dan merealisasikannya untukKu sendiri.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ketika pikiran telah dengan benar
diarahkan,
dan perkataan dengan benar
telah diucapkan,
dan perbuatan benar melalui
jasmani telah dilakukan,
seseorang di sini
terpelajar, pelaku perbuatan
bajik,
meskipun hidup mereka mungkin
singkat,
ketika tubuh mereka hancur,
orang bijaksana itu
terlahir kembali di surga.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 72. Elemen-elemen Pembebasan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
elemen pembebasan ini. Apakah tiga itu? Pelepasan keduniawian adalah pembebasan
dari kenikmatan indera. Tanpa bentuk adalah pembebasan dari bentuk. Penghentian
adalah pembebasan dari apapun yang terbentuk, terkondisi, dan muncul
bergantungan. Ini adalah tiga elemen pembebasan.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Mengetahui pembebasan dari
kenikmatan indera,
dan melampaui bentuk,
ia yang selalu tekun menyentuh
penenangan segala aktivitas.
Bhikkhu itu melihat dengan
benar,
dan ketika terbebas sehubungan
dengan hal itu,
bijaksanawan yang damai itu,
dengan pandangan terang yang sangat baik,
telah pergi melampaui segala
kemelekatan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 73. Lebih Damai
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, keadaan tanpa
bentuk adalah lebih damai dari keadaan bentuk; penghentian adalah lebih damai
dari keadaan tanpa bentuk.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ada makhluk-makhluk di alam
bentuk bercahaya,
dan yang lainnya menetap di tanpa
bentuk.
Tidak memahami penghentian,
mereka kembali dalam kehidupan
mendatang.
Namun bagi mereka yang
sepenuhnya memahami kenikmatan indera,
tidak terjebak dalam tanpa
bentuk,
mereka yang terbebas dalam penghentian,
mereka adalah penghancur
kematian.
Setelah secara langsung
merasakan elemen tanpa kematian,
bebas dari kemelekatan;
setelah merealisasikan
pelepasan
dari kemelekatan, Yang Tanpa
Kekotoran,
Sammā Sambuddha mengajarkan
keadaan tanpa dukacita, dan tanpa
kekotoran.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 74. Seorang Anak
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Tiga jenis anak ini ditemukan
di dunia. Apakah tiga itu? Ia yang lebih baik kelahirannya, ia yang setara
dalam kelahirannya, ia yang gagal dalam kelahirannya.
Dan bagaimana seorang anak
lebih baik kelahirannya? Yaitu ketika orang tua seorang anak tidak pergi
berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Mereka membunuh makhluk hidup,
mencuri, melakukan perbuatan asusila, berbohong, dan mengonsumsi minuman
beralkohol yang menyebabkan kelalaian. Mereka tidak bermoral, berkarakter
buruk. Namun anak mereka telah pergi berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan
Sangha. Mereka tidak membunuh makhluk hidup, mencuri, melakukan perbuatan
asusila, berbohong, dan mengonsumsi minuman beralkohol yang menyebabkan
kelalaian. Mereka bermoral, berkarakter baik. Itulah bagaimana seorang anak
lebih baik kelahirannya.
Dan bagaimana seorang anak
setara dalam kelahirannya? Yaitu ketika orang tua seorang anak telah pergi
berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Mereka tidak membunuh makhluk
hidup, mencuri, melakukan perbuatan asusila, berbohong, dan mengonsumsi minuman
beralkohol yang menyebabkan kelalaian. Mereka bermoral, berkarakter baik. Dan
anak mereka telah pergi berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Mereka tidak
membunuh makhluk hidup, mencuri, melakukan perbuatan asusila, berbohong, dan
mengonsumsi minuman beralkohol yang menyebabkan kelalaian. Mereka bermoral,
berkarakter baik. Itulah bagaimana seorang anak setara dalam kelahirannya.
Dan bagaimana seorang anak
gagal dalam kelahirannya? Yaitu ketika orang tua seorang anak telah pergi
berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Mereka tidak membunuh makhluk
hidup, mencuri, melakukan perbuatan asusila, berbohong, dan mengonsumsi minuman
beralkohol yang menyebabkan kelalaian. Mereka bermoral, berkarakter baik. Namun
anak mereka tidak pergi berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Mereka
membunuh makhluk hidup, mencuri, melakukan perbuatan asusila, berbohong, dan
mengonsumsi minuman beralkohol yang menyebabkan kelalaian. Mereka tidak
bermoral, berkarakter buruk. Itulah bagaimana seorang anak gagal dalam
kelahirannya. Ini adalah tiga jenis anak yang ditemukan di dunia.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Yang bijaksana berharap untuk
seorang anak
yang lebih baik atau setara
dalam kelahirannya;
bukan ia yang gagal dalam
kelahirannya,
memalukan keluarga mereka.
Ini adalah anak-anak di dunia
yang menjadi umat awam;
berkeyakinan, piawai dalam
moralitas,
berlimpah, menyingkirkan
kekikiran.
Seperti bulan terbebas dari
sebuah awan
mereka bersinar dalam
kumpulan-kumpulan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 75. Hujan Tanpa Awan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
orang yang ditemukan di dunia. Apakah tiga itu? Seseorang yang seperti suatu
awan tanpa hujan, seseorang yang seperti hujan lokal, dan seseorang yang
menghujani segalanya.
Dan bagaimana seseorang seperti
suatu awan tanpa hujan? Yaitu ketika beberapa orang tidak memberi ke siapapun
sama sekali—apakah para pertapa dan Brāhmana, orang miskin, gelandangan,
pengembara, ataupun pengemis—hal-hal seperti makanan, minuman, pakaian,
kendaraan; kalung bunga, parfum, dan kosmetik; dan tempat tidur, rumah, dan
pencahayaan. Itulah bagaimana seseorang seperti suatu awan tanpa hujan.
Dan bagaimana seseorang yang
seperti hujan lokal? Yaitu ketika beberapa orang memberi ke beberapa orang
namun tidak ke orang lain—apakah para pertapa dan Brāhmana, orang miskin,
gelandangan, pengembara, ataupun pengemis—hal-hal seperti makanan, minuman,
pakaian, kendaraan; kalung bunga, parfum, dan kosmetik; dan tempat tidur,
rumah, dan pencahayaan. Itulah bagaimana seseorang yang seperti hujan lokal.
Dan bagaimana seseorang yang
menghujani segalanya? Yaitu ketika beberapa orang memberi ke semuanya—apakah
para pertapa dan Brāhmana, orang miskin, gelandangan, pengembara, ataupun
pengemis—hal-hal seperti makanan, minuman, pakaian, kendaraan; kalung bunga,
parfum, dan kosmetik; dan tempat tidur, rumah, dan pencahayaan. Itulah
bagaimana seseorang yang menghujani segalanya. Ini adalah tiga orang yang
ditemukan di dunia.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Mereka tidak membagi makanan
dan minuman
yang mereka peroleh
dengan para pertapa dan Brāhmana,
dengan orang miskin,
gelandangan, atau pengembara.
Mereka seperti suatu awan tanpa
hujan,
mereka mengatakan, orang yang
terkejam.
Mereka tidak memberi ke
beberapa,
ke beberapa mereka menyediakan.
Mereka hujan lokal,
demikianlah kata orang
bijaksana.
Berbelas kasihan kepada semua
makhluk,
orang itu mendistribusikan
makanan yang berlimpah kepada
yang membutuhkan,
dengan mengatakan, “Memberi!
Memberi!”
Awan hujan menurunkan hujan,
setelah petir dan gemuruh,
membasahi bumi dengan air,
merendam pegunungan dan lembah.
Bahkan demikian, orang seperti
itu,
setelah mengumpulkan kekayaan
dengan cara yang sah,
melalui kerja keras mereka
sendiri,
dengan benar memuaskan dengan
makanan dan minuman
pada mereka yang jatuh dalam kemiskinan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 76. Mengharapkan Kebahagiaan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, seseorang yang
bijaksana, yang mengharapkan tiga jenis kebahagiaan harus merawat moralitas
mereka. Apakah tiga itu? “Semoga aku dipuji!” “Semoga aku menjadi kaya!”
“Ketika tubuhku hancur, setelah kematian, semoga aku terlahir kembali di suatu
tempat yang baik, suatu alam surgawi!” Seorang yang bijaksana yang mengharapkan
tiga jenis kebahagiaan harus melindungi moralitas mereka.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
Mengharapkan tiga jenis
kebahagiaan—
pujian, kemakmuran,
dan untuk bersenang di surga
setelah kematian—
orang bijaksana akan menjaga
moralitas mereka.
Meskipun engkau tidak melakukan
kesalahan,
jika engkau bergaul dengan ia
yang melakukannya,
engkau akan dianggap salah,
dan reputasi burukmu
berkembang.
Pertemanan apapun yang engkau
buat,
dengan siapa engkau bergaul,
itulah bagaimana engkau
terbentuk,
karena itulah ketika engkau
berbagi kehidupanmu.
Ia yang berteman dan ia yang
ditemani,
ia yang dihubungi dan ia yang
menghubungi orang lain,
seperti sebuah anak panah yang
dilumuri racun
yang mengkontaminasi tempat
anak panah.
Seorang bijaksana, takut akan
kontaminasi,
tidak akan mempunyai
teman-teman yang jahat.
Seseorang yang membungkus
ikan busuk dalam beberapa helai
rumput
membuat rumput-rumput itu bau—
begitu pula ketika bergaul
dengan orang dungu.
Namun seseorang yang membungkus
serbuk cendana dalam dedaunan
membuat daun-daun itu harum—
begitu pula ketika bergaul
dengan orang bijaksana.
Karenanya, mengetahui mereka
akan berakhir
seperti pembungkus, orang
bijaksana
akan menghindari yang jahat,
dan berteman dengan yang baik.
Yang jahat membawamu ke neraka,
yang baik menolongmu ke suatu
tempat yang baik.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 77. Rapuh
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Tubuh ini rapuh, para Bhikkhu,
kesadaran sangat dapat memudar, dan segala kemelekatan adalah tidak kekal,
penderitaan, dan mudah hancur.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Mengetahui bahwa tubuh ini
rapuh,
kesadaran itu memudar,
dan melihat bahaya dalam
kemelekatan,
mereka pergi melampaui
kelahiran dan kematian.
Setelah mencapai kedamaian
tertinggi,
batin terkembang, mereka
menunggu waktu mereka.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 78. Berkumpulnya Elemen-eleman
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, makhluk-makhluk
datang bersama dan berkumpul karena suatu elemen: Mereka yang memiliki suatu
sikap yang buruk datang bersama dan berkumpul dengan mereka yang memiliki suatu
sikap yang buruk.
Mereka yang memiliki suatu
sikap yang baik datang bersama dan berkumpul dengan mereka yang memiliki suatu
sikap yang baik.
Di masa lalu, juga,
makhluk-makhluk datang bersama dan berkumpul karena suatu elemen. Mereka yang
memiliki suatu sikap yang buruk datang bersama dan berkumpul dengan mereka yang
memiliki suatu sikap yang buruk. Mereka yang memiliki suatu sikap yang baik
datang bersama dan berkumpul dengan mereka yang memiliki suatu sikap yang baik.
Di masa depan, juga,
makhluk-makhluk datang bersama dan berkumpul karena suatu elemen. Mereka yang
memiliki suatu sikap yang buruk datang bersama dan berkumpul dengan mereka yang
memiliki suatu sikap yang buruk. Mereka yang memiliki suatu sikap yang baik
datang bersama dan berkumpul dengan mereka yang memiliki suatu sikap yang baik.
Saat ini, juga, makhluk-makhluk
datang bersama dan berkumpul karena suatu elemen. Mereka yang memiliki suatu
sikap yang buruk datang bersama dan berkumpul dengan mereka yang memiliki suatu
sikap yang buruk. Mereka yang memiliki suatu sikap yang baik datang bersama dan
berkumpul dengan mereka yang memiliki suatu sikap yang baik.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Bersosialisasi meningkatkan
keterikatan;
mereka memotongnya dengan
mengasingkan diri.
Jika engkau tersesat di
tengah-tengah samudera,
dan engkau menaiki batang kayu
kecil, engkau akan tenggelam.
Begitu juga, seseorang yang
hidup dengan baik
tenggelam dengan bergantung
pada orang yang malas.
Karenanya engkau harus
menghindari
seorang malas demikian yang
kurang bersemangat.
Berdiam dengan Para Mulia
yang terasing dan tekun
selalu bersemangat,
bijaksanawan yang mempraktekan
konsentrasi.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 79. Kejatuhan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Tiga hal ini mengarah pada
kejatuhan seorang Bhikkhu yang masih berlatih. Apakah tiga itu? Yaitu ketika
seorang Bhikkhu menyukai bekerja, berbicara, dan tidur. Tiga hal ini mengarah
pada kejatuhan seorang Bhikkhu yang masih berlatih.
Tiga hal ini tidak mengarah
pada kejatuhan seorang Bhikkhu yang masih berlatih. Apakah tiga itu? Yaitu
ketika seorang Bhikkhu tidak menyukai bekerja, berbicara, dan tidur. Tiga hal
ini tidak mengarah pada kejatuhan seorang Bhikkhu yang masih berlatih.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Gelisah, mereka menyukai
bekerja, berbicara, dan tidur.
Seorang Bhikkhu demikian tidak
dapat
menyentuh Pencerahan Tertinggi.
Itulah mengapa seseorang
sebaiknya memiliki sedikit tugas,
penuh keawasan dan stabil.
Seorang Bhikkhu demikian dapat
menyentuh Pencerahan
Tertinggi.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Bagian Keempat
Iti 80. Pemikiran
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga pemikiran
yang tidak terampil ini. Apakah tiga itu? Pemikiran untuk dipandang; untuk
mendapatkan kepemilikan materi, kehormatan, dan reputasi; dan untuk disukai
orang lain. Ini adalah tiga pemikiran yang tidak terampil.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Seseorang yang tertarik pada
keinginan untuk dipandang,
dengan kepemilikan, kehormatan,
dan reputasi,
dengan berbagi kebahagiaan
dengan teman-teman,
adalah jauh dari akhir
kekotoran.
Namun seseorang yang
meninggalkan anak dan kumpulan,
pernikahan dan pendapatan—
seorang Bhikkhu demikian dapat
menyentuh Pencerahan
Tertinggi.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 81. Penghargaan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Aku telah melihat, para
Bhikkhu, makhluk-makhluk yang pikirannya dikuasai dan diliputi oleh kehormatan.
Ketika tubuh mereka hancur, setelah kematian, mereka terlahir kembali di suatu
tempat yang merugikan, suatu tempat yang buruk, alam rendah, neraka.
Aku telah melihat
makhluk-makhluk yang pikirannya dikuasai dan diliputi oleh tidak dihormati.
Ketika tubuh mereka hancur, setelah kematian, mereka terlahir kembali di suatu
tempat yang merugikan, suatu tempat yang buruk, alam rendah, neraka.
Aku telah melihat
makhluk-makhluk yang pikirannya dikuasai dan diliputi oleh kehormatan dan tidak
dihormati. Ketika tubuh mereka hancur, setelah kematian, mereka terlahir
kembali di suatu tempat yang merugikan, suatu tempat yang buruk, alam rendah,
neraka.
Sekarang, Aku tidak mengatakan
ini karena Aku telah mendengarnya dari beberapa pertapa atau Brāhmana lain. Aku
hanya mengatakan ini karena Aku telah mengetahui, melihat, dan
merealisasikannya untukKu sendiri.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Apakah mereka dihormati,
atau tidak dihormati, atau
keduanya,
konsentrasi mereka tidak
tergoyahkan
karena mereka hidup dengan
tekun.
Mereka dengan gigih
mempraktikkan konsentrasi
dengan pandangan halus dan kebijaksanaan.
Bergembira didalam akhir
kemelekatan,
mereka disebut sebagai seorang
yang baik.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 82. Tangisan Para Dewa
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, tiga tangisan
ini diserukan diantara para dewa pada suatu kesempatan. Apakah tiga itu? Ketika
seorang Siswa Mulia mencukur rambut dan janggutnya, memakai jubah kuning, dan
pergi dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah, para dewa
menangis: ‘Siswa Mulia ini berkeinginan untuk bergabung dalam pertempuran
melawan Māra!’ Ini adalah kesempatan pertama sebuah tangisan diserukan diantara
para dewa.
Lebih jauh, ketika seorang
Siswa Mulia bermeditasi mengupayakan pengembangan tujuh kualitas yang mengarah
pada pencerahan, para dewa menangis: ‘Siswa Mulia ini bergabung dalam
pertempuran melawan Māra!’ Ini adalah kesempatan kedua sebuah tangisan
diserukan diantara para dewa.
Lebih jauh, ketika seorang
Siswa Mulia merealisasikan kebebasan batin yang tanpa kekotoran dan kebebasan
dengan kebijaksanaan dalam hidup ini, dan mereka berdiam setelah
merealisasikannya dengan pandangan terang mereka sendiri karena akhir dari
kekotoran, para dewa menangis: ‘Siswa Mulia ini telah memenangkan kemenangan
dalam pertempuran, menetapkan dirinya sebagai yang terunggul didalam
pertempuran!’ Ini adalah kesempatan ketiga sebuah tangisan diserukan diantara
para dewa.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Melihat pemenang pertempuran—
seorang siswa Sammā Sambuddha,
seorang yang hebat,
menyingkirkan kenaifan—
bahkan para dewa
menghormatinya:
‘Hormat padamu, O Yang Berdarah
Murni!
Engkau memenangkan sebuah
pertempuran yang sulit dimenangkan!
Setelah mengalahkan pasukan
kematian,
kebebasanmu tidak terhalangi.’
Dan begitulah para dewa
menghormati ia,
yang telah mencapai cita-cita
luhur mereka.
Karena mereka tidak melihat
apapun dalam diri mereka dalam hal
mereka dapat jatuh kedalam
jerat kematian.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 83. Lima Tanda Peringatan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, ketika seorang
dewa akan meninggal dari alam dewa, lima tanda peringatan muncul. Kalung bunga
mereka layu; pakaian mereka menjadi kotor; mereka berkeringat dari ketiak;
paras tubuh mereka memburuk; dan mereka tidak lagi bersenang dalam singgasana
surgawi. Ketika para dewa lain tahu bahwa dewa itu akan meninggal, mereka
mengharapkan ia baik dalam tiga cara: “Tuan, semoga engkau pergi dari sini ke
suatu tempat yang baik!
Ketika engkau telah pergi ke
suatu tempat yang baik, semoga engkau diberkahi dengan nasib baik!
Ketika engkau diberkahi dengan
nasib baik, semoga engkau memiliki dasar yang baik!
Ketika Ia berkata demikian,
seseorang dari para Bhikkhu berkata kepada Sang Bhagava: “Bhante, Apakah yang
dianggap oleh para dewa sebagai pergi ke suatu tempat yang baik?
Apakah yang dianggap mereka
sebagai diberkahi dengan nasib baik?
Apakah yang dianggap mereka
sebagai memiliki dasar yang baik?”
“Adalah kelahiran manusia, para
Bhikkhu, yang para dewa anggap sebagai
pergi ke suatu tempat yang baik.
Ketika seorang manusia
memperoleh keyakinan dalam Dhamma dan Vinaya yang dibabarkan oleh Sang Tathāgata,
itulah yang para dewa anggap sebagai diberkahi dengan nasib baik.
Ketika keyakinan dalam Sang Tathāgata
itu telah menetap, berakar, dan tertanam dalam; ketika keyakinan itu kuat dan
tidak dapat dialihkan oleh pertapa atau Brāhmana atau dewa atau Māra atau
Brahmā atau dengan siapapun di dunia, itulah yang para dewa anggap sebagai
memiliki dasar yang baik.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ketika, dengan memudarnya
kehidupan,
sesosok dewa meninggal dari
alam dewa,
para dewa menyerukan tiga
tangisan
harapan yang baik:
‘Tuan, pergilah dari sini ke
suatu tempat yang baik,
dalam kumpulan para manusia.
Sebagai seorang manusia,
mendapatkan keyakinan terunggul
dalam Dhamma Sejati.
Semoga keyakinan milikmu itu
menetap,
dengan akar yang tertanam
dalam,
tidak bimbang sepanjang usia
dalam Dhamma Sejati yang
dibabarkan dengan baik.
Setelah meninggalan perilaku
buruk
melalui jasmani,
ucapan, dan pikiran,
dan hal apapun yang jahat;
dan setelah melakukan banyak
kebajikan,
melalui jasmani,
ucapan, dan pikiran,
tak terbatas, bebas dari
kemelekatan;
kemudian, setelah membuat
begitu banyak kebajikan duniawi
dengan memberikan pemberian,
mengukuhkan rekan-rekan lain
dalam Dhamma Sejati, kehidupan
suci.
Karena belas kasih demikian
maka ketika para dewa tahu
seorang dewa
akan meninggal, mereka
mengharapkan kebaikannya:
‘Kembalilah, dewa, lagi dan
lagi!’
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 84. Demi Kesejahteraan Banyak Orang
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Tiga orang, para Bhikkhu,
muncul di dunia demi kesejahteraan dan kebahagiaan banyak orang, demi manfaat,
kesejahteraan, dan kebahagiaan bagi para dewa dan manusia. Apakah tiga itu?
Yaitu ketika Sang Tathāgata muncul di dunia, Sang Arahant, Sammā Sambuddha,
sempurna dalam pengetahuan dan perilaku, suci, pengetahu dunia, pembimbing
terbaik bagi mereka yang ingin berlatih, guru para dewa dan manusia, tercerahkan,
terberkahi. Ia mengajarkan Dhamma yang baik di awal, baik di tengah, dan baik
di akhir, penuh makna dan diutarakan dengan baik. Dan Ia menerangkan suatu
praktek spiritual yang sepenuhnya lengkap dan murni. Ini adalah orang pertama
yang muncul di dunia demi kesejahteraan dan kebahagiaan banyak orang, demi
belas kasihan kepada dunia, demi manfaat, kesejahteraan, dan kebahagiaan bagi
para dewa dan manusia.
Lebih jauh, yaitu ketika
seorang Bhikkhu adalah seorang Arahant, dengan berhentinya kekotoran-kekotoran
batin, yang telah menyelesaikan perjalanan spiritualnya, telah melakukan apa
yang harus dilakukan, meletakan beban, mencapai tujuan sejati mereka sendiri,
sepenuhnya mengakhiri belenggu-belenggu kelahiran kembali, dan dengan benar
terbebas melalui pencerahan. Mereka mengajarkan Dhamma yang baik di awal, baik
di tengah, dan baik di akhir, penuh makna dan diutarakan dengan baik. Dan
mereka menerangkan suatu praktek spiritual yang sepenuhnya lengkap dan murni.
Ini adalah orang kedua yang muncul di dunia demi kesejahteraan dan kebahagiaan
banyak orang, demi belas kasihan kepada dunia, demi manfaat, kesejahteraan, dan
kebahagiaan bagi para dewa dan manusia.
Lebih jauh, yaitu ketika
seorang siswa dari Sang Guru demikian adalah seorang yang masih berlatih,
seorang praktisi yang terpelajar dengan aturan moral dan pelatihan yang
lengkap. Mereka mengajarkan Dhamma yang baik di awal, baik di tengah, dan baik
di akhir, penuh makna dan diutarakan dengan baik. Dan mereka menerangkan suatu
praktek spiritual yang sepenuhnya lengkap dan murni. Ini adalah orang ketiga
yang muncul di dunia demi kesejahteraan dan kebahagiaan banyak orang, demi
belas kasihan kepada dunia, demi manfaat, kesejahteraan, dan kebahagiaan bagi
para dewa dan manusia.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Sang Guru adalah yang pertama,
Sang Pertapa Agung,
mengikuti-Nya adalah para siswa
yang telah mengembangkan dirinya,
dan kemudian seorang yang masih
berlatih, seorang praktisi,
terpelajar, dengan aturan moral
dan pelatihan yang lengkap.
Tiga ini adalah yang utama
diantara para dewa dan manusia,
sinar cahaya, menyatakan Dhamma!
Mereka mendobrak pintu menuju
tanpa kematian,
membebaskan banyak orang dari
belenggu.
Mengikuti Sang Jalan yang
diajarkan dengan baik,
oleh Pemimpin Rombongan Yang
Tak Terkalahkan,
mereka yang tekun dalam Dhamma
Sang Sugata
merealisasikan akhir penderitaan
pada kehidupan ini.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 85. Memperhatikan Keburukan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, bermeditasilah dengan
memperhatikan keburukan tubuh. Biarkan perhatian penuh pada pernafasan menjadi
mantap di sana, di dalam dirimu. Bermeditasilah dengan memperhatikan
ketidak-kekalan pada semua kondisi. Ketika kalian bermeditasi dengan
memperhatikan keburukan tubuh, kalian akan meninggalkan keinginan pada tubuh.
Ketika perhatian penuh pada pernafasan menjadi mantap di sana, di dalam dirimu,
di sana tidak akan ada pikiran atau harapan eksternal yang menyusahkan. Ketika
kalian bermeditasi dengan memperhatikan ketidak-kekalan pada semua kondisi,
ketidak-tahuan ditinggalkan dan pengetahuan muncul.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Memperhatikan keburukan tubuh,
perhatian penuh pada pernafasan
seseorang selalu tekun melihat
penenangan segala aktivitas.
Bhikkhu itu melihat dengan
benar,
dan ketika terbebas sehubungan
dengan hal itu,
bijaksanawan yang damai itu,
dengan pandangan terang yang sangat baik,
telah pergi melampaui segala
kemelekatan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 86. Berlatih Sesuai Dhamma
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Sehubungan dengan seorang
Bhikkhu yang berlatih sesuai Dhamma, ini sesuai dengan Dhamma untuk menyatakan bahwa
inilah apa yang dimaksud untuk berlatih sesuai Dhamma. Ketika berbicara, mereka
berbicara sesuai dengan Dhamma, bukan bertentangan. Ketika berpikir, mereka
berpikir sesuai dengan Dhamma, bukan bertentangan. Dan menolak keduanya, mereka
bermeditasi dengan tetap seimbang, penuh perhatian, dan sadar.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Bersenang dalam Dhamma,
menikmati Dhamma,
merenungkan Dhamma,
seorang Bhikkhu yang mengingat
kembali Dhamma
tidak jatuh dari Dhamma Sejati.
Apakah berjalan atau berdiri,
duduk atau berbaring,
dengan pikiran yang terkumpul
di dalam,
mereka mencapai hanya
kedamaian.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 87. Penghancur Pandangan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, tiga pikiran
tidak terampil ini adalah penghancur pandangan, penglihatan, dan pengetahuan.
Mereka menghalangi kebijaksanaan, mereka berpihak pada penderitaan, dan mereka
tidak menuju pada pemadaman. Apakah tiga itu? Pikiran nafsu indera, kebencian,
dan kekejaman. Inilah tiga pikiran tidak terampil yang adalah penghancur
pandangan, penglihatan, dan pengetahuan. Mereka menghalangi kebijaksanaan,
mereka berpihak pada penderitaan, dan mereka tidak menuju pada pemadaman.
Tiga pikiran terampil ini
adalah pembuat pandangan, penglihatan, dan pengetahuan. Mereka menumbuhkan
kebijaksanaan, mereka berpihak pada penghiburan, dan mereka menuju pada
pemadaman. Apakah tiga itu? Pikiran pelepasan keduniawian, niat baik, dan tanpa
kekejaman. Inilah tiga pikiran terampil yang adalah pembuat pandangan,
penglihatan, dan pengetahuan. Mereka menumbuhkan kebijaksanaan, mereka berpihak
pada penghiburan, dan mereka menuju pada pemadaman.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Memikirkan tiga pikiran
terampil,
dan menyingkirkan yang tidak
terampil.
Mengakhiri pikiran dan anggapan
demikian,
seperti hujan pada debu,
dengan batin yang tenang akan
pemikiran,
engkau akan menyentuh keadaan
damai saat ini.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 88. Noda Internal
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
noda internal ini, musuh internal, lawan internal, pembunuh internal, dan rival
internal. Apakah tiga itu? Keserakahan, kebencian, dan delusi. Ini adalah tiga
noda internal, musuh internal, lawan internal, pembunuh internal, dan rival
internal.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Keserakahan membuat kerusakan;
keserakahan mengacaukan
pikiran.
Orang itu tidak mengenali
bahaya yang muncul didalamnya.
Orang serakah tidak mengetahui
kebaikan.
Orang serakah tidak melihat
kebenaran.
Ketika seseorang diliputi
keserakahan,
hanya kegelapan yang membutakan
yang tersisa.
Mereka yang meninggalkan
keserakahan,
tidak akan serakah bahkan
ketika diprovokasi.
Keserakahan jatuh dalam dirinya
seperti tetesan air dari daun
teratai.
Kebencian membuat kerusakan;
Kebencian mengacaukan pikiran.
Orang itu tidak mengenali
bahaya yang muncul didalamnya.
Orang yang membenci tidak
mengetahui kebaikan.
Orang yang membenci tidak
melihat kebenaran.
Ketika seseorang diliputi
kebencian,
hanya kegelapan yang membutakan
yang tersisa.
Mereka yang meninggalkan
kebencian,
tidak akan marah bahkan ketika
diprovokasi.
Kebencian jatuh dalam dirinya
seperti daun palem dari batang
pohonnya.
Delusi membuat kerusakan;
Delusi mengacaukan pikiran.
Orang itu tidak mengenali
bahaya yang muncul didalamnya.
Orang yang terdelusi tidak
mengetahui kebaikan.
Orang yang terdelusi tidak
melihat kebenaran.
Ketika seseorang diliputi
delusi,
hanya kegelapan yang membutakan
yang tersisa.
Mereka yang meninggalkan
delusi,
tidak akan terdelusi bahkan
ketika diprovokasi.
Mereka menghilangkan semua
delusi,
seperti terbitnya matahari
menghilangkan kegelapan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 89. Tentang Devadatta
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, dikuasai dan
diliputi oleh tiga hal yang berlawanan dengan Dhamma Sejati, Devadatta pergi ke
suatu tempat yang merugikan, ke neraka, menetap
di sana selama satu kappa,
tidak dapat dibatalkan. Apakah
tiga itu? Keinginan jahat, para Bhikkhu, Devadatta telah dikuasai dan diliputi,
pergi ke suatu tempat yang merugikan, ke neraka, menetap di sana selama satu kappa, tidak dapat
dibatalkan. Pertemanan yang buruk, para Bhikkhu, Devadatta telah dikuasai dan
diliputi, pergi ke suatu tempat yang merugikan, ke neraka, menetap di sana selama satu kappa, tidak dapat
dibatalkan. Ketika masih ada yang harus diselesaikan, berhenti di tengah jalan
setelah mencapai beberapa kehormatan yang remeh. Dikuasai dan diliputi oleh
tiga hal ini, yang berlawanan dengan Dhamma Sejati, Devadatta pergi ke suatu
tempat yang merugikan, ke neraka, menetap
di sana selama satu kappa, tidak dapat dibatalkan.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Tentu saja, tidak ada mereka
yang berkeinginan jahat terlahir kembali di dunia ini. Dan dengan ini juga
engkau harus mengetahui tempat di mana mereka yang berkeinginan jahat pergi.
Ia yang dianggap bijaksana,
dianggap sebagai terkembang dengan baik, kemuliaannya berdiri tegak seperti
api, Devadatta yang terkenal.
Tergoda oleh kelalaian, ia
menyerang Sang Tathāgata. Ia terjatuh ke neraka Avīci, memiliki empat pintu dan
menakutkan.
Ketika seseorang menghianati
yang tidak bersalah, yang tidak melakukan kesalahan, perbuatan buruk mereka
berdampak pada ia yang berbatin rusak, kurang menghormati orang lain.
Engkau mungkin berpikir untuk
mengotori samudera dengan satu kendi racun, namun itu tidak akan bekerja,
karena samudera itu terlalu besar.
Begitu juga ketika seseorang
menyerang Sang Tathāgata dengan kata-kata—Yang Sempurna, dalam pikiran
kedamaian—kata-kata tidak akan berdampak.
Seorang Bijaksana akan bertemen
dengan Seseorang seperti ini, dan selalu mengikuti-Nya. Seorang Bhikkhu yang berjalan
di Sang Jalan mencapai akhir dari penderitaan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Bagian Kelima
Iti 90. Jenis Keyakinan Terbaik
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, tiga jenis
keyakinan ini adalah yang terbaik. Apakah tiga itu? Para Bhikkhu, Sang Tathāgata,
Sang Arahant, Sammā Sambuddha, disebut sebagai yang terbaik dari semua makhluk
hidup—apakah mereka tanpa kaki, dengan dua kaki, empat kaki, atau banyak kaki;
dengan bentuk atau tanpa bentuk; dengan persepsi atau tanpa persepsi atau
dengan bukan persepsi juka bukan tanpa persepsi. Mereka yang memiliki keyakinan
pada Sang Buddha memiliki keyakinan pada yang terbaik. Setelah berkeyakinan
pada yang terbaik, hasilnya adalah yang terbaik.
Pelenyapan disebut sebagai yang
terbaik dari segala sesuatu apakah terkondisi atau tidak terkondisi. Inilah,
padamnya kesombongan, penghapusan dahaga, penghancuran kemelekatan,
penghancuran lingkaran, akhir dari nafsu keinginan, pelenyapan, penghentian,
pemadaman. Mereka yang memiliki keyakinan pada ajaran pelenyapan memiliki
keyakinan pada yang terbaik. Setelah berkeyakinan pada yang terbaik, hasilnya
adalah yang terbaik.
Saṅgha siswa Sang Tathāgata
disebut sebagai yang terbaik dari segala komunitas dan kelompok. Terdiri dari
empat pasang, delapan individu. Inilah Saṅgha siswa Sang Bhagava yang layak
menerima persembahan yang didedikasikan kepada para dewa, layak menerima
ramah-tamah, layak menerima pemberian religius, layak disapa dengan merangkapkan
tangan, dan ladang menanam jasa kebajikan terbaik bagi dunia. Mereka yang
memiliki keyakinan pada Saṅgha memiliki keyakinan pada yang terbaik. Setelah
berkeyakinan pada yang terbaik, hasilnya adalah yang terbaik. Ini adalah tiga
jenis keyakinan yang terbaik.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Bagi mereka yang, mengetahui
ajaran terbaik,
berdasarkan pada keyakinan
mereka pada yang terbaik—
berkeyakinan pada Sang Buddha,
yang paling layak untuk
suatu pemberian religius;
berkeyakinan pada ajaran
terbaik,
sukacita dari pelenyapan dan
penenangan;
berkeyakinan pada Saṅgha yang
terbaik,
ladang menanam jasa yang
tertinggi—
memberikan pemberian pada yang
terbaik,
pertumbuhan jasa kebajikan yang
terbaik:
usia kehidupan, kecantikan,
popularitas, reputasi,
kebahagiaan, dan kekuatan yang terbaik.
Seorang yang cerdas memberikan
kepada yang terbaik,
menetap pada ajaran terbaik.
Ketika mereka menjadi sesosok
dewa atau manusia,
mereka bergembira pada
pencapaian yang terbaik.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 91. Gaya Hidup
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, bergantung pada
derma makanan ini adalah gaya hidup yang keras. Dunia mengutuk kalian: ‘Kalian
pengemis, berjalan dengan mangkuk di tangan!’ Namun orang baik yang
bersungguh-sungguh menjalaninya untuk suatu alasan yang baik. Bukan karena
mereka telah dipaksa demikian oleh raja-raja atau para pencuri, atau karena
mereka dalam hutang atau diancam, atau demi memperoleh penghidupan. Namun,
karena mereka berpikir: ‘Aku tenggelam oleh kelahiran kembali, usia tua, dan
kematian; oleh dukacita, ratap tangis, kesakitan, kesedihan, dan penderitaan.
Aku tenggelam oleh penderitaan, jatuh dalam lumpur penderitaan. Semoga saja aku
dapat menemukan akhir dari seluruh kumpulan penderitaan ini.’ Itulah bagaimana
orang baik telah pergi meninggalkan keduniawian. Namun mereka mendambakan
kenikmatan indera; mereka tergila-gila padanya, penuh niat buruk dan kehendak
jahat. Mereka tidak penuh perhatian, kurangnya keawasan situasional dan
konsentrasi, dengan pikiran yang berkelana dan indriya-indriya yang tidak
terlatih. Misalkan terdapat suatu kayu untuk menyalakan tumpukan pemakaman, terbakar
pada kedua sisinya, dan dilumuri dengan tinja di tengahnya. Kayu itu tidak
dapat digunakan sebagai kayu bakar entah di desa atau di hutan. Aku katakan
bahwa orang tersebut seperti itu. Mereka telah melewatkan kesenangan kehidupan
duniawi, dan tidak memenuhi tujuan dari kehidupan suci.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Mereka telah meninggalkan
kenikmatan kehidupan duniawi,
dan melewati tujuan dari
kehidupan suci.
Menghancurkannya, mereka membuangnya,
dan binasa seperti suatu kayu
pemakaman.
Banyak orang yang membungkus
lehernya dalam jubah kuning
tidak terkendali dan jahat.
Karena jahat, mereka terlahir
kembali di neraka
karena perbuatan buruk mereka.
Akan lebih baik bagi mereka
yang tidak bermoral dan tidak terkendali
untuk memakan bola besi panas,
membara, seperti api yang
terbakar,
daripada memakan makanan suatu
bangsa.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 92. Ujung Jubah
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, misalkan seorang
Bhikkhu memegang ujung jubah-Ku dan mengikuti di belakang-Ku langkah demi
langkah. Namun mereka mendambakan kenikmatan indera; mereka tergila-gila
padanya, penuh niat buruk dan kehendak jahat. Mereka tidak penuh perhatian,
kurangnya keawasan situasional dan konsentrasi, dengan pikiran yang berkelana
dan indriya-indriya yang tidak terlatih. Maka mereka jauh dari-Ku dan Aku jauh
dari mereka. Mengapa demikian? Karena Bhikkhu itu tidak melihat Dhamma. Tidak
melihat Dhamma, mereka tidak melihat-Ku.
Misalkan seorang Bhikkhu yang
tinggal ratusan Yojana jauhnya. Namun mereka tidak mendambakan kenikmatan
indera; mereka tidak tergila-gila padanya, atau penuh niat buruk dan kehendak
jahat. Mereka telah menegakan perhatian penuh, keawasan situasional dan
konsentrasi, dengan pikiran yang menyatu dan indriya-indriya yang terkendali.
Maka mereka dekat dengan-Ku, dan Aku dekat dengan mereka. Mengapa demikian?
Karena Bhikkhu itu melihat Dhamma. Dengan melihat Dhamma, mereka melihat-Ku.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ia yang penuh akan keinginan
dan kesusahan
dapat dengan dekat mengikuti-Ku
di belakang,
namun lihatlah bagaimana
jauhnya mereka—
yang kacau dari Yang Tenang,
yang terbakar dari Yang Padam,
yang serakah dari Yang Tidak
Serakah.
Seorang bijaksana yang
memahami,
dan secara langsung mengetahui
Dhamma,
menumbuhkan ketenangan,
seperti sebuah danau yang tidak
dikacaukan oleh angin.
Lihatlah bagaimana dekatnya
mereka—
yang tenang pada Yang Tenang,
yang padam pada Yang Padam,
yang tidak serakah pada Yang
Tidak Serakah.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 93. Api
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
api ini. Apakah tiga itu? Api keserakahan, kebencian, dan delusi. Ini adalah
tiga api itu.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Api keserakahan mambakar suatu
makhluk,
bernafsu, tergila-gila dengan
kenikmatan indera;
ketika, jatuh kedalam api
kebencian,
seseorang membunuh
makhluk-makhluk hidup;
dan, dibingungkan oleh api
delusi,
mereka melewatkan Dhamma Para
Mulia.
Tanpa mengenali tiga api ini,
orang-orang terperangkap dalam
identitas.
Mereka mengisi barisan-barisan
neraka,
lahir sebagai suatu binatang,
atau Asura dan hantu,
tidak terbebas dari jerat Māra.
Namun bagi mereka yang
berkomitmen siang dan malam
pada Dhamma Sang Buddha:
mereka memadamkan api
keserakahan,
selalu mempersepsikan
kebusukan;
ketika orang-orang tertinggi
itu
memadamkan api kebencian dengan
cinta kasih;
dan api delusi dengan
kebijaksanaan
hal itu mengarah pada
penembusan.
Setelah memadamkan api-api itu,
siaga,
tanpa lelah sepanjang siang dan
malam,
mereka menjadi padam
sepenuhnya,
sepenuhnya melampaui
penderitaan.
Penglihat Kebenaran Mulia,
penguasa pengetahuan,
sang bijaksana, memahami dengan
benar,
secara langsung mengetahui
akhir kelahiran kembali,
mereka tidak kembali ke
kehidupan selanjutnya.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 94. Memeriksa
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, seorang Bhikkhu
harus memeriksa dalam cara apapun sehingga kesadaran mereka tidak terpecah atau
tersebar secara eksternal atau melekat secara internal, dan mereka tidak
gelisah karena melekat. Ketika (memahami) inilah masalahnya dan mereka tidak
lagi gelisah, bagi mereka tidak ada asal mula penderitaan—kelahiran kembali,
usia tua, dan kematian di masa depan.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Bagi seseorang yang
meninggalkan tujuh ikatan,
seorang Bhikkhu yang memotong
pengikat,
transmigrasi melalui kelahiran
telah selesai,
sekarang tidak akan ada lagi
kehidupan mendatang.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 95. Memperoleh Kenikmatan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat tiga
cara untuk memperoleh kenikmatan indera. Apakah tiga itu? Beberapa kenikmatan
indera hadir begitu saja; beberapa adalah untuk mereka yang senang untuk
menciptakan; dan beberapa adalah untuk mereka yang mengendalikan ciptaan yang
lain. Ini adalah tiga cara untuk memperoleh kenikmatan indera.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Kenikmatan indera yang hadir
begitu saja,
Para dewa yang mengendalikan
ciptaan yang lain,
Para dewa yang senang untuk
menciptakan,
dan mereka yang menuruti
kenikmatan indera—
Mereka pergi dari keadaan ini
ke keadaan lain,
namun tidak keluar dari
transmigrasi.
Mengetahui bahaya ini
dalam menuruti kenikmatan
indera, seorang yang bijaksana
akan menolak semua kenikmatan
indera,
baik manusiawi dan surgawi.
Setelah memotong arus yang
sulit untuk diseberangi,
yang terikat pada hal-hal yang
seolah-olah menyenangkan,
mereka menjadi sepenuhnya
padam,
sepenuhnya melampaui
penderitaan.
Penglihat Kebenaran Mulia,
penguasa pengetahuan,
sang bijaksana, memahami dengan
benar,
secara langsung mengetahui
akhir kelahiran kembali,
mereka tidak kembali ke
kehidupan selanjutnya.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 96 Melekat pada Kenikmatan Indera
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, seseorang yang
melekat baik pada kenikmatan indera dan kelahiran kembali adalah seorang yang
kembali lagi, yang kembali pada keadaan eksistensi ini. Seseorang yang terlepas
dari kenikmatan indera namun masih melekat pada kelahiran kembali adalah
seorang yang tidak kembali, yang tidak kembali pada keadaan eksistensi ini.
Seseorang yang terlepas dari kenikmatan indera maupun kelahiran kembali adalah
seorang Arahant, yang telah mengakhiri kekotoran.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Melekat pada kenikmatan indera
dan keinginan untuk terlahir
kembali pada kehidupan mendatang;
makhluk-makhluk terus
bertransmigrasi,
dengan kelahiran dan kematian
selanjutnya.
Mereka yang meninggalkan
kenikmatan indera
tanpa mencapai akhir kekotoran,
dan tetap melekat untuk
terlahir kembali,
disebut sebagai yang tidak akan
kembali.
Mereka yang telah memotong
keraguan,
dan mengakhiri kesombongan dan
kehidupan mendatang;
mereka adalah orang-orang di
dunia ini yang benar-benar menyeberang,
setelah mencapai akhir dari
kekotoran.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 97. Moralitas Baik
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, dalam Dhamma dan
Vinaya ini seorang Bhikkhu yang baik dalam moralitas, baik dalam praktek, dan
baik dalam kebijaksanaan disebut seorang yang sempurna, terlatih, tertinggi.
Dan bagaimana seorang Bhikkhu
baik dalam moralitas? Yaitu ketika seorang Bhikkhu bermoral, terkendali dalam Pātimokkha,
baik dalam tingkah lakunya dan mencari derma makan di tempat yang sesuai.
Melihat bahaya dalam kesalahan terkecil, mereka menjaga aturan yang mereka
latih. Itulah bagaimana seorang Bhikkhu baik dalam moralitas. Seperti itulah
seseorang baik dalam moralitas.
Dan bagaimana seorang Bhikkhu
baik dalam praktek? Yaitu ketika seorang Bhikkhu bermeditasi mengupayakan
pengembangan tujuh kualitas yang mengarah pada pencerahan. Itulah bagaimana
seorang Bhikkhu baik dalam praktek. Seperti itulah seseorang baik dalam
moralitas dan baik dalam praktek.
Dan bagaimana seorang Bhikkhu
baik dalam kebijaksanaan? Yaitu ketika seorang Bhikkhu merealisasikan kebebasan
batin yang tanpa kekotoran dan kebebasan dengan kebijaksanaan dalam kehidupan
ini. Dan mereka berdiam setelah merealisasinya dengan pandangan terang mereka
sendiri karena akhir kekotoran. Itulah bagaimana seorang Bhikkhu baik dalam
kebijaksanaan;
Seperti itulah seseorang baik
dalam moralitas, baik dalam praktek, dan baik dalam kebijaksanaan, yang dalam
Dhamma dan Vinaya ini disebut seorang yang sempurna, terlatih, tertinggi.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Yang tidak melakukan kesalahan
dari jasmani, ucapan atau
pikiran,
disebut seseorang yang baik
dalam moralitas,
seorang Bhikkhu yang
bersungguh-sungguh.
Yang telah dengan baik
mengembangkan tujuh
faktor yang mengarah pada
pencerahan
disebut seorang yang baik dalam
praktek,
seorang Bhikkhu yang rendah
hati.
Yang memahami bagi dirinya
sendiri
dalam kehidupan ini akhir dari
penderitaan
disebut seorang yang baik dalam
kebijaksanaan,
seorang Bhikkhu yang tanpa
noda.
Seseorang yang unggul dalam
tiga hal ini,
tidak terganggu, dengan
keraguan terpotong,
tidak melekat pada apapun di
dunia,
telah meninggalkan segalanya,
mereka katakan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 98. Memberi
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Terdapat, para Bhikkhu, dua
pemberian ini. Suatu pemberian benda-benda materi dan suatu pemberian Dhamma.
Yang terbaik dari dua pemberian ini adalah pemberian Dhamma.
Terdapat dua tindakan berbagi
ini. Berbagi benda-benda materi dan berbagi Dhamma. Yang terbaik dari dua
tindakan berbagi ini adalah berbagi Dhamma.
Terdapat dua dukungan ini.
Dukungan dalam benda-benda materi dan dukungan dalam Dhamma. Yang terbaik dari
dua dukungan ini adalah dukungan dalam Dhamma.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Hal itu disebut sebagai yang
tertinggi, pemberian termewah,
dan tindakan berbagi yang
dipuji oleh Sang Bhagava;
apakah seorang yang bijaksana
dan berpikir sehat, berkeyakinan pada ladang yang terbaik,
tidak akan menabur suatu
pemberian yang tepat pada waktunya?
Bagi mereka yang tekun dalam
Ajaran Sang Sugata,
baik mereka yang berbicara dan
mereka yang mendengarkan,
berkeyakinan dalam Ajaran Sang Sugata,
suatu pemberian demikian
memurnikan tujuan tertinggi.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 99. Tiga Pengetahuan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, Aku menggambarkan
seorang Brāhmana yang menguasai pengetahuan tiga Veda dalam hal ajaran, bukan
dengan pelafalan resitasi semata.
Bagaimana demikian? Yaitu
ketika seorang Bhikkhu mengingat banyak jenis kehidupan lampau. Yaitu: satu,
dua, tiga, empat, lima, sepuluh, dua puluh, tiga puluh, empat puluh, lima
puluh, seratus, seribu, seratus ribu kelahiran kembali; banyak kappa dunia
menyusut, banyak kappa dunia mengembang, banyak kappa dunia menyusut dan
mengembang. Mereka mengingat: ‘Di sana, aku bernama ini, suku ku adalah itu,
aku terlihat seperti ini, dan itulah makananku. Inilah bagaimana aku merasakan
kesenangan dan kesakitan, dan inilah bagaimana hidupku berakhir. Ketika aku
meninggal dari tempat itu aku terlahir kembali di suatu tempat lainnya. Di sana,
juga, aku dinamai ini, suku ku adalah itu, aku terlihat seperti ini, dan itulah
makananku. Inilah bagaimana aku merasakan kesenangan dan kesakitan, dan inilah
bagaimana hidupku berakhir. Ketika aku meninggal dari tempat itu, aku terlahir
kembali di sini.’ Dan begitulah mereka mengingat banyak kehidupan lampau
mereka, dengan fitur-itur dan detailnya. Ini adalah pengetahuan pertama yang
mereka capai. Ketidak-tahuan telah dihancurkan dan pengetahuan muncul;
kegelapan telah dihancurkan dan cahaya muncul, seperti yang terjadi bagi
seorang meditator yang rajin, tekun, dan teguh.
Lebih jauh, dengan mata dewa
yang dimurnikan dan melebihi kemampuan manusia, seorang Bhikkhu melihat
makhluk-makhluk meninggal dunia dan terlahir kembali—rendah dan mulia, cantik
dan buruk, dalam suatu tempat yang baik atau suatu tempat yang buruk. Mereka
memahami bagaimana makhluk-makhluk terlahir kembali berdasarkan perbuatan
mereka: ‘Makhluk-makhluk tersayang ini melakukan hal-hal buruk melalui jasmani,
ucapan, dan pikiran. Mereka berkata buruk kepada Para Mulia; mereka memiliki
pandangan salah; dan mereka memilih bertindak karena pandangan salah itu.
Ketika tubuh mereka hancur, setelah kematian, mereka terlahir kembali dalam
suatu tempat yang merugikan, suatu tempat yang buruk, alam rendah, neraka.
Namun makhluk-makhluk tersayang ini, melakukan hal-hal baik melalui jasmani,
ucapan, dan pikiran. Mereka tidak pernah berkata buruk kepada Para Mulia;
mereka memiliki pandangan benar; dan mereka memilih bertindak karena pandangan
benar itu. Ketika tubuh mereka hancur, setelah kematian, mereka terlahir
kembali dalam suatu tempat yang baik, suatu alam surgawi.’ Dan begitulah,
dengan mata dewa yang dimurnikan dan melebihi kemampuan manusia, mereka melihat
makhluk-makhluk meninggal dunia dan terlahir kembali—rendah dan mulia, cantik
dan buruk, dalam suatu tempat yang baik atau suatu tempat yang buruk. Mereka
memahami bagaimana makhluk-makhluk terlahir kembali berdasarkan perbuatan
mereka. Ini adalah pengetahuan kedua yang mereka capai. Ketidak-tahuan telah
dihancurkan dan pengetahuan muncul; kegelapan telah dihancurkan dan cahaya
muncul, seperti yang terjadi bagi seorang meditator yang rajin, tekun, dan
teguh.
Lebih jauh, seorang Bhikkhu merealisasikan
kebebasan batin yang tanpa kekotoran dan kebebasan dengan kebijaksanaan dalam
kehidupan ini, dan mereka berdiam setelah merealisasinya dengan pandangan
terang mereka sendiri karena akhir kekotoran. Ini adalah pengetahuan ketiga
yang mereka capai. Ketidak-tahuan telah dihancurkan dan pengetahuan muncul;
kegelapan telah dihancurkan dan cahaya muncul, seperti yang terjadi bagi
seorang meditator yang rajin, tekun, dan teguh. Itulah bagaimana Aku menggambarkan
seorang Brāhmana yang menguasai pengetahuan tiga Veda dalam hal ajaran, bukan
dengan pelafalan resitasi semata.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Mereka mengetahui kehidupan
lampau mereka,
melihat surga dan tempat yang
merugikan,
dan setelah mencapai akhir
kelahiran kembali;
orang bijakana itu memiliki
pandangan terang yang sempurna.
Karena tiga pengetahuan ini
seorang Brāhmana adalah seorang
penguasa tiga pengetahuan.
Itulah yang Ku-sebut seorang
penguasa tiga-pengetahuan,
dan bukan beberapa pelafal
belaka.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Buku Keempat
Bagian Pertama
Iti 100. Persembahan Dhamma Suci
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Aku, para Bhikkhu, adalah
seorang Brāhmana, menjalankan kedermawanan, selalu bertangan terbuka, membawa
tubuh terakhir-Ku, seorang Penyembuh, seorang Ahli Bedah. Kalian adalah
anak-anak sah-Ku, lahir dari mulut-Ku, lahir dari Dhamma, diciptakan oleh Dhamma,
pewaris Dhamma, bukan dalam benda-benda materi.
Terdapat dua pemberian ini.
Suatu pemberian benda-benda materi dan suatu pemberian Dhamma. Yang terbaik
dari dua pemberian ini adalah pemberian Dhamma.
Terdapat dua tindakan berbagi
ini. Berbagi benda-benda materi dan berbagi Dhamma. Yang terbaik dari dua
tindakan berbagi ini adalah berbagi Dhamma.
Terdapat dua dukungan ini.
Dukungan dalam benda-benda materi dan dukungan dalam Dhamma. Yang terbaik dari
dua dukungan ini adalah dukungan dalam Dhamma.
Terdapat dua persembahan ini.
Persembahan benda-benda materi dan persembahan Dhamma. Yang terbaik dari dua persembahan
ini adalah persembahan Dhamma.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Sang Tathāgata,
berbelas-kasihan kepada semua makhluk,
tanpa kekikiran mempersembahkan
Dhamma.
Makhluk-makhluk memuja-Nya,
Yang Utama diantara para dewa dan manusia,
Yang telah pergi melampaui
kelahiran kembali.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 101. Mudah untuk Ditemukan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, empat
barang-barang sepele ini adalah mudah untuk ditemukan dan tanpa cela. Apakah
empat itu? Jubah kain buangan, para Bhikkhu, adalah barang sepele, mudah untuk
ditemukan, dan tanpa cela. Suatu gumpalan derma-makanan, para Bhikkhu, adalah
barang sepele, mudah untuk ditemukan, dan tanpa cela. Kediaman di akar suatu
pohon, para Bhikkhu, adalah barang sepele, mudah untuk ditemukan, dan tanpa
cela. Air kencing yang difermentasi sebagai obat, para Bhikkhu, adalah barang
sepele, mudah untuk ditemukan, dan tanpa cela. Empat barang-barang sepele ini
mudah untuk ditemukan dan tanpa cela. Ketika seorang Bhikkhu puas dengan
barang-barang sepele yang mudah ditemukan, mereka memiliki satu faktor
kehidupan suci, Aku katakan.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Ketika engkau puas dengan apa
yang tanpa cela,
barang sepele, dan mudah untuk
ditemukan,
engkau tidak menjadi terganggu
tentang tempat tinggal, jubah,
makanan, dan minuman,
dan engkau tidak terhalangi di
manapun.
Kualitas-kualitas ini dikatakan
sebagai
keseluruhan kehidupan pertapa.
Mereka dikuasai oleh seorang
Bhikkhu,
yang puas dan tekun.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 102. Akhir Kekotoran
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, Aku katakan
bahwa akhir kekotoran adalah untuk seseorang yang mengetahui dan melihat, bukan
untuk seseorang yang tidak mengetahui dan melihat. Bagi seseorang yang
mengetahui dan melihat apa? Akhir kekotoran adalah untuk seseorang yang
mengetahui dan melihat penderitaan, asalnya, lenyapnya, dan Sang Jalan. Akhir
kekotoran adalah untuk seseorang yang mengetahui dan melihat ini.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Sebagai seorang yang masih
berlatih yang berlatih,
mengikuti jalan yang lurus,
pertama mereka tahu tentang
akhir;
pencerahan mengikuti di
kehidupan yang sama.
Kemudian pada seseorang yang
terbebas melalui pencerahan
pengetahuan akhir muncul,
pengetahuan kebebasan
tertinggi,
dengan akhir belenggu-belenggu.
Ini bukanlah untuk yang malas,
orang dungu tidak mengerti,
pemadaman direalisasikan
dengan terbebas dari segala
ikatan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 103. Para Pertapa dan Brāhmana
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat para
pertapa dan Brāhmana yang tidak benar-benar mengerti tentang penderitaan,
sumbernya, lenyapnya, dan Sang Jalan. Aku tidak menganggap mereka sebagai para
pertapa dan Brāhmana yang sebenarnya. Para yang mulia itu tidak merealisasikan
tujuan kehidupan sebagai seorang pertapa atau Brāhmana, dan tidak berdiam
setelah merealisasikannya dengan pandangan terang mereka sendiri.
Terdapat para pertapa dan Brāhmana
yang benar-benar mengerti tentang penderitaan, sumbernya, lenyapnya, dan Sang
Jalan. Aku menganggap mereka sebagai para pertapa dan Brāhmana yang sebenarnya.
Para yang mulia itu telah merealisasikan tujuan kehidupan sebagai seorang
pertapa atau Brāhmana, dan berdiam setelah merealisasikannya dengan pandangan
terang mereka sendiri.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Terdapat mereka yang tidak
memahami penderitaan
dan penyebab penderitaan,
dan di mana semua penderitaan
lenyap tanpa sisa;
Dan mereka tidak mengetahui
Sang Jalan
yang mengarah pada pemadaman
penderitaan.
Mereka kekurangan kebebasan
batin,
begitu juga dengan kebebasan
melalui kebijaksanaan.
Tidak dapat mengakhiri,
mereka akan tetap terlahir
kembali dan tumbuh menua.
Namun terdapat mereka yang
memahami penderitaan
dan penyebab penderitaan,
dan di mana semua penderitaan
lenyap tanpa sisa;
Dan mereka memahami Sang Jalan
yang mengarah pada pemadaman
penderitaan.
Mereka diberkahi dengan
kebebasan batin,
begitu juga dengan kebebasan
melalui kebijaksanaan.
Dapat mengakhiri,
mereka tidak akan terlahir
kembali dan tumbuh menua.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 104. Sempurna Dalam Moralitas
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, contohlah
seorang Bhikkhu yang sempurna dalam moralitas, konsentrasi, kebijaksanaan,
kebebasan, dan pengetahuan dan penglihatan akan kebebasan. Mereka menasehati
dan menginstruksi. Mereka mengedukasi, mendukung, menyemangati, menginspirasi,
dan dapat dengan benar menjelaskan Dhamma Sejati. Bahkan melihat para Bhikkhu
demikian adalah sangat membantu, Aku katakan. Bahkan untuk mendengar mereka,
mendatangi mereka, memberi hormat kepada mereka, mengingat mereka, atau pergi
meninggalkan keduniawian setelah mereka adalah sangat membantu, Aku katakan.
Bagi mereka yang seringkali memikirkan dan berkumpul dengan para Bhikkhu
demikian, spektrum moralitas mereka yang tidak terpenuhi menjadi terpenuhi. Spektrum
konsentrasi mereka yang tidak terpenuhi menjadi terpenuhi. Spektrum kebijaksanaan
mereka yang tidak terpenuhi menjadi terpenuhi. Spektrum kebebasan mereka yang
tidak terpenuhi menjadi terpenuhi. Spektrum pengetahuan dan penglihatan akan
kebebasan mereka yang tidak terpenuhi menjadi terpenuhi. Para Bhikkhu demikian
disebut ‘guru’, ‘pemimpin karavan’, ‘pembuang sifat buruk’, ‘penghalau
kegelapan’, ‘pembawa cahaya’, ‘menerangi’, ‘cahaya’, ‘pembawa pelita’, ‘pembawa
sinar’, ‘para mulia’, dan ‘penglihat’.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Inilah alasan untuk berbahagia
bagi mereka yang memahami:
yaitu, bagi mereka yang telah
mengembangkan diri sendiri,
para mulia hidup sesuai Dhamma.
Mereka menerangi Dhamma Sejati,
memancarkan sinar,
para bijaksana pembawa cahaya,
penglihat dengan sifat buruk
yang dibuang.
Setelah mendengar instruksi
mereka,
orang bijaksana, memahami
dengan benar,
secara langsung mengetahui
akhir kelahiran kembali,
mereka tidak akan kembali ke kehidupan
mendatang.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 105. Kemunculan Nafsu Keinginan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, terdapat empat
hal yang membangkitkan nafsu keinginan pada seorang Bhikkhu. Apakah empat itu?
Demi jubah, derma-makanan, tempat tinggal, atau kelahiran kembali dalam keadaan
ini dan itu. Inilah empat hal yang membangkitkan nafsu keinginan pada seorang
Bhikkhu.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Nafsu keinginan adalah suatu
rekan seseorang
Ketika mereka bertransmigrasi
dalam perjalanan panjang ini.
Mereka pergi dari keadaan ini
ke keadaan lain,
tetapi tidak terbebas dari transmigrasi.
Mengetahui bahaya ini,
nafsu keinginan adalah penyebab
penderitaan—
membersihkan nafsu keinginan,
bebas dari kemelekatan,
seorang Bhikkhu akan berjalan
dengan penuh perhatian.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 106. Dengan Brahmā
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, suatu keluarga
di mana anak-anak menghormati orang tua mereka di rumah mereka disebut sebagai
hidup bersama dengan Brahmā. Suatu keluarga di mana anak-anak menghormati orang
tua mereka di rumah mereka disebut sebagai hidup bersama dengan para dewa
tetua. Suatu keluarga di mana anak-anak menghormati orang tua mereka di rumah
mereka disebut sebagai hidup bersama dengan guru pertama. Suatu keluarga di
mana anak-anak menghormati orang tua mereka di rumah mereka disebut sebagai
hidup bersama dengan mereka yang layak menerima persembahan yang didedikasikan
kepada para dewa.
‘Brahmā’ adalah istilah bagi
orang tua kalian. ‘Para dewa tetua’ adalah istilah bagi orang tua kalian. ‘Guru
pertama’ adalah istilah bagi orang tua kalian. ‘Mereka yang layak menerima
persembahan yang didedikasikan kepada para dewa’ adalah istilah bagi orang tua
kalian. Mengapa demikian? Orang tua sangat membantu bagi anak-anak mereka,
mereka membesarkannya, mengasuhnya, dan menunjukkan dunia kepada mereka.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Orang tua disebut ‘Brahmā’
dan ‘guru pertama’.
Mereka layak menerima
persembahan yang didedikasikan kepada para dewa dari anak-anak mereka,
karena mereka mencintai
keturunannya.
Karenanya seorang yang bijaksana
akan memuja mereka dan
menghormati mereka
dengan makanan dan minuman,
pakaian dan tempat tidur,
meminyaki dan memandikan,
dan dengan mencuci kaki mereka.
Karena mereka menjaga
orang tua mereka seperti ini,
mereka dipuji di dunia ini oleh
para bijaksana,
dan mereka pergi untuk
bergembira di alam surga.
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 107. Sangat Membantu
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, para Brāhmana
dan perumah tangga sangat membantu bagi kalian, karena mereka menyediakan
kalian dengan jubah, derma-makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan dan
perlengkapannya untuk yang sakit. Dan kalian sangat membantu bagi Brāhmana dan
perumah tangga, karena kalian mengajarkan mereka Dhamma yang baik di awal, baik
di tengah, dan baik di akhir, penuh makna dan diutarakan dengan baik. Dan
kalian menerangkan suatu praktek spiritual yang sepenuhnya lengkap dan murni.
Itulah bagaimana Jalan spiritual ini dijalani dalam saling bergantung untuk
menyeberangi banjir dan mengakhiri penderitaan sepenuhnya.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Yang berdiam di rumah dan yang
tanpa rumah,
bergantung satu sama lain,
menemukan kesuksesan dalam
Dhamma Sejati,
keamanan tertinggi.
Yang tanpa rumah menerima
kebutuhan
dari yang berdiam di rumah:
jubah dan tempat tinggal
untuk berlindung dari
kondisi-kondisi kasar.
Bersandar pada Sang Sugata,
umat awam yang senang di rumah
menempatkan keyakinan dalam
para Arahant,
para meditator dari
kebijaksanaan mulia.
Setelah mempraktekan Dhamma di
sini,
jalan yang mengarah pada suatu
tempat yang baik,
mereka bersenang dalam alam
surgawi,
menikmati semua kenikmatan yang
mereka inginkan.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 108. Para Penipu
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, para Bhikkhu itu
yang adalah penipu, keras kepala, penjilat, curang, kurang ajar, dan terpecah:
mereka bukanlah para Bhikkhu pengikut-Ku. Mereka telah meninggalkan Dhamma dan
Vinaya ini, dan mereka tidak mencapai pertumbuhan, peningkatan, atau kematangan
dalam Dhamma dan Vinaya ini. Namun para Bhikkhu itu yang apa adanya, tidak menjilat,
bijaksana, penurut, dan tenang: mereka adalah para Bhikkhu pengikut-Ku. Mereka
tidak meninggalkan Dhamma dan Vinaya ini, dan mereka mencapai pertumbuhan, peningkatan,
atau kematangan dalam Dhamma dan Vinaya ini.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Mereka yang adalah penipu,
keras kepala, penjilat, dan curang,
kurang ajar dan terpecah:
mereka tidak tumbuh dalam
Dhamma
yang diajarkan oleh Sammā
Sambuddha.
Namun mereka yang adalah apa
adanya, tidak menjilat, bijaksana,
penurut, dan tenang:
mereka tumbuh dalam Dhamma
yang diajarkan oleh Sammā
Sambuddha.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 109 Sebuah Sungai
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Misalkan seseorang terbawa
oleh suatu arus sungai yang terlihat baik dan menyenangkan. Jika seorang dengan
penglihatan yang baik melihatnya, mereka akan berkata: ‘Tuan, bahkan walaupun
arus sungai yang membawamu terlihat baik dan menyenangkan, di hilir sana adalah
sebuah danau dengan ombak-ombak dan pusaran-pusaran air, hiu-hiu dan
monster-monster. Ketika engkau tiba di sana hasilnya adalah kematian atau sakit
yang mematikan.’ Maka, ketika mereka mendengar apa yang telah dikatakan, mereka
akan mendayung melawan arus dengan menggunakan tangan dan kaki mereka.
Aku telah membuat perumpamaan
ini untuk menjelaskan maknanya. Dan inilah maknanya. ‘Arus’ adalah istilah
untuk nafsu keinginan.
‘Terlihat baik dan
menyenangkan’ adalah istilah untuk enam bidang indera internal.
‘Sebuah danau hilir’ adalah
istilah untuk lima belenggu yang lebih rendah.
‘Bahaya ombak-ombak’ adalah
istilah untuk kemarahan dan penderitaan.
‘Pusaran air’ adalah istilah
untuk lima jenis perangsang kenikmatan.
‘Hiu-hiu dan monster-monster’
adalah istilah untuk para wanita.
‘Melawan arus’ adalah istilah
untuk pelepasaan keduniawian.
‘Mendayung dengan tangan dan
kaki’ adalah istilah untuk menjadi bersemangat.
‘Seorang dengan penglihatan
yang baik’ adalah istilah untuk Sang Tathāgata, Sang Arahant, Sammā Sambuddha.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Dalam kesakitan mereka
meninggalkan kenikmatan indera,
beraspirasi pada keamanan di
masa depan.
Dengan pemahaman mendalam dan
batin yang terbebaskan dengan baik,
mereka merasakan kebebasan
universal.
Penguasa pengetahuan itu yang
telah menyelesaikan perjalanan spiritual,
dan pergi menuju akhir dunia, disebut
‘seseorang yang telah pergi melampaui’.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 110. Berjalan
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, misalkan seorang
Bhikkhu yang memiliki sebuah pikiran nafsu, kejahatan, dan kekejaman ketika
berjalan. Mereka mentolerirnya dan tidak meninggalkannya, mengusirnya,
menyingkirkannya, dan melenyapkannya. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai
‘tidak tekun atau berhati-hati, selalu malas, dan kurang bersemangat’ ketika
berjalan.
Misalkan seorang Bhikkhu yang
memiliki sebuah pikiran nafsu, kejahatan, dan kekejaman ketika berdiri. Mereka
mentolerirnya dan tidak meninggalkannya, mengusirnya, menyingkirkannya, dan
melenyapkannya. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai ‘tidak tekun atau
berhati-hati, selalu malas, dan kurang bersemangat’ ketika berdiri.
Misalkan seorang Bhikkhu yang
memiliki sebuah pikiran nafsu, kejahatan, dan kekejaman ketika duduk. Mereka mentolerirnya
dan tidak meninggalkannya, mengusirnya, menyingkirkannya, dan melenyapkannya.
Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai ‘tidak tekun atau berhati-hati, selalu
malas, dan kurang bersemangat’ ketika duduk.
Misalkan seorang Bhikkhu yang
memiliki sebuah pikiran nafsu, kejahatan, dan kekejaman ketika berbaring selagi
sadar. Mereka mentolerirnya dan tidak meninggalkannya, mengusirnya,
menyingkirkannya, dan melenyapkannya. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai
‘tidak tekun atau berhati-hati, selalu malas, dan kurang bersemangat’ ketika
berbaring selagi sadar.
Misalkan seorang Bhikkhu yang
memiliki sebuah pikiran nafsu, kejahatan, dan kekejaman ketika berjalan. Mereka
tidak mentolerirnya, namun meninggalkannya, mengusirnya, menyingkirkannya, dan
melenyapkannya. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai ‘tekun dan berhati-hati,
selalu bersemangat dan gigih’ ketika berjalan.
Misalkan seorang Bhikkhu yang
memiliki sebuah pikiran nafsu, kejahatan, dan kekejaman ketika berdiri. Mereka
tidak mentolerirnya, namun meninggalkannya, mengusirnya, menyingkirkannya, dan
melenyapkannya. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai ‘tekun dan
berhati-hati, selalu bersemangat dan gigih’ ketika berdiri.
Misalkan seorang Bhikkhu yang
memiliki sebuah pikiran nafsu, kejahatan, dan kekejaman ketika duduk. Mereka
tidak mentolerirnya, namun meninggalkannya, mengusirnya, menyingkirkannya, dan
melenyapkannya. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai ‘tekun dan
berhati-hati, selalu bersemangat dan gigih’ ketika duduk.
Misalkan seorang Bhikkhu yang
memiliki sebuah pikiran nafsu, kejahatan, dan kekejaman ketika berbaring selagi
sadar. Mereka tidak mentolerirnya, namun meninggalkannya, mengusirnya,
menyingkirkannya, dan melenyapkannya. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai
‘tekun dan berhati-hati, selalu bersemangat dan gigih’ ketika berbaring selagi
sadar.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Apakah berjalan atau berdiri,
duduk atau berbaring,
seseorang yang memikirkan suatu
pikiran buruk
berhubungan dengan kehidupan
duniawi
disebut mempraktekan jalan yang
salah,
tersesat diantara hal-hal yang
mendelusi;
seorang Bhikkhu demikian tidak
mampu
menyentuh pencerahan tertinggi.
Namun seseorang yang, apakah
berdiri atau berjalan,
duduk atau berbaring,
telah menenangkan
pikiran-pikirannya,
mencintai kedamaian pikiran;
seorang Bhikkhu demikian mampu
menyentuh pencerahan tertinggi.
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 111. Sempurna Dalam Moralitas
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, hiduplah dengan
peraturan moralitas dan Pātimokkha. Hiduplah
dengan terkendali dalam aturan perilaku, latihlah dirimu
sendiri dengan baik dan carilah derma makan di tempat yang sesuai. Melihat
bahaya dalam kesalahan terkecil, menjaga aturan yang telah kalian ambil.
Ketika kalian telah melakukan ini, apa lagi yang harus dilakukan?
Misalkan seorang Bhikkhu telah menyingkirkan nafsu dan niat buruk ketika
berjalan, dan telah meninggalkan ketumpulan dan kantuk, kegelisahan dan
penyesalan, dan keraguan. Semangat mereka dibangkitkan dan tidak padam,
perhatian penuh mereka ditegakan dan jelas, tubuh mereka tenang dan tidak
terganggu, dan pikiran mereka tercerap dalam samādhi. Seorang Bhikkhu demikian
disebut sebagai ‘tekun dan berhati-hati,
selalu bersemangat dan gigih’ ketika berjalan.
Misalkan seorang Bhikkhu telah menyingkirkan nafsu dan niat buruk ketika
berdiri, dan telah meninggalkan ketumpulan dan kantuk, kegelisahan dan
penyesalan, dan keraguan. Semangat mereka dibangkitkan dan tidak padam,
perhatian penuh mereka ditegakan dan jelas, tubuh mereka tenang dan tidak
terganggu, dan pikiran mereka tercerap dalam samādhi. Seorang Bhikkhu demikian
disebut sebagai ‘tekun dan
berhati-hati, selalu bersemangat dan gigih’ ketika berdiri.
Misalkan seorang Bhikkhu telah menyingkirkan nafsu dan niat buruk ketika duduk,
dan telah meninggalkan ketumpulan dan kantuk, kegelisahan dan penyesalan, dan
keraguan. Semangat mereka dibangkitkan dan tidak padam, perhatian penuh mereka
ditegakan dan jelas, tubuh mereka tenang dan tidak terganggu, dan pikiran
mereka tercerap dalam samādhi. Seorang Bhikkhu demikian disebut sebagai ‘tekun dan berhati-hati, selalu bersemangat dan gigih’
ketika duduk.
Misalkan seorang Bhikkhu telah menyingkirkan nafsu dan niat buruk ketika
berbaring selagi sadar, dan telah meninggalkan ketumpulan dan kantuk,
kegelisahan dan penyesalan, dan keraguan. Semangat mereka dibangkitkan dan
tidak padam, perhatian penuh mereka ditegakan dan jelas, tubuh mereka tenang
dan tidak terganggu, dan pikiran mereka tercerap dalam samādhi. Seorang Bhikkhu
demikian disebut sebagai ‘tekun
dan bijaksana, selalu bersemangat dan gigih’ ketika atau ketika
berbaring selagi sadar.”
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Berjalan dengan hati-hati,
berdiri dengan hati-hati,
duduk dengan hati-hati,
berbaring dengan hati-hati;
seorang Bhikkhu dengan
hati-hati melekukan tangan dan kakinya,
dan dengan hati-hati
merentangkannya.
Di atas, di bawah, dan di
sekeliling,
sejauh bumi terbentang;
mereka mengamati kemunculan dan
kejatuhan
dari fenomena seperti
gugus-gugus kehidupan.
Bermeditasi dengan tekun
seperti ini,
damai dan stabil,
berlatih dalam apa yang
mengarah pada kedamaian batin,
selalu tetap penuh perhatian;
mereka menyebut seorang Bhikkhu
demikian
‘selalu gigih’.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.
Iti 112. Dunia
Inilah yang dikatakan oleh Sang
Bhagava, Sang Arahant: Inilah apa yang aku dengar.
“Para Bhikkhu, dunia telah
dipahami oleh Sang Tathāgata; dan Ia terlepas dari dunia. Asal mula dunia telah
dimengerti oleh Sang Tathāgata; dan Ia telah meninggalkan asal mula dunia.
Lenyapnya dunia telah dipahami oleh Sang Tathāgata; dan Ia telah merealisasikan
lenyapnya dunia. Praktek yang mengarah pada lenyapnya dunia telah dimengerti
oleh Sang Tathāgata; dan Ia telah mengembangkan praktek yang mengarah pada
lenyapnya dunia.
Di dunia ini—dengan para dewa,
Māra, dan Brahmā, populasi ini dengan para pertapa dan Brāhmana-nya; para dewa
dan manusia-nya—apakah yang dilihat, didengar, dipikir, diketahui, dicari, dan
dieksplorasi oleh pikiran, semua itu telah dipahami oleh Sang Tathāgata. Itulah
mengapa Ia disebut ‘Sang Tathāgata’.
Sejak malam ketika Sang
Tathāgata memahami pencerahan terbaik nan tertinggi hingga malam Ia menjadi
sepenuhnya padam—melalui prinsip alami pemadaman, tanpa apapun yang
tersisa—semua yang Ia bicarakan, katakan, dan utarakan adalah nyata, bukan
sebaliknya. Itulah mengapa ia disebut ‘Sang Tathāgata’.
Sang Tathāgata melakukan sesuai
yang Ia katakan, dan berkata sesuai yang Ia lakukan. Karena begitu, itulah
mengapa ia disebut ‘Sang Tathāgata’.
Di dunia ini—dengan para dewa,
Māra, dan Brahmā, populasi ini dengan para pertapa dan Brāhmana-nya; para dewa
dan manusia-nya—Sang Tathāgata adalah
Yang Tidak Terkalahkan, Sang Pemenang, Penglihat Dunia, Pemegang Kekuatan.
Itulah mengapa Ia disebut ‘Sang Tathāgata’.
Itulah apa yang Sang Bhagava
katakan. Tentang hal ini dikatakan:
“Secara langsung mengetahui
dunia sebagaimana adanya,
dan semua didalamnya,
Ia terlepas dari seluruh dunia,
terbebas dari seluruh dunia.
Orang Bijaksana itu adalah
Pemenang
yang terbebas dari segala
ikatan.
Ia telah mencapai kedamaian
tertinggi:
pemadaman, tidak takut pada
bagian apapun.
Ia adalah Sang Buddha, dengan
akhir kekotoran,
tak terganggu, dengan keraguan
terpotong.
Ia telah mencapai akhir segala
kamma,
terbebas dengan akhir kemelekatan.
Sang Bhagava adalah Sang
Buddha,
Ia adalah Singa Tertinggi,
di seluruh dunia dengan para
dewa-nya,
Ia memutar roda suci.
Dan juga para dewa dan manusia
itu,
yang telah pergi berlindung
kepada Sang Buddha,
datang bersama dan memuja-Nya,
bahkan para dewa memuja-Nya:
‘Jinak, Ia adalah Penjinak
Terbaik,
damai, Ia adalah Pertapa
diantara yang damai,
terbebas, Ia adalah Yang
Terunggul diantara para pembebas,
menyeberang, Ia adalah Yang
Terbaik dari para pemandu.’
Dan begitulah mereka
memuja-Nya,
Berbatin besar dan telah
menyingkirkan kenaifan,
Di dalam dunia dengan para
dewa-nya,
Ia tidak ada bandingan-Nya.”
Ini juga telah dikatakan oleh
Sang Bhagava: Inilah apa yang aku dengar.